CERITA DEWASA : PERJALANAN BIRAHI SANG AKHWAT BERJILBAB, Aku seorang wanita (sebut saja Melati) umurku saat ini 30 th.   Perawakanku terbilang kecil dengan tinggi 153 cm dan berat 40kg.   Aku boleh dikatakan sangat menjaga diri, bahkan aku selalu mengenakan  busana muslimah dengan rapat setiap keluar rumah. Itulah sebabnya  kulitku selalu kelihatan putih terawat meskipun aku tidak pernah  melakukan perawatan diri ke salon kecantikan.  Bahkan teman-temanku  mengatakan kalau wajahku masih seperti anak kuliahan.  Aku tinggal  di dekat lingkungan pesantren di kota J.
Kejadian ini bermula tahun 2005 saat aku menikah dengan seorang yang  telah beristri, dan aku menjadi istri keduanya waktu itu. Suamiku ini  sebenarnya baik dan mencintai aku.  Dan aku pun mencintai dia. Akan  tetapi kehidupan rumah tanggaku biasa-biasa saja. Hal itu terjadi  mungkin  karena pernikahanku sejak awal tidak atas izin istri  pertamanya.  Sehingga perjalanan rumah tanggaku banyak terjadi  permasalahan dikarenakan hal itu.  Suamiku pun pada akhirnya  dihadapkan pada pilihan yang sulit, sehingga tidak bisa  berlaku  adil kepada istri-istrinya.  Bahkan buat diriku sangat jarang dia  bisa bermalam bahkan hanya untuk satu malam saja.  Pertemuanku  dengan suami sangat terbatas hanya pada siang hari saja, meskipun itu  aku anggap cukup untuk merajut kemesraan bersamanya.  Akan tetapi  lama kelamaan aku jadi sering merasa kesepian. Hal itu cukup lama  berjalan, tapi aku tetap berusaha untuk sabar dan menerima semua ini  sebagai sebuah takdir yang harus aku jalani.
Aku bertetangga dengan seorang wanita (sebut saja M) yang suaminya  mempunyai bisnis di luar jawa.  M kurang lebih sama seperti aku,  dalam hal pemahaman agama dan berbusana. Awalnya kami sering bertemu  dalam majelis pengajian di pesantren.  Akhirnya kami berkenalan dan  kami merasa ada kecocokan.  Mengingat M ini juga ditinggal  suaminya berbisnis di luar jawa, sehingga dia di rumah hanya bersama  ketiga anaknya yang masih kecil. Itulah sebabnya aku sering bertandang  ke rumahnya dan kami menjadi akrab.  Dia baik sama aku, suka  membantu dan  menolong.
Sampai suatu saat terjadilah musibah gempa bumi yg mengerikan di  kotaku.   Musibah itu telah meluluhlantakkan hampir seluruh  rumah dan bangunan di desaku, termasuk rumahku.  Alhamdulillah aku  selamat.   Itulah awal dari persimpangan kisah hidupku.   Setelah musibah itu aku ditawari untuk tinggal di rumah M yang meskipun  sederhana namun selamat dari kerusakan parah dan masih layak  ditempati.  Setelah itu aku jalani hari-hariku di rumah keluarga  ini. Selang beberapa hari setelah musibah itu suami M (sebut saja  AH)  pulang dan akhirnya menutup usahanya di luar jawa demi untuk  bersama keluarganya yg sedang tertimpa musibah.
Aku menempati sebuah kamar yg sederhana.  Tempat tidur tanpa dipan  dan ruang kamar itu tanpa pintu. Hanya ditutup kain korden.  Meski  demikian, aku sangat bersyukur dalam kondisi sulit seperti ini ada  tetangga yg benar2 tulus mau membantu. Aku menjadi akrab dengan mereka  dan anak2nya.  Setiap hari kami saling membantu membereskan rumah  dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya serta mengurus anak-anak AH.
Dua minggu setelah musibah itu aku periksa ke bidan dan aku baru tahu  kalau ternyata aku hamil 2 bulan.  Pantas saja, akhir-akhir ini  badanku sering terasa capek dan malas untuk beraktivitas seperti  biasa.  Aku sangat gembira dengan kehamilan pertamaku ini.   Aku berharap semoga dengan kehamilanku ini bisa menambah perhatian suami  terhadapku.  Akupun menyampaikan kabar bahagia ini kepada suamiku.
Hari2 berlalu…..
Namun harapanku akan perhatian suamiku nampaknya harus aku pupus.   Suamiku masih bersikap seperti biasanya.  Dia masih lebih perhatian  pada istri pertamanya, sedangkan untuk diriku tidak lebih sebatas  kebutuhan-kebutuhan lahiriah yang dipenuhinya.
Akan tetapi aku sedikit terhibur dengan keberadaanku di keluarga AH  ini.  Lama kelamaan kami menjadi seperti keluarga yang cukup akrab.
Keakrabanku dengan AH dan keluarganya terkadang membuat batas diantara  kami menjadi longgar.  Terlebih lagi memang rumah keluarga AH ini  tidak luas.  Terkadang aku kepergok AH dalam kondisi aku tanpa  jilbab.  Aku merasa risih sebenarnya, tapi mau gimana lagi ?
Hari2 berlalu sejalan dengan keberadaanku di tengah2 keluarga mereka…
Suamiku seminggu sekali menjenguk aku di rumah AH ini.  Terkadang  kami keluar berdua, dan sorenya aku dipulangkan ke rumah AH.
Keadaan seperti itu berlangsung kira2 sebulan.
Sampai suatu hari, AH menyatakan sesuatu kepadaku yang cukup membuat aku terkejut.
Yang intinya memberikan harapan padaku bahwa dia bersedia menikahi aku  jika saja aku mau bepisah dg suamiku.  Aku terkejut bukan main atas  niatnya itu.  Awalnya aku menolak secara halus.  Tapi ketika  dia mengatakan bahwa permasalahanku saat ini sudah dia konsultasikan  dengan para Kyai (di  pesantren), dan semua menyarankan dalam  kondisi suamiku yang tidak bisa lagi berbuat adil maka lebih baik  berpisah saja.  Saat itu aku mulai gamang….  Antara ya dan  tidak.
Kadang aku merasa ada benarnya pendapat AH itu, tapi aku juga takut jika  harus berpisah dengan suamiku, dan menyandang predikat janda.
Aku, M dan AH terkadang mendiskusikan kondisiku saat itu.  Dan dari  sekian argumen yang kami ajukan, selalu berujung pada kesimpulan “lebih  baik berpisah daripada terdholimi terus…”
Akan tetapi sampai sejauh itu, M belum tahu jika AH sudah mempunyai niat  untuk menikahi aku nantinya.  AH bilang kepadaku untuk sementara  waktu menyimpan dulu hal itu sampai nanti dia sendiri yang akan  menyampaikan ke M kalau waktunya tepat.
Dari seringnya kami bertukar pikiran, dan terkadang di situ ada saat  saling curhat diantara kami, aku semakin merasa tentram.  Sedikit  demi sedikit tanpa aku sadari aku merasa mendapat sandaran baru.   Sebuah sandaran yang bisa memberikan rasa tenang dan bisa menerima  aku.  Sementara itu sandaran lamaku aku rasakan mulai usang, dan  menjadi hambar bahkan kadang menyakitkan.
Suatu malam ketika aku tertidur sangat lelap (mungkin karena kecapekan dan kondisi kehamilanku)….
Tiba2 aku merasakan ada sensasi hangat menjalar ke seluruh tubuhku…..
Antara sadar dan tidak, aku merasa suamiku mendatangi aku….
Akupun menyambutnya dengan perasaan sangat bahagia, bagaikan orang yang  telah lama tidak berjumpa dan memendam rindu yang sangat dalam…
Dia mulai mencumbuiku, dari ujung kaki….naik ke betis, lalu paha dan akhirnya ke bagian yg paling sensitive…
Dia cumbui bagian itu dg lembutnya, sampai akupun merasakan sensasi nikmat yg sangat…
Antara setengah sadar aku merespon semua itu dengan birahiku yg mulai memuncak…
Setelah itu aku rasakan dia melepas celana dalamku….akupun hanya pasrah…karena memang aku juga sudah sampai puncak birahi…
Dia mencumbui bagian itu sampai akhirnya dalam keadaan setengah sadar, aku merasakan kenikmatan yang sangat…
Sampai ketika aku rasakan ada sesuatu yg mulai mendesak masuk ke kemaluanku, aku tersadar dan membuka mata….
Dan alangkah tekejutnya aku, karena ternyata…
Yg berada di atas tubuhku  adalah  AH….
Kaget, malu, marah dan apalah namanya berkecamuk jadi satu…
Dia langsung membekap mulutku, sambil setengah mengancam dan berbisik…”Jangan teriak..!”
Aku langsung sadar, kalau aku berada di rumah AH….
Aku langsung sadar bahwa kenikmatan yang barusan aku rasakan ternyata bukan mimpi…
Spontan aku  teringat istri dan anak2nya…ingat keluarganya yg selama ini sudah baik padaku…
Maka aku pun diam sejenak, aku mencoba berpikir harus bagaimana…. Yang pasti aku tidak ingin terjadi masalah dg keluarganya…
Lalu aku mencoba meronta, akan tetapi tenaganya jauh lebih kuat dariku….
Dia menindih dengan kuat sambil membekap mulutku…
Aku mencoba menutup kedua pahaku, tapi dengan posisi AH yang sudah  menindih dan berada diantara kedua pahaku, aku mendapatkan kesulitan  untuk itu.  Kedua kaki AH mengunci kedua pahaku untuk terus  terbuka.
Aku mencoba mendorong tubuhnya, akan tetapi tubuhku yang kecil nampaknya  tidak memiliki cukup tenaga untuk mendorong tubuh AH yang tinggi dan  berotot itu…
Tangan kanannya terus membekap mulutku dan tangan kirinya menekan tangan  kananku.    Tangan kiriku mencoba untuk meronta, tapi  semua itu sia-sia.  AH terlalu kuat tenaganya…
Lama kelamaan aku lemas kehabisan tenaga…
Mungkin setelah dia rasa aku mulai lemah, dia mulai mengendorkan bekapannya.
Aku hanya bisa merintih memelas…”Akhi…jangaaaann…”
“Jangaaann…” Aku terus memohon dengan memelas..
Akan tetapi rintihanku sia-sia, AH tetap mempertahankan posisi itu dan  mulai membelai kepalaku dan mencoba mengecup bibirku… Dikulumnya  bibirku, dan lidahnya berusaha menerobos masuk. Aku berusaha mengatupkan  kedua bibirku dengan kuat.
Perlahan-lahan tangan kirinya mulai meremas lembut payudaraku beberapa saat….
“Akhiii….tolong lepas….jangan akhii….” Aku terus memohon dengan  rintihan yang pelan nyaris tak terdengar.  Bagaimanapun juga aku  khawatir kalo aku sampai membangunkan M, yang tentu akan memicu masalah  yang lebih besar.
AH tidak juga bergeming, bahkan dia terus mempertahankan posisinya…
Setelah itu, aku rasakan kemaluannya mulai mencari-cari jalan untuk  menerobos lubang senggamaku.  Aku tersentak dan berusaha  menghindarinya.  Akan tetapi dengan sisa-sisa tenagaku yang tidak  seberapa, usahaku sia-sia.  Akhirnya, dengan dua atau tiga kali  dorongan dia menemukan lubang itu dan  mulai mendorong pelan  kemaluannya masuk lebih dalam lagi dan lagi…
“Sakiiit akhiii….” Aku merasakan agak perih ketika kepala penis  AH mulai menerobos liang senggamaku.  Dia mendorong terus  kemaluannya sampai akhirnya aku rasakan semua tenggelam dalam liang  senggamaku.  Aku menahan nafas, dan AH menahan posisi itu beberapa  saat. Setelah dirasa aku agak tenang, AH meneruskan aksinya dengan  gerakan-gerakan yang lembut dan pelan-pelan….sambil terus dibelainya  kepalaku dan sesekali dikecupnya bibirku.
Kemaluannya terasa memenuhi seluruh ruang di liang senggamaku
AH terus menariknya, dan mendorong dengan gerakan yang lembut dan teratur…. berulang-ulang….
Pada awalnya aku merasakan perih di liang senggamaku, barangkali karena  keterkejutanku ketika aku tersadar membuat nafsuku spontan hilang.   Akan tetapi dengan kejadian yang sudah berlangsung seperti itu  lama-lama aku rasakan vaginaku mulai bisa menerimanya.  Cairanku  pelan-pelan mulai membasahi dinding-dindingnya dan otot-ototnyapun mulai  merespon tanpa bisa aku tahan sedikitpun.
Aku bingung, malu, takut, bercampur jadi satu dg sensasi aneh yg pelan-pelan mulai merasuki…
Sensasi aneh yang membuat aku bingung. Perlahan tapi pasti getar-getar rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh nadiku…
Entah syetan apa yang berperan, lama-lama secara reflek aku mulai mengimbanginya dengan gerakan-gerakan kecil pinggulku….
Aku tidak bisa lagi berpikir jernih …..
Yang ada waktu itu hanya rasa malu, bercampur bingung yang sudah tertutup rasa nikmat yang mulai menjalar….
Malu karena aku yang selama ini selalu menjaga diri dengan menutup rapat  tubuhku, malam ini tubuhku nyaris telanjang di depan laki-laki yang  bukan suamiku.
Bingung,…mengapa getar-getar nikmat itu bisa ikut menjalar dalam kejadian seperti ini??
AH mulai mempermainkan temponya, kadang dia percepat kemudian diperlambat….
Kadang dia benamkan dalam-dalam dan dia tahan sambil diputar-putarnya di dalam rongga vaginaku….
Sensasi yang aku rasakan pun semakin dahsyat….
Aku masih mencoba berpikir jernih bahwa pebuatan itu terlarang, akan  tetapi gataran-getaran rasa nikmat itu seakan menepis semuanya…..
“Akhiii….aaaahhhhh….” Tiba-tiba AH mempercepat tempo permainannya  beberapa saat dan itu membuat aku tersentak terbelalak mencoba menahan  sesuatu yang mendesak kuat dari dalam…..
Akan tetapi tanpa bisa aku bendung, desakan-desakan itu semakin menguat dan….. “Akhii..akhi….!! Aaaaccchhh……” Aku terbelalak, tanganku meremas kuat kepala AH dan kedua kakiku  terangkat tinggi sambil pahaku menjepit kuat-kuat paha AH.   Yaahh….sampailah aku pada orgasmeku….
Betapapun aku ingin menahannya, kenyataannya aku tidak mampu.   Daguku mendongak dan lenguhan kecilku tidak bisa aku sembunyikan lagi….  Otot-otot vaginaku terasa berdenyut-denyut meremas batang kemaluan AH  yang masih tertanam dalam-dalam.
AH tersenyum….entah apa arti senyumannya itu…
Sesaat kemudian aku terkulai lemas…
Mungkin karena dilihatnya aku mulai menikmati, dia semakin berani meneruskan aksinya…
AH memulai lagi mendorong dan menarik kemaluannya, kali ini langsung  dengan tempo yang cepat….  Aku yang sudah lemas dibuatnya  terengah-engah menahan serangannya.  Dan tidak berselang lama, AH  membenamkan kemaluannya dalam-dalam dan menahannya sambil mengejan….” Uuurrgg…aaacchhhh…..hanniii…..” lenguhan panjangnya tepat di telingaku yg lebih pas menyerupai bisikan tanpa getaran pita suara.
Rupanya dia mendapatkan orgasmenya.  Aku rasakan batang penisnya  berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku, dan terasa beberapa kali  semburan hangat benihnya dalam rahimku…
Ya….rahim yang saat itu sudah berisi janin dari suamiku…
Malam itu AH menuntaskan hajatnya denganku…
Setelah selesai dia ke kamar mandi, lalu kembali ke kamarnya…
Aku termangu dan terkulai lemas di pembaringanku…
Kulihat jam di hp-ku menunjukkan pukul 2.48.
Setelah itu  kesadaran dan akal sehatku mulai pulih…
Aku menangis,… Aku merasa sangat bersalah…!
Bersalah pada suamiku…. Bersalah pada M sahabatku…
Aku hanya bisa menangis dan tidak bisa tidur lagi sampe pagi…
Keesokan paginya AH sms ke hpku,”Maaf ya, aku khilaf tadi malam. Awalnya aku takut, tapi waktu aku lihat Melati jg menikmatinya, jadi kebablasan deh.”
“Iya, antum kok bisa gitu sih ?  Jangan diulangi ya…” Jawabku.
Aku termangu sendiri, berpikir mengapa itu bisa terjadi ??
Mengapa terjadi padaku..??
Dan parahnya lagi, mengapa aku semalam bisa menikmatinya…??
Aku mulai berfikir, apakah ini karena sebenarnya dalam alam bawah sadarku aku merindukan kehangatan dari suami ?
Memang selama ini urusan tempat tidurku dengan suami lebih banyak terasa  hambar. . Mungkin karena banyaknya persoalan yang terpendam dan  menumpuk aku selalu hampir tidak pernah mencapai puncak.    Apalagi setelah musibah gampa bumi, boleh dikatakan tidak pernah  suamiku menyentuhku. Sehingga semalam ketika terjadi peristiwa itu aku  hampir bisa dikatakan pasrah, tanpa perlawanan yang berarti.   Bahkan barangkali alam bawah sadarku sebenarnya menginginkannya…
Ah…yang sudah terjadi biarlah berlalu, pikirku…
Aku hanya takut kalo kejadian tadi malam diketahui M, istrinya….
Mengingat M hanya tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamarku…
Setelah malam itu hari-hari berlalu dan aku berusaha bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa…
Aku tidak ingin M, istrinya  tahu peristiwa malam itu…
Begitu juga kepada suamiku…. Aku simpan rapat2 peristiwa malam itu….
Waktu itu aku mulai berpikir, barangkali benar apa yang dikatakan para  Kyai di Pesantren itu Barangkali memang sebaiknya aku berpisah dengan  suamiku.  Bukankah dia tidak bisa lagi berlaku adil padaku ?   Bukankah aku juga punya hak yang sama dengan istri pertamanya ?   Bukankah AH sudah membuka pintu harapan bagiku ?  Dan berbagai  pernyataan batinku memenuhi benakku sekedar untuk mencari pembenaran  atas pemikiranku….
Dua minggu setelah peristiwa malam itu…..
Pagi-pagi AH pamit mau ikut gotong royong memperbaiki rumah warga yang  rusak karena gempa.  Memang waktu itu masih banyak rumah warga yang  rusak dan kami di kampung itu menerapkan sistem gotong royong saling  membantu untuk memperbaikinya.  Meskipun bantuan dari masyarakat  luar desa juga ada, akan tetapi kami selaku warga yang tinggal di desa  itu merasa tidak bisa berpangku tangan.
Setelah AH pergi, M istrinya juga pamit mengantar anak-anaknya sekolah.  Anaknya yang paling tua kelas 2 SD, kedua TK dan yang ketiga belum  sekolah.  Sarana sekolah menjadi prioritas perbaikan di desa kami,  mengingat warga tidak bisa membiarkan anak-anak mereka berlama-lama  tidak sekolah.  Jarak sekolah dari rumah AH kurang lebih 15 menit  dengan berjalan kaki.  Jam 7.30 M berangkat dan biasanya pulang  sampai rumah sekitar jam 11.30 karena M harus menunggu anaknya yang  duduk di bangku TK.
Setelah M pergi maka aku mengerjakan tugas-tugas di rumah mencuci baju  dan bersih-bersih.  Itung-itung aku harus ikut meringankan  pekerjaan M mengingat aku sudah banyak dibantu selama ini.  Sangat  tidak pantas rasanya kalau aku hanya berpangku tangan sementara mereka  bekerja.  Aku berusaha mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik, dan  siang itu kurang lebih jam 10 selesai sudah semua pekerjaan  rumah.  Badanku terasa capek dan aku segera beristirahat di kamar.
Baru saja aku membaringkan badan, tiba2 ada suara salam dan ketukan di  pintu depan.  Aku terkejut, karena itu suara AH.  Aku segera  mengenakan jilbab besarku dan belum sempurna aku mengenakannya aku  dengar langkah kaki AH sudah memasuki rumah.  Aku segera memberi  tahu kalo M belum pulang.  Maksudku supaya AH tidak masuk rumah  karena aku sendirian.  Sangat tidak enak kalo ada yang tahu,  apalagi ini siang hari….
“Afwan, M belum pulang.  Antum jangan masuk…..!”
“Cuma mau ambil sekop kok honney…. Sebentar aja.”
Terdengar suara gaduh AH di belakang mencari-cari sekop.  Aku masih  tetap di balik tirai kamar, tidak berani keluar.  Meski ada rasa  khawatir, tapi jantungku mulai berdetak lebih kencang.   Bayangan-bayangan itu mulai muncul lagi….
“Ah….enggak !  Jangan sampai !” pikirku.
“Hani, lihat sekop ga ya ?  Kok ga ada di sini ?”
“Di belakang situ kayaknya…”  jawabku
“Tolong bantu cari dong…keburu mau dipake nih…”
Dengan perasaan cemas dan jantung yang makin berdetak kencang aku keluar  dan menunjukkan posisi sekop yang tertindih barang-barang lain.
“Yups…ini dia…. Makasih ya…  hani udah makan belum ? lhoh,  kok keliatan pucat sih?”
“Hani sakit ya?  Udah, istirahat.  Kasian kan kandungannya…”
“Ga pa pa kok….” Jawabku.
Aku segera mengambil langkah untuk kembali masuk ke kamar melewati ruang  tengah.  Tiba-tiba tanpa kuduga AH mendekap perutku dari  belakang.  Dia lingkarkan tangan kanannya ke perut sambil sedikit  ditariknya badanku, sehingga sekarang aku berada dalam dekapannya.   Belum hilang rasa kagetku, dia langsung dongakkan wajahku dengan tangan  kirinya sehingga wajahku menengadah dan berhadapan dengan  wajahnya.  Spontan dia kulum bibirku sambil tangan kanannya mulai  meraba ke atas…..
“Jangan lagi Akhi….Jangan…!” Aku memohon.
“Sebentar aja, hani…” Jawabnya sambil terus mendekapku dengan kuat.
 “Jangan….nanti M pulang lho… Akh..jangan….mmmhh…..”
Dia terus mengulum bibirku sambil mengelus payudaraku.  Birahiku pun perlahan mulai bangkit.
Ya….sebuah rasa yang memang sudah agak lama tidak aku dapatkan.   Dari semenjak gempa, perjumpaanku dengan suami sangatlah terbatas.   Kalaupun berjumpa tidak pernah bisa ada ruang dan waktu untuk privasi.
Sehingga ketika siang ini aku mendapatkan perasaan itu maka terasa sulit  juga untuk mengelak.  Meskipun aku juga khawatir kalau M tiba2  datang.  Akan tetapi aku merasa sedikit tenang, karena posisi ruang  tengah ini tepat menghadap ke jalan dimana jika M pulang maka 100 meter  sebelum sampai pintu pasti terlihat dari ruang  ini, dan kami bisa  segera menghindarkan diri dari penglihatan M.  AH bisa segera  keluar dari pintu belakang dan kembali bekerja bakti.
Aksi kami pun berlanjut…. AH semakin ganas mengulum bibir dan lidahku….sambil diremasnya payudaraku dengan lembut…
Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah…..
“aaahhh….mmm…..akhiii….”
Dalam posisi masih bediri berhadapan AH menarik bagian bawah  jubahku.  Rupanya dia mau menggarap bagian V-ku.  Aku  memberikan jalan dengan agak melonggarkan kakiku….
Benar saja, jari-jemari tangannya mulai menelusup menembus celana  dalamku.  Dicarinya bagian clitorisku dan dielus-elus dengan  lembutnya…
Clitorisku mulai terasa basah dan jari-jemarinya mulai terasa licin  menelusuri permukaannya.  Nafasku mulai memburu dan aku mulai  memekik kecil…”uuhh…aaaa…hhh..mmmhh….”
Aku semakin menggelinjang dan aku jepit jari-jemarinya dengan pahaku…
“Hani…..” bisik AH di telingaku….
AH memelorotkan celanaku, dan diapun membuka sedikit celananya sebatas  turun ke lututnya.  Aku sedikit diangkatnya, rupanya AH  menginginkan posisi sambil berdiri.
Aku pasrah ketika kepala penisnya mulai menyeruak bibir vaginaku dari  bawah dan menekannya ke atas…..Bleesss…. Seluruh batang penisnya  langsung masuk ke vaginaku.  Vaginaku terasa penuh sesak dan  kurasakan rahimku tertekan ke atas…dan clitorisku langsung tertekan  pangkal penisnya yg berbulu lebat…
“Aaacchhhh……” Aku mendesah…
Seluruh batang penisnya tertanam di liang rahimku.  Kami berpelukan  dalam posisi aku dalam gendongannya.  AH tidak banyak bergerak  rupanya dia faham kondisiku yang lagi hamil. Dia menekan dengan kuat  pantatku dengan tangannya dan memutar-mutar batang penisnya.   Seluruh dinding liang rahimkupun terasa diaduk aduk, serta merta  clitorisku menerima gesekan-gesekan lembut dari pangkal penisnya dan itu  menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa….
Aku hanya terpejam menikmati permainan AH ini….
Hasratku naik dengan cepatnya, aku memeluk lehernya dengan kuat.   Dan bibir kami pun beradu dengan beringas….lidah kami saling beradu  untuk membelit dan akhirnya…..
“aaaaaaaaaaaa……mmmmmhh….akhii…iii….” aku tak bisa membendung  orgasmeku yang datang begitu cepatnya.  Aku remas kepala AH dengan  kuat untuk melepaskan energi yang besar itu.
Setelah itu dibaringkannya aku di sofa, dan AH melanjutkan aksinya dengan gerakan memompa dengan cepat.
Tak berselang lama AH mengejan….mendekap tubuhku merapat makin kuat…..
Dia memejamkan matanya sambil melenguh “aaaaaccchhhhh………..”
Sesaat setelah itu dia roboh ke sofa sambil nafasnya terengah-engah….
Batang kemaluannya terlepas dari V-ku.
“Kamu luar biasa, honney…. hebat…”
Jam menunjukkan pukul 11.05…
Sudah dekat waktunya M pulang.  Maka aku minta AH untuk segera keluar rumah sebelum M pulang.
Aku membersihkan sofa, barangkali ada sisa-sisa sperma AH yang  tumpah.  Setelah itu aku mandi membersihkan diri dan memulihkan  kesegaranku.
Kurang lebih 2 bulan setelah itu aku benar-benar minta cerai dari  suamiku, dan akhirnya kamipun bercerai.  Tapi anehnya… aku tidak  merasa terlalu berduka dengan perceraian itu.  Waktu itu usia  kandungankku 6 bulan.  Berarti aku mempunyai masa idah selama  kurang lebih 3 bulan sampai anakku lahir.
Suamiku memang orang yang bertanggung jawab. Sebulan setelah  perceraianku, dia  menyewakanku sebuah rumah (yang cukup sederhana  karena baru direnovasi seadanya setelah gempa).  Rumah itu cukup  mungil dan berada di pinggir desa.  Tepatnya agak terpisah dari  desa dan berada di areal persawahan dan itu satu-satunya rumah di  situ.  Tetangga terdekat berjarak sekitar 100 meter dari rumah itu  dan kurang lebih 300 meter dari rumah AH.  Aku menempati rumah itu  seorang diri.
Terkadang aku masih bertandang ke rumah M untuk sekedar silaturahim.
Suamiku pun seminggu sekali masih datang menjengukku sekedar menanyakan dan memenuhi kebutuhan sehari-hariku.
Suatu malam, nada sms di hp-ku berdering dan aku terkejut bangun  karenanya.  Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 23.45.   Ternyata dari AH…”Honney…belum tidur kan ??”
Aku tidak menjawabnya karena memang aku rasa sudah malam dan aku masih  mengantuk.  Akan tetapi tidak berselang lama, nada panggilan  berdering dari hp-ku.  AH misscall.  Akhirnya dg agak malas  aku jawab smsnya, “Da pa sih ?  Dah malam ni…”
Dia jawab lagi, “Jangan tidur dulu ya, 10 menit lagi aku datang…”
Deg…aku terperanjat….!  Gila juga ni orang…
Tiba-tiba perasaanku campur aduk gak karuan….
Terbayang lagi peristiwa-peristiwa yang lalu….
Duh…Mau ngapain ini orang, pikirku.  Dah malam gini……
“Eh…ngapain ?! Jangan gila ah….!” Jawabku
“Aku baru pulang dari Jakarta, ada oleh2 buat honney nih… he he”
“Ga enak kalo aku bawa pulang, ntar ketauan M kan ?” Jawabnya.
Kurang lebih 15 menit berselang terdengar ketukan halus di pintu  depanku.  Aku segera mengenakan jilbab hitam besarku dan berjalan  mendekati pintu dan mengintip dari balik tirai.  Ternyata benar, AH  yang datang.  Nekat juga AH ini…
Begitu slot kunci aku buka, dia langsung nyelonong menerobos masuk  rumah.  Aku merasa gak enak dan khawatir kalau ada orang yang  mengetahui kedatangan AH ke rumahku malam2 begini.
“Ada apa sih ?  Gak enak kalo ada yang tahu…”
“Tenang…aku dah survei keadaan, aman.  Tadi aku turun di ujung jalan dan jalan kaki ke sini…” Jawabnya.
Dia mengeluarkan bungkusan dari dalam tas dan memberikannya  padaku.  Setelah aku buka, ternyata 2 stel baju.  Satu stel  jubah hijau tua lengkap dengan jilbabnya dan satu lagi gaun tidur warna  biru yang sangat cantik.
“Makasih yaaa…. Udah, sana pulang….” Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraankku…
“Kok langsung disuruh pulang…?!  Abang pengen liat hani pake dulu baju ini…”
Aku mencoba menolak karena memang sudah malam dan aku benar2 masih  khawatir kalau ada orang yang tahu.  Akan tetapi bukan AH namanya  kalau mudah menyerah.  Akhirnya aku turuti permintaannya.  Aku  ke kamar mandi dan berganti baju yang baru dibelikannya.
Keluar dari kamar mandi aku mengenakan baju jubah hijau dan jilbab  besarnya.  Terasa pas banget di badanku, seakan-akan baju ini  memang dijahit untukku.  Aku melihat sudah ada 2 gelas teh panas di  meja.  Rupanya selama aku di kamar mandi dia menyiapkan teh panas  itu.  Hmmm….dasar AH, pikirku…
AH izin untuk mandi, karena dari perjalanan jauh badannya terasa capek  dan berkeringat.  Akkupun mengizinkannya.  Dia masuk ke kamar  mandi sambil membawa air panas sisa membuat teh barusan.
Setelah selesai mandi AH keluar dengan mengenakan kaos yang bersih dan badannya terlihat segar.
Kami terlibat obrolan2 ringan sambil menikmati teh panas. Obrolan kami  berkisar cerita AH yang baru merintis usaha baru di Jakarta sampai  akhirnya ke kondisi kehamilanku yang waktu itu sudah memasuki usia 7  bulan. Dia sangat perhatian padaku dan banyak memberi saran ini itu  untuk kesehatanku dan kandunganku.  Diam-diam aku semakin merasa  nyaman dan senang dengan perhatiannya…
Tanpa aku sadari tiba-tiba tangan kanan AH sudah berada di kepalaku dan  dibelainya jilbabku dengan lembut. Aku mencoba mengelak, tapi nampaknya  AH membaca kepura-puraanku.  Dielusnya dari atas ke bawah….dan  sampai di tengkuk, dipijitnya dengan lembut dengan gerakan memutar ibu  jarinya.  Lama kelamaan akupun sangat menikmati pijatan demi  pijatannya.  Karena malam itu badanku memang terasa kaku dan capek  sekali…
Akhirnya pijitannya turun ke lengan dan punggungku.  Agak lama dia pijat bagian tersebut dan akupun semakin menikmatinya…
Entah berapa lama aksi itu berlangsung, tiba2 kurasakan hembusan hawa  hangat di leherku. Ya,…AH mencium bagian belakang leherku dari balik  jilbabku.  Aku agak kaget, tapi pasrah.  Mungkin karena  suasana yang seperti itu membuat hasratku pelan-pelan bangkit.   Rupanya AH faham akan hal itu…
Dia terus menciumi leherku dari belakang, dan akhirnya dibalikkannya  tubuhku hingga kami berhadapan.  Aksinyapun dilanjutkan dengan  ciumannya di bibirku…
Dilumatnya bibirku dengan lembutnya, dan akupun meresponnya.  Aku  buka bibirku dan lidah kamipun beradu dengan beringasnya….
Untuk kesekian kalinya aku kehilangan akal sehatku.  Tapi aku pikir  sudah kepalang basah.  Bukankah aku sudah dicerai dan AH pun sudah  memberikan harapan untukku ?
Apalagi aku dalam kondisi hamil….
Jadi amanlah aku pikir…
Aksi kami pun berlanjut…
Sambil berciuman tangan AH menelusup di balik jilbab dan meraba-raba  dadaku.  Nafasku mulai memburu dan kuberanikan diri meraba  selangkang AH.  Terasa betapa penisnya sudah mengeras….besar dan  panjang.  AH membuka resleting celananya untuk memberi jalan padaku  supaya lebih leluasa memegang penisnya.
“Deg….” Ternyata penisnya sangat besar dan keras terasa dalam  genggamanku.  Aku tidak berani melihat, akan tetapi aku rasakan ada  cukup sisa panjang penisnya yang tersembul dari genggamanku.  Kami  terlibat dalam percumbuan yang cukup dahsyat, masing-masing dari kami  saling merangsang dengan hebatnya.  Aku sudah tidak peduli lagi apa  yang akan terjadi selanjutnya, saat AH mengangkat tubuhku ke dalam  kamar.  Dibaringkannya tubuhku di kasur dan kami melanjutkan  percumbuan kami.  Dia semakin berani, disibakkannya jilbab besar  yang aku pakai dan ciumannya kini mulai turun ke leher dan daerah  payudara.  Akupun semakin menggelinjang gak karuan…
AH pun makin menggila, dibukanya kancing jubah yg aku kenakan sekaligus  celana dalamku.  Kini aku bisa dikatakan telanjang.  Entah  setan mana lagi yang meracuniku sampai rasa maluku malam itu benar2  hilang.  Yang ada hanya hasrat yang memuncak dalam birahi.   Aku selalu menantikan aksi selanjutnya dari AH….
Dia mulai mencumbui clitorisku, diisap-isap dan dijilat-jilatnya.   Aku menggelinjang sangat hebat sampai pantatku terangkat-angkat tidak  karuan….lenguhan-lenguhan kecilku menambah panasnya ranjangku malam  itu…. ”hhh….ssshhh… aaachh…. akhi… aaahh…mmmm….”
Dia bertahan beberapa saat di permainan itu sampai akhirnya aku setengah berteriak,…”Aaaaccchhh…..akhiiii….aaaaaaahhhhhh” Aku remas rambutnya dan kakiku menjepit kuat lehernya. Yah….aku orgasme….
Suatu kenikmatan yang aku jadi merindukannya…..
Setelah beberapa saat aku terkulai lemas….
AH menciumi wajah dan bibirku sambil tersenyum puas….”Iiihhhh nikmat banget ya….??? Sampe gitu-gitunya….” selorohnya menggoda. 
Aku hanya terpejam…..terpejam sambil tersenyum puas….
Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang telanjang.   Bagaimanapun juga masih ada rasa malu ketika aku tahu AH melihat tubuhku  tanpa busana seperti ini.
Beberapa saat setelah itu sambil aku masih terbaring berselimut AH  kembali mengurut kakiku.  Rupanya dia memahami kondisiku malam  itu.  Badanku yang memang terasa letih makin lemas rasanya ketika  harus meledakkan energi orgasme yang cukup dahsyat barusan.  Dia  mulai memijit jari-jemari kakiku, kemudian telapak kaki.   Dipijatnya dengan lembut bagian itu sampai aku benar-benar merasa  cukup.  Kemudian pijatannya mulai naik ke betis dan di kanan kiri  tulang keringku, sampai ke lutut.  Setelah dirasa cukup, mulai  telapak tanganku dipijatnya merata sampai ke bahu.  Benar-benar  relaksasi yang bisa mengendorkan seluruh syaraf dan otot tubuhku.   Aku sangat menikmati pijatannya, sampai akhirnya (barangkali) aku  tertidur….
Tiba-tiba aku merasakan birahiku merambat naik lagi… Aku tersadar…   Ternyata AH mulai merangsangku lagi.  Kali ini dia langsung ke  clitorisku.  Pelan tapi pasti hasratku mulai memuncak lagi.   Aku mulai melenguh dan pantatku terangkat-angkat…
Digosoknya clitorisku yang sudah licin dengan jarinya, dan sesekali  dimasukkannya jarinya ke vaginaku dengan gerakan keluar masuk.  Aku  terbelalak, nafasku mulai memburu lagi dan tanganku mencari-cari  kepalanya.  Aku tarik kepalanya dan refleks kami bercumbu lagi  dengan hebatnya.  Lidahnya menyapu langit-langit mulutku dan itu  membuat aku semakin beringas seakan mau menelan lidahnya bulat-bulat.
Setelah dia rasa aku cukup pemanasan, dia membuka kakiku dan memasang posisi siap beraksi… “Gantian ya hani, ana belum dapat tadi….” bisiknya di telingaku.
Aku hanya terpejam….
“Hati-hati lho, perutku udah besar…” bisikku
“Tenang sayang, aku tahu caranya kok….Hani.nikmati saja ya…”
“Coba hani nungging, sayang….”
Dia memintaku untuk menungging dan bertumpu dengan kedua lutut dan  tanganku.  Akupun menuruti kemauannya.  Aku segera membalikkan  badan dan menungging dengan posisi pahaku agak terbuka.  AH  mengelus pantatku sesaat, sebelum aku rasakan kemaluannya mulai  menyeruak bibir vaginaku.  Mendesak masuk, pelan tapi pasti…
Agak susah masuknya, barangkali dengan posisi itu liang senggamaku  menjadi lebih rapat.  Dia terus mendorong dengan mantap sampai  akhirnya seluruh batang penisnya tertanam di liangku.
Aku terbelalak….
AH mulai memompa maju mundur sambil terus ditahannya pantatku.   Dengan posisi ini nampaknya clitorisku menjadi kurang mendapatkan  rangsangan.  Akan tetapi aku rasakan gesekan-gesekan penis besarnya  di dalam liang senggamaku mengaduk-aduk G-spotnya.  Aku mulai  mendesah dan melenguh lagi dan pasrah dalam kenikmatan yang semakin lama  semakin memuncak….
Tak selang lama, AH melenguh panjang,…”Uuuuuuggghhhh…..honneeeeyyy….” Rupanya dia sudah orgasme duluan.  Ditariknya pantatku kuat-kuat  dan dibenamkan seluruh batang penisnya dalam-dalam.  Aku rasakan  semburan benihnya amat banyak di dalam rongga rahimku, sampai aku  merasakan ada sebagian yang keluar mengalir turun di pahaku.   Setelah itu disuruhnya aku berbaring dan kembali kami berpelukan dengan  kuatnya melepaskan energi yg cukup besar itu.
Setelah nafasnya agak teratur, AH kembali memulai permainannya.   Sekarang posisi aku terlentang di bawah dan AH menopang badannya di  atasku.  Ia mulai memasukkan dan memainkan lagi penisnya di dalam  vaginaku.  Luar biasa, tahan lama juga rupanya…
Dia menopang badannya dengan kedua tangan, sehingga perutku aman dari  tekanan berat tubuhnya.  Dia permainkan kemaluannya di dalam liang  senggamaku, diputar-putar dan ditarik keluar masuk  perlahan-lahan….kadang agak dipercepat.  Terdengar bunyi  “crot-crot…” berulang-ulang karena beradunya kelamin kami yang sudah  sangat basah.
Dalam gerakan-gerakan dan gesekan antar kelamin yang penuh birahi itu  tak lama kemudian aku mendapatkan lagi puncak orgasmeku…. Orgasme yang  kedua, yang aku rasakan jauh lebih dahsyat dari orgasmeku yang pertama  tadi..
Aku mengejan dan terbelalak, “Uuuuaaaacchhh….. akkhhiii….aaaaahhhhhh……. .akhii…akhiii” Seluruh otot di tubuhku serasa melepaskan beban yang sangat berat… Aku  peluk erat kepala AH dan kakiku menjepit kuat pinggangnya untuk kedua  kalinya malam itu.  Nafasku memburu beradu dengan nafasnya.   Ciuman kami beradu dengan kuatnya seakan tak mau kami lepaskan.   Kami sama-sama terengah-engah malam itu, bermandikan keringat.
Setelah itu kami tertidur pulas sambil berpelukan di dalam  selimut.  Damai sekali aku rasakan waktu itu, rasanya aku sudah  memiliki suami yang benar2 bisa membuatku bahagia.
Sampai waktu terdengar adzan subuh kami terbangun, dan AH keluar pulang ke rumahnya.
Hari-hari selanjutnya kami beberapa kali melakukan hubungan layaknya  suami istri di rumah itu.  Waktunya selalu malam hari AH datang,  kadang langsung pulang dan terkadang tidur sampai pagi.  Jika  sampai pagi biasanya AH pas dalam perjalanan pulang dari luar  kota.  Pernah suatu saat kami melakukannya di kawasan wisata di  kota kami.  Dengan alasan kepada istrinya ada urusan bisnis di  Jakarta.  Kami menginap selama 3 hari di kawasan pegunungan  itu.  Dengan penampilanku yang seperti ini, tidak ada orang yang  curiga apalagi aku dalam kondisi hamil yang mulai besar.  Orang  pasti mengira kami pasangan suami istri….
Sebenarnya aku sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar.  Akan  tetapi aku selalu tidak mampu menolak rayuan AH dan aku selalu  terjerumus lagi….dan lagi….
Sampailah hari kelahiran anakku pada bulan Desember 2006.  Aku  diantar suamiku ke rumah sakit untuk persalinan.  Dia menunggui dan  mendampingi aku sampai anaknya benar2 lahir.
Setelah kelahiran anakku maka berakhirlah masa iddahku, yang berarti aku  benar-benar sudah lepas dari ikatan suamiku.  Tidak berselang lama  AH benar-benar menikahi aku setelah mendapat persetujuan dari M  istrinya.
Akan tetapi ternyata pernikahannku dengan AH tidak bertahan lama, karena  aku baru tahu sifat aslinya setelah aku menikah dengannya.
Memang dalam hal ranjang dia sangat memuaskan, akan tetapi tabiat  aslinya yang amat kasar ternyata baru muncul setelah menikah.   Seringkali hanya karena permasalahan kecil aku harus menerima pukulan  darinya.  Belum lagi caci maki yang sering keluar kari  mulutnya.  Selama 3 bulan aku menikah dengannya akhirnya aku tidak  kuat dengan perlakuannya.  Dan kembali aku minta cerai darinya….
Akhirnya aku berpisah dengan AH dalam kondisi aku hamil 1 bulan.
Sekarang anakku dari AH sudah berumur 3 tahun dan aku masih hidup menjanda bersama kedua anakku.
Barangkali saat ini adalah masa-masa aku menerima hukuman dari-Nya atas  dosa-dosaku yang lalu.  Maka aku hanya berusaha pasrah pada-Nya dan  menerima takdir ini sambil terus memohon ampunan dari-Nya.
 CERITA DEWASA : PERJALANAN BIRAHI SANG AKHWAT BERJILBAB
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar