Marisa haque masih sibuk membereskan pakainnya di villa sebelum yoris
yang menggilirnya seharian mengijinkannya kembali ke Jakarta. Tubuhnya
terasa meriang karena semalaman bercinta dengan yoris… Usai membersihkan
tubuhnya, dia berusaha memakai kembali pakaiannya dan berdoa agar
sesegera mungkin dirinya bisa meninggalkan tempat terkutuk itu. Tapi
baru saja dia mengenakan celana dalam krem yang berenda, tiba-tiba pintu
menjeblak terbuka. Spontan Icha mendekap payudaranya yang telanjang.
“Yoris.!” Icha menjerit ngeri melihat yoris sudah berdiri di ambang pintu. “Mau apa lagi kamu..?”Icha nyaris menangis saking kesalnya melihat yoris yang berdiri cengar cengir.
Pria kekar dan hitam itu hanya memakai celana boxer kumal, sepertinya sudah siap tempur.
“Ke sini!” bentak yoris membuat Icha mengkeret seolah ukuran badannya menyusut seukuran botol.
Dengan lemas Icha menurut. Tubuhnya yang hanya tertutup sehelai celana dalam tipis membuat yoris meneguk ludah. Ketika Icha mendekat, seketika yoris segera mendekap tubuh putih mulus itu erat-erat.
“Kenapa buru-buru cha.?” Katanya kalem sambil mencumbui payudara Icha yang mencuat ketat.
“Engh.. “Icha melenguh pelan. “Apa maksud kamu ? Bukankah saya udah kamu ijinkan pulang?”
“Oh. Ya..” Yoris menjawab pendek. “Tapi tidak sebelum kamu melakukan salam perpisahan.” kata pria itu. “Ayo ikut.” perintahnya sambil membawa Icha meski wanita cantik setengah baya itu belum menyatakan persetujuannya. Icha dibawa ke ruang tengah, dimana disitu Robert, anak buah yoris yang juga berpostur kekar menunggu, dia mengenakan kaus singlet dan celana pendek dan terlihat duduk santai di sofa ditemani minuman kaleng dan rokok.
“Wah wah wah…” Robert berdecak melihat wanita secantik Icha berjalan ke arahnya dengan keadaan nyaris telanjang bulat. “Sini, duduk di sini, katanya sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya. Icha disuruhnya duduk di tengah-tengah antara dirinya dan yoris.
“Nyonya temani kami nonton film ya..?” kata Robert pelan sambil menyambar remote TV.
Dengan beberapa kali tekan, volume suara TV membesar. Semula Icha tidak memperhatikan film apa yang ditonton oleh Robert karena panik. Tapi setelah duduk di sofa, dia memperhatikan baik-baik televisi di depannya. Langkah kagetnya dia ketika tahu filam apa yang tengah ditontonnya. Tidak lain adalah film pemerkosaan dirinya sendiri oleh yoris yang ternyata direkam entah kapan.
“Kalian gila!” Icha meraung murka melihat bagaimana dirinya sendiri sedang melakukan hubungan seksual bak seorang bintang film porno, dia berusaha berdiri untuk meninggalkan ruangan itu, tapi Robert menyuruhnya duduk dengan paksa.
“nggak usah terlalu lebai gitu ah Mbak.” Kata yoris santai. “Lihat aja tuh, nyonya konak berat waktu saya entot.”
Icha memalingkan wajahnya, meski begitu dia memang harus mengakui kalau dia ternyata menikmati hubungan seksnya dengan yoris. Ketika dia mencuri pandang ke layar TV pun terlihat kalau ekspresinya sangat natural dan sangat menikmati persetubuhan yang dia lakukan. Mau tidak mau tubuh Icha mulai panas dingin melihat film persetubuhannya sendiri tersebut.
“Hehehe… Mbak icha suka ya..?” Robert terkekeh melihat perubahan reaksi Icha.
Icha hanya diam meski mengakui hal tersebut. Icha makin panas dingin saat Robert dan yoris mulai menjamah tubuhnya yang nyaris telanjang. Robert meremasi payudara Icha sementara yoris sibuk menciumi dan menjilati leher jenjang wanita cantik itu.
“nggak enak kan kalau cuma nonton?” kata robert sambil terus mencumbui leher Icha, seketika saja jejak kemerahan mulai menghiasi leher putih mulus itu.
Icha mendesah diperlakukan seperti itu oleh dua pria sekaligus. Tidak puas hanya dengan mencumbui leher Icha, yoris mulai menyerang daerah kemaluan Icha yang terbalut celana dalam tipis. Tangannya menyusup ke balik celana dalam berenda itu dan mengaduk aduk vagina wanita cantik itu.
Icha kian tegang merasakan daerah vitalnya dibelai dan diremas-remas. Apalagi Robert yang tengah sibuk mempermainkan payudaranya kian ganas, tidak hanya diremas-remas, payudara Icha yang putih kenyal itu mulai dijilatinya terutama di bagian putingnya yang mencuat. Lidah Robert menyentil-nyentil ujung puting payudara Icha membuat daya rangsang kian hebat menggempur tubuh putih mulus itu. Apalagi saat yoris mulai menciumi bibir seksi Icha, Icha seperti terhanyut, dia memalingkan wajahnya untuk mempermudah yoris dalam menciumi bibirnya. Yoris yang mendapat peluang itu segera melumat bibir merah itu dengan rakus. Selama beberapa menit yoris mengulum bibir seksi artis cantik tersebut seolah tidak ingin dilepaskan. Yoris kemudian berusaha membuka mulut wanita cantik itu dan mendesakkan lidahnya ke dalam mulut Icha. Dalam keadaan terangsang, wanita itupun segera meresponnya sehingga kedua lidah mereka bertemu dan saling belit. Di sisi lain, Robert masih dengan keganasan yang sama, mempermainkan payudara Icha. Dia meremas-remas sepasang payudara mulus itu sambil terus menjilati putingnya yang merah mencuat, kombinasi dari serangan dua pria tersebut membuat Icha tidak tahan untuk mengerang merasakan kenikmatan.
“Ohh… ooh.. nnhh… nnhh… aahh…” icha mengerang penuh kenikmatan.
Dengan memasrahkan dirinya, wanita cantik itu bisa merasakan kenikmatan seksual yang begitu menggelora. Meski agak malu dan terpaksa tapi lama-lama Icha bisa menikmati permainan seksual yang dijalaninya bersama dua pria bejat tersebut. Lama-kelamaan ketiganya semakin terhanyut permainan seksual yang tengah mereka lakukan membuat film yang sedang diputar di TV terlupakan. Robert dan Yoris pun kian berani dalam menggarap tubuh artis cantik tersebut. Yoris dengan kasar menarik lepas celana dalam Icha membuat wanita itu kembali sepenuhnya telanjang bulat. Lalu dengan paksa, dua pria itu mengangkat kedua belah kaki Icha ke samping dan diletakkan ke paha mereka berdua sehingga posisinya mengangkang lebar membentuk huruf M membuat vagina Icha terkuak lebar. Posisi itu membuat Yoris kian leluasa mengaduk-aduk daerah kemaluan wanita itu.
“Ehss… aahh… oohh…” Icha mengerang lirih ketika tangan Yoris kembali mengaduk-aduk vaginanya. Apalagi saat yoris mulai memasukkan jari-jari tanganya yang kasar ke dalam liang vaginanya dan mulai mengocok liang vagina itu degan gerakan kuat.
“Ahh… aahh… oohh… oohh…” Icha mengerang, kali ini lebih keras, tubuhnya mulai menegang merasakan rangsangan yang kian hebat menekan tubuhnya. Tanpa terasa vaginanya mulai basah sehingga saat Yoris mengocoknya dengan jari, suara berkecipak terdengar keras ditingkahi desahan nafas dan erangan Icha. Tahu kalau rangsangannya berhasil, Yoris kian buas mengaduk-aduk kemaluan Icha, apalagi ketika klitoris wanita itu berhasil disentuhnya. Icha kian tak tahan merasakan desakan orgasme yang makin menggelora.
“Ohh.. oohh… ahh…” Icha tidak tahan lagi, dia merasa tubuhnya bisa meledak kapan saja. Tapi tepat ketika orgasmenya akan meledak, Mendadak Yoris dan Robert menghentikan rangsangannya. Seketika gelombang orgasme itupun melorot kembali. Hal itu membuat tubuh Icha melemas kembali. Sisa-sisa rangsangan orgasmenya membuat tubuh wanita cantik itu bergetar, dan mencoba untuk mendapatkan kembali orgasmenya, Icha menggerakkan pantatnya maju mundur seolah mencoba melakukan persetubuhan semu.
“Hehehehehe..” Robert dan Yoris tertawa melihat reaksi Icha yang terlihat menggelikan. Sontak Icha merasa malu. Orgasmenya melorot kembali ke titik nol.
“Kamu suka ya digituin?” tanya Robert sambil tersenyum sinting.
“Iya nih.. kayaknya konak berat..” Yoris menimpali. Icha diam saja, hanya nafasnya yang memburu saja yang terdengar. Tapi jelas sekali kalau dia menikmati permainan Robert dan Yoris. Karena itu Icha menurut saja saat kedua pria bejat itu mengulangi perbuatannya. Kembali Icha melenguh-lenguh merasakan kenikmatan seksual yang memuncak, tapi sekali lagi, saat hantaman orgasme terasa akan menjebol ubun-ubunnya, kembali Robert dan Yoris menahan rangsangannya, begitu terus selama beberapa kali membuat Yoris frustrasi setengah mati. Akibatnya ketika Robert dan Yoris akan menghentikan rangsangannya, dengan spontan wanita cantik itu menahan mereka berdua. Hal itu membuat Robert dan Yoris tertawa penuh kemenangan.
“Akhh… oohh..” Icha melenguh keras dengan wajah merah padam, rangsangan dari Robert dan Yoris benar-benar membuatnya tak tahan. Akhirnya setelah frutrasi menahan orgasmenya yang gagal berulang kali, Icha meledakkan dorongan seksualnya itu dengan satu erangan kuat.
“AAHHHKK…… AAHHHHH…!!!” Icha mengejang merasakan gelombang orgasme yang seperti meledakkan tubuhnya, bagaikan gelombang air bah yang memecah bendungan, desakan libido itu ditumpahkannya sekuat yang dia bisa.
Tubuh putih mulus wanita cantik itu mengejang ngejang beberapa saat, badannya melengkung ke depan seperti busur yang teregang kuat, membuat payudaranya yang kenyal terlihat makin menonjol dan mencuat dahsyat. Payudara itu bergetar hebat mengikuti irama tubuhnya yang bergetar keras, membuat tubuh yang telanjang bulat itu makin terlihat menggairahkan dan membangkitkan nafsu. Setelah orgasme yang begitu dahsyat itu tubuh mulus Icha langsung lemas seperti balon kempis. Keringat membasahi sekujur tubuhnya yang putih mulus membuat tubuh sintal Icha yang telanjang bulat itu terlihat begitu menggairahkan. Icha merasakan kenikmatan yang menghantam sekujur syarafnya sejenak membuat tubuhnya seperti melambung ke angkasa dan membuatnya mengambang selama beberapa detik. Seluruh akal sehatnya sudah tersapu oleh gelombang seksual yang melandanya. Nafasnya terengah-engah seperti orang yang baru saja berlari puluhan kilometer. Tak lagi dikontrol oleh akal sehatnya, Icha hanya bisa menurut saat Robert dan Yoris yang sudah melepaskan celananya memaksa wanita cantik itu untuk menggenggam penis mereka, dan dengan gerakan penuh nafsu, Icha mulai mengocok kedua penis yang sudah berdiri tegak itu sambil sesekali menjilatinya menggunakan lidah dan bibirnya yang seksi secara bergantian.
“Ohh… oohh…” Robert dan Yoris mengerang-erang merasakan cengkeraman tangan lembut Icha dan jilatan bibir wanita cantik itu menyerang penisnya. Secara cepat, gairah seksual mereka meledak kembali, dan sebagai wanita berpengalaman Icha tahu kalau kedua pria bejat itu sudah terangsang hebat, maka wanita cantik itu makin menggencarkan serangannya dan berharap kedua pria itu segera mengalami ejakulasi. Tapi apa yang terjadi kemudian membuat Icha kecewa. Yoris dengan gerakan kasar mencengkeram tangan icha yang masih mengocok penisnya.
“Gak usah buru-buru deh Mbak..” kata Yoris kasar. Icha yag masih sibuk mengocok penis Robert terkejut sesaat.
“Apa…” Icha tergagap, tapi dia tidak sempat meneruskan ucapannya, karena Yoris segera menyuruhnya menungging di atas sofa dengan tangan menumpu pada pegangan sofa, sebelah kakinya, yang kanan, bertumpu di sofa pada lututnya, sedangkan kaki kirinya lurus menapak lantai, memuat pantat wanita cantik itu sedikit lebih tinggi ketimbang kepalanya.
“Jangan..” Icha menggeleng melihat yoris yang berdiri tepat di belakangnya mulai menggerayangi pantatnya yang padat, tapi ucapannya terhenti karena Robert yang berdiri di depannya memaksa wanita cantik itu untuk mengulum penisnya. Icha merasa mual merasakan penis Robert menjejali mulutnya, sementara di belakang, Yoris sedang bersiap-siap untuk menyarangkan penisnya ke dalam liang vagina artis cantik itu.
“Ohkh..” Icha mengerang teredam, penis Yoris yang berukuran besar membuat vaginanya seperti disodok pipa besi panas, rasa nyeri menyebar ke tubuhnya, meskipun sat itu vaginanya sudah dilicinkan oleh caran vagina akibat orgasmenya sebelum ini.
Seolah tidak peduli dengan keadaan Icha, Yoris pun langsung menggenjot vagina artis cantik itu dengan sekuat tenaga. Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat seperti gerakan piston, mendesak vagina wanita cantik itu dengan gerakan kasar tak teratur. Meskipun sudah pernah melahirkan, tapi Icha rajin merawat vaginanya oleh karena itu tetap terasa sempit dan dinding-dindingnya terasa menjepit penis Yoris yang legam, saat ini sedang memenuhi organ, kewanitaannya.
“Ah.. ah… ah…” Icha hanya bisa mendesah pendek dengan nafas memburu atas perlakuan Yoris dengan suara teredam karena di lain pihak, mulutnya tersumpal oleh penis Robert yang sedang dikulumnya.
Yoris terus menggoyangkan pinggulnya dengan cepat membuat ubuh putih mulus artis itu tersentak maju mundur, membuat payudaranya yang indah bergoyang menggemaskan. Sodokan penis Yoris dari belakang membuat gerakan Icha tanpa diperintah mengulum penis Robert maju mundur. Penis Robert yang juga berkukuran besar membuat Icha membuka mulut dan tenggorokannya selebar yang dia bisa supaya bisa menampung keseluruhan batang penis Robert kekar itu.
“Mmhh.. mmmhh..” Icha hanya bisa bergumam tidak jelas sambil melirik ke arah wajah Robert yang meringis-ringis menahan gejolak seksual yang meledak-ledak. Bibir Icha mengatup dan menjepit ketat penis legam yang menyumpal mulutnya itu.
“Ahh… aahh.. yeah…” Robert mulai meracau tidak jelas merasakan kenikmatan yang menghajar sekujur penisnya, dan, seolah tidak sabar, dengan kasar Robert menjambak rambut Icha, kemudian menggerakkan kepala wanita cantik itu maju mundur sengan gerakan kasar membuat penisnya terpompa keluar masuk di mulut Icha. Sementara di sisi lain, Yoris terus menyodokkan penisnya di dalam liang vagina Icha dengan penuh semangat.
“Mmhh… nghh… mhh… agghhh…” Icha mengerang teredam menahan kenikmatan yang melanda tubuhnya.
Vaginanya terasa sangat perih tapi juga sangat nikmat saat gembong perampok itu menggenjot penisnya. Icha melenguh-lenguh liar merasakan kenikmatan persetubuhan yang dilakukannya, tubuhnya menggeliat-geliat dan bergetar hebat yang membuat Yoris kian bersemangat dalam menyodokkan penisnya. Pelan tapi pasti pria besar itu meningkatkan sodokan penisnya pada vagina icha. Goyangan pantatnya makin kuat membuat sodokan penisnya makin keras memompa liang vagina Icha membuat wanita cantik itu tidak kuasa menahan desahan kenikmatannya yang kian keras.
“Mhh… nghh… mmhh.. oogghh… ogghh…” erangan kenikmatan yang tak jelas tidak henti meluncur dari bibir Icha, deru nafasnya makin memburu seperti sedang berlari ribuan kilometer, keringat membasahi tubuhnya yang putih mulus membuat tubuh Icha yang telanjang bulat seperti berkilau. Gerakan wanita cantik itu makin liar membuat Robert yang tengah menikmati kuluman pada penisnya merasakan orgasmenya berakselerasi dengan amat cepat.
“Aahh… aahhh… oohh… fuckk… fucckkkhh…… aahhh…… aahhh…..” Robertpun mengerang seperti orang gila. Tidak seperti sebelumnya yang bisa menahan desakan ejakulasinya sendiri selama berpuluh menit, kali ini Robert harus menyerah.
“OOOHHKKHHH……. AAAHHH…” Robert mengerang keras merasakan hantaman orgasme yang menyerbu tubuhnya bagaikan badai api.
Seperti seluruh darahnya tersedot oleh kejutan ejakulasinya, tubuuh Robert mengejang. Sperma kental langsung memancar dari penisnya ke dalam tenggorokan Icha dan langsung tertelan oleh wanita cantik itu tanpa sanggup ditahan-tahan. Akhirnya Robert pun terkapar lemas merasakan sisa-sisa kenikmatan seksual yang baru saa menghajar tubuhnya. Icha merasa sedikit lega karena satu orang sudah menyerah, tapi dia masih harus melayani Yoris, pria itu tampaknya punya energi lebih dibanding Robert.
“Ohh… oohh.. yess.. yesss.. ah.. ah.. ayo Marisa.. lebih kerass.. ayo.. teruss..” Yoris menyemangati Icha.
Pria kekar itu masih berkutat menyetubuhi Icha dangan gaya menungging seolah tidak terpengaruh oleh ambruknya Robert. Dia makin kuat menggenjotkan penisnya. Dipeganginya pinggul Icha yang bulat lalu dengan kasar disentakkannya penisnya keras-keras di vagina Icha membuat tubuh putih mulus yang telanjang bulat itu tersentak-sentak maju mundur, dan hal itu dilakukan berulang ulang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat dan keras, kadang pelan tapi kasar. Tapi meski diperlakukan sedemikian kasarnya, Icha justru makin merasa nikmat. Lenguhan dan desahannya terdengar makin manja dan kian merangsang.
“Oohhh… aahhh… aahhh… oohh.. oohh.. aahh.. aahh..” kembali erangan dan desahan terdengar dari mulut Icha saat Yoris menggenjotkan penisnya dengan kuat.
Vagina Icha terasa melar disodok oleh penis Yoris yang berukuran besar. Suara berdecak keras terdengar sebagai akibat dari gesekan dua alat kelamin yang menyatu ketat mengiringi erangan dan rintihan nikmat kedua insan yang berbeda status yang tengah melakukan persetubuhan itu. Dan tanpa dapat dicegah lagi, gelombang birahi yang hebat kembali mencengkeram tubuh wanita cantik itu. Kembali tubuh putih mulus yang telanjang bulat itu menegang dan gemetar merasakan geombang orgasme yang memuncak. Marisa Haque benar-benar kehilagan akal menahan gelombang birahi yang makin keras melanda tubuhnya. Otaknya serasa macet tertutup oleh kenikmatan yang kian menggebu-gebu.
“OOHHKK….!! AAHHHH….!!” Icha tidak bisa menahan diri lagi. Erangan keras meluncur begitu saja dari bibirnya yang seksi. Tubuhnya kembali menggeliat keras.
“HGH… OHH….!!!” Dilain fihak Yoris juga tidak dapat menahannya, gelombang orgasmenya kali ini berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Wajah Yoris memerah merasakan aliran orgasme yang meningkat cepat. Sodokan penisnya mengeras dan akhirnya dia membenamkan penisnya sedalam yang dia bisa di liang vagina Icha.
“OOOHHHKKK…….. OOOHHHH….!!!” Yoris melenguh keras.
Spermanya menyembur di dalam vagina Icha mengisi rahim wanita cantik itu dengan benihnya.
Ketiganyapun akhirnya ambruk merasakan kenikmatan seks yang mereka dapatkan. Icha sendiri meskipun terpaksa, tapi dia merasakan kenikmatan yang asing dan jahat dalam tubuhnya yang, seperti candu, yang selalu ingin dia nikmati kembali.
******************************
Yoris mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalan tol. Disebelahnya icha duduk dengan raut letih Keinginannya saat ini adalah secepat mungkin sampai di rumah dan tidur untuk melepaskan penatnya. Dia merasa lelah secara fisik dan mental setelah selama beberapa hari ini dirinya dijadikan budak seksual untuk melayani nafsu bejat orang-orang yang sama sekali tidak pantas menjamah tubuhnya. Icha diantar di dekat komplek perumahan mewah dimana dia dankeluarganya tinggal. Icha menelepon suaminya dan minta dijemput. Setelah itu yoris meninggalkan icha sendirian, sembari menunggu kedatangan suami tercintanya. Setelah dijem[ut suaminya yang merasa cemas akan keadaan icha, icha pun dibawa pulang kerumah, sesampai disana icha menceritakan pada mereka bahwa dia kecelakaan mobil dan tersesat selama beberapa hari di hutan. , setelah menceritakan cerita karangan itu pad suami dan kedua anaknya, icha lalu masuk ke kamar mandi, Mandi di air dingin berjam-jam menjadi pelarian Icha untuk merontokkan kegalauan hatinya, seolah berharap penderitaannya akan larut bersama air yang menyiram tubuhnya. Bekas-bekas fisik persetubuhan yang tak dikehendakinya memang tersapu oleh air tapi bekas secara tak kasat mata terus melekat di hati wanita cantik itu. Tidurnyapun menjadi tidak nyenyak karena sepanjang malam mimpi buruk terus menerus mengganggu ingatannya ditambah dengan rasa bersalahnya jika menatap wajah suami dan anak anaknya yang begitu menyayanginya. Ia telah membohongi mereka dengan cerita dia tersesat di kawasan puncak, sampai seseorang menolongnya dan mengantarnya sampai persimpangan komplek rumahnya. Icha pun berpesan pada suaminya agar media massa tidak mengetahui bahwa dia telah hilang beberapa hari. Di satu sisi Icha merasakan jijik dan terhina luar biasa oleh kelakuan para pria bejat yang merampok tubuhnya luar dalam, tapi di pihak lain, alam bawah sadarnya mengatakan ingin kembali merasakan pengalaman yang penuh sensasi itu. Suaminya tidak pernah memberikannya kepuasan sexual sedahsyat yoris. masih terkenang bagaimana tubuhnya diremuk oleh kekuatan orgasme yang bagaikan ledakan seribu meriam menghajar syaraf seksualnya berkali kali. Tubuhnya yang rindu belaian pria. Icha menemukan muara untuk menyalurkan hasrat seksualnya yang melimpah. Tidak dari Ikang fauzi suaminya, melainkan yoris, pria yang bisa membawanya ke awang-awang kenikmatan duniawi yang selama ini dia cari-cari. Sekarang icha harus membuat sebuah scenario agar apa yang terjadi padanya selama beberapa hari menghilang dari rumah dapat disamarkan. Ia tidak ingin suami dan kedua anaknya tahu apa yang telah menimpanya.
*********************************
Lima hari setelahnya
“Lightingnya gimana?” teriak sutradara melalui TOA yang dipegangnya. Wajahnya pucat entah karena stress atau kelelahan. Sedari tadi dia sibuk berteriak sampai serak mengatur seluruh kru. Sedianya syuting hari itu akan diselesaikan hari itu juga, tapi semuanya berantakan ketika generator untuk tata cahaya meledak.
“Wah… parah Boss…” kata seorang kru. Perawakannya kurus dengan rambut gondrong diikat ekor kuda. Wajahnya tirus dan cekung mirip seorang pecandu narkoba. Dia bertugas sebagai kru peralatan yang biasanya melakukan bongkar pasang.
“Parah apanya?” tanya si sutradara melotot.
“Gensetnya… pan tadi Si Boss udah lihat sendiri..” katanya kalem.
‘Gua gak mau tahu ya..” si sutradara mulai naik darah. “Dalam satu jam semuanya harus sudah siap… kalau nggak..” Si sutradara tidak meneruskan ucapannya. “Dan elo Mad, elo bereskan itu kamera sebelum kena hujan,” kata si sutradara menunjuk ke atas. Langit memang terlihat gelap karena mendung. Sebuah keadaan yang tidak menguntungkan untuk meneruskan syuting. Belum lagi kru bertampang tirus itu menjawab, seorang petugas di bagian kamera berteriak keras.
“SOMAD………!!! bantuin gua angkat kabel …!!”
“Sial..!” kru yang ternyata bernama Somad itu mengutuk pendek sebelum melesat menuju orang yang memanggilnya. Gulungan kabel besar besar sudah menunggunya untuk diangkat.
“Mau dibawa ke mana Bang..?” tanya Somad gemetar karena keberatan membawa kabel sebanyak itu. Badannya yang kurus seolah tidak mampu menahan berat kabel yang diangkatnya sehingga orang-orang khawatir kalau sebentar lagi Somad akan roboh tidak sanggup mengangkat kabel segitu banyak. Meski begitu ternyata Somad mampu mengangkatnya, kendati kakinya yang terbungkus celana hipster ketat sedikit gemetar.
“Bawa ke wardrobe sono, tapi jangan tercampur sama properti yang lain,” kata kru yang memerintahnya. “hati-hati juga, di sana banyak kostum, jangan sampai elo salah taruh..”
Yang lainnya tertawa mendengar ledekan itu, tapi Somad santai saja seolah tidak terjadi apa-apa. Dia berjalan terhuyung membawa gulungan kabel menuju tempat penyimpanan properti. Yang dimaksud sebagai tempat penyimpanan properti itu ternyata sebuah karavan (rumah mobil) yang disulap menjadi gudang berjalan bercat warna oranye dan hitam sewarna dengan logo rumah produksi pemiliknya, yakni artis cantik yang juga politisi, Marisa Grace Haque Fauzi. Ukurannya cukup besar sehingga pas kalau disebut sebagai rumah berjalan. Agak kesulitan Somad membuka pintu tempat penyimpanan. Ruang dalamnya yang sempit makin terlihat sempit karena dipenuhi barang, mulai dari tumpukan peti yang entah apa isinya, deretan rak dengan puluhan baju kostum syuting yang tergantung, gulungan kabel dan tumpukan barang lain yang kelihatannya merupakan properti usang. Pandangan Somad mengarah pada sebuah peti kecil berwarna hitam seukuran kopor baju.
“Wah..” Somad nyengir. “Ini kan kamera Ikagami terbaru..” kata Somad.
Dan meskipun tampangnya bego, otak Somad tidak setolol wajahnya. Dia pernah diajari oleh salah satu kru bagaimana cara mengoperasikan kamera itu. Lalu dengan gaya kameraman profesional dia mulai mengulik kamera digital canggih itu.
“Wah…” Somad ternganga. “Memory cardnya masih ada. Pasti ada kru yang lupa mencabutnya, wah.. akan gue laporin sama Boss..” katanya pada dirinya sendiri. Somad masih ingat kehebatan kamera di tangannya. Zoomnya mampu menjangkau jarak sampai seratus meter lebih, karena itu kamera ini sangat pas untuk megambil gambar Long Range, sementara close up shoot nya juga sangat mengagumkan, dia ingat petunjuk kawannya kalau kamera ini mampu meng close up wajah orang yang berdiri dengan jarak 150 meter tanpa cacat sedikitpun.Keasyikan Somad mengagumi kamera itu mendadak buyar ketika ada orang lain yang berjalan mendekat. Somad kelimpungan setengah mati ketika orang itu makin mendekat. Apalagi saat dengan jelas Somad mendengar gagang pintu diputar. Dengan gugup, tanpa sempat mengembalikan kamera mahal yang dipegangnya, Somad segera menutup peti penyimpanan kamera dan membawa kamera canggih di tangannya bersembunyi. Dengan gerakan seperti seekor tupai, Somad melompat masuk ke sela-sela tumpukan kostum syuting yang tergantung di rak yang ada di dekatnya, tepat ketika pintu terbuka.
“Elo gila! Ngapain elo ke sini..?” Somad samar-samar mendengar percakapan antara seorang laki-laki dan perempuan, yang, meskipun dilontarkan dengan setengah berbisik, tapi jelas kalau kedua orang itu tengah bertengkar.
”Nggak usah marah begitu deh Cha..” suara pria diiringi tawa lunak terdengar. “Gue udah bilang kan, kapanpun gue mau, gue bakal minta ke elo..”
“Tapi tidak di sini!” terdengar suara wanita dengan nada jengkel seolah nyaris menangis. “Elo bisa nunggu sampai gue selesai kan?”
“Nah.. itu persoalannya..” kata si pria lagi. “Gue nggak bisa nunggu lagi.. Tapi kalau elo nggak mau ya nggak apa-apa, sebentar lagi semua orang bakal tahu perempuan macam apa elo itu..”
“Jangan!” si wanita berkata tertahan dengan nada ketakutan. “Jangan.. baik, saya mau.. tapi jangan sampai ada yang tahu..”
“Ah.. di sini tidak ada siapa-siapa.. semua orang sedang sibuk di luar sono..” kata si pria kalem.
Somad yang bersembunyi merasa ketakutan setangah mati mendengar percakapan bernada ancaman itu. Dia sedapat mungkin berusaha tidak menimbulkan suara yang mencurigakan, dan selama beberapa menit dia berhasil melakukannya, sampai suara-suara ganjil membuatnya penasaran. Tadinya Somad bertekad tidak akan melihat apapun yang mereka lakukan, tapi suara-suara ganjil itu membuat darah Somad seolah bergolak. Desahan-desahan nikmat yang tertangkap telinga Somad menggedor jantung pemuda itu. Dengan mengerahkan segenap keberanian yang dimilikinya Somad mencoba melihat apa yang sebenarnya dilakukan oleh sepasang pria dan wanita itu. Jantung Somad seolah berhenti berdetak selama beberapa detik saat dia melihat apa yang terjadi. Sebuah pemandangan erotis terpampang di hadapannya. Seorang wanita cantik bertubuh indah, dalam keadaan setengah telanjang, hanya megenakan baju, begelantungan di tubuh seorang pria hitam dan berbadan kekar, pria itu menyetubuhi wanita itu sambil berdiri. Kedua kaki wanita itu mengapit melingkari pinggang si pria. celana panjang begitu pula dengan celana dalam mereka tergeletak di lantai, sedangkan baju safari yang dipakai si wanita terangkat ke atas dengan Bra merosot dari tempatnya sehingga payudara indah si wanita itu terlihat begitu jelas, sementara si pria, yang sama sekali jauh dari tampan, hanya pria itu berbadan kekar. celananya melorot sampai sebatas lutut, penisnya jelas-jelas membenam di dalam liang vagina si wanita, tengah menyetubuhi wanita cantik yang mengenakan jilbab itu dengan gerakan kasar, sementara mulutnya menjejali leher wanita yang mengenakan jilbab itu dengan cumbuan kasar. Dan jantung Somad makin tidak karuan ketika dia tahu siapa wanita yang tengah disetubuhi oleh si pria.
‘Itu… itu…” Somad menutup mulutnya menahan diri sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan suara bahkan sebuah bisikan sekalipun.
Dia tidak pernah menyangka akan melihat sebuah adegan yang sama sekali bukan rekayasa dimana wanita yang sedang berhubungan badan itu adalah seorang artis cantik dan terkenal, Marisa Grace Haque, seorang yang selama ini somad kenal sebagai wanita yang taat dan setia pada suami. yang juga pemilik rumah produksi tempat dia bekerja tengah digagahi oleh pria yang bukan suaminya. yang sama sekali tidak ada seujung kukunya kalau dibanding dengan wanita cantik tersebut. Entah mendapat bisikan dari mana, Somad tiba-tiba menyalakan kamera Ikagami super canggih yang tanpa sadar digenggamnya begitu erat, dan dari balik lapisan kostum yang tergantung di rak, Somad mulai mengabadikan adegan erotis itu. Kehebatan kamera yang ada di tangan Somad dimanfaatkan dengan baik oleh pemuda itu. Gambar close up Icha yang melenguh-lenguh ditangkap dengan sempurna.
“Oohhh… aahhh… aahhh… oohh.. oohh.. aahh.. aahh..” erangan dan desahan terdengar dari mulut Icha, meski semula terpaksa, tapi jelas sekali kalau wanita cantik itu sagat menikmati hubungan seksual gila yang dia lakukan saat ini.
Meski begitu tampaknya pria itu tidak mau mengambil terlalu banyak, hanya limabelas menit lamanya kedua orang itu melakukan hubungan seks. Icha turun dari pelukan pria berpostur tegap itu, icha yang tadi disetubuhi pria itu sambil berdiri, belakangan ini mudah sekali mengalami orgasme, tidak mampu menahan sensasi dari dalam tubuhnya itu, dengan erangan tertahan dia melepaskan gelombang orgasmenya, sementara pada saat yang hampir bersamaan pria yang menyetubuhinya pun mengerang lirih dan melepaskan spermanya di dalam liang vagina artis cantik itu. Tangan pria tersebut menahan dan meremas kedua pantat icha yang montok seolah ia tak mau melepaskan icha yang tak kalah menikmati orgasmenya. Terlihat pria itu melepaskan icha yang bergelayut di tubuhnya.
“Sekarang kau pergi yoris…” kata Icha yang merapikan pakaiannya dengan tergesa-gesa saat ada orang yang memanggil-manggil namanya.
Pria yang ternyata adalah Yoris itu hanya mesam-mesem sambil menarik retsleting celananya.
“Nanti malam kita terusi lagi…” katanya pendek sambil mengambil rokok dari saku bajunya, lalu dengan santainya Yoris berjalan keluar seloah tidak terjadi apa-apa.
Icha bergegas merapikan pakaiannya dan berjalan keluar dari tempat terkutuk itu. Terdengar seorang kru berbicara dengan pemilik production house itu yang dijawab dengan bentakan galak oleh Icha.
Somad, yang meskipun sudah selesai menyaksikan adegan –sekali seumur hidup- barusan, kaku di tempat persembunyiannya. Wajahnya pucat pasi, sementara tangannya menggenggam erat kamera canggih yang dipegangnya seolah takut kamera itu bakal berteriak mengenai apa yang baru saja dia rekam. Baru setelah lewat sekian detik, Somad menghela nafas panjang sekali. Dirinya baru sadar kalau dia dari tadi menahan nafas begitu lama.
‘Oke Mad.. oke.. tenang..” kata Somad pada dirinya sendiri.
Jantung pemuda kurus itu berdetak dua kali lebih kencang, tanpa sadar dia memegang penisnya yang tegang menyaksikan adegan seks yang terpampang di hadapannya. Celana dalamnya terasa lengket oleh cairan kental, tanpa sadar rupanya sperma Somad ikut keluar akibat tidak tahan. Lalu dengan gemetar, Somad mengembalikan kamera yang dipegangnya ke dalam pei penyimpanan, tapi entah apa yang mendorongnya, Somad mengambil kartu memori tempat penyimpanan flm dari kamera itu. Sepanjang malam Somad tidak bisa tidur nyenyak. Langit-langit kamar kostnya yang kosong dipelototi terus menerus dan selalu saja adegan hubungan seksual antara Marisa haque, wanita pemilik rumah produksi ini dan Yoris muncul di sana. Kejadian yang diabadikannya dengan kamera itu terus-menerus melekat dalam pikirannya. Dipandanginya foto Icha yang dipajang di kamarnya dengan pikiran melantur tidak jelas. Tidak tahan melihat foto wanita yang tadi pagi dilihatnya nyaris telanjang, Somad segera kabur ke kamar mandi dan disanalah dia beronani. Somad, adalah pria yang senantiasa mempuyai fantasi seksual gila terhadap artis setengah baya namun masih tetap cantik itu, mereka bersedia membayar berapapun untuk bisa berhubungan badan dengan Marisa haque, bahkan jika seandainya ada iblis yang menawarkan diri membantu dengan imbalan menukar jiwa mereka sebagai imbalan mereka hampir bisa dipastikan akan menerimanya. Somad bekerja dengan pikiran kalut. Ribuan rencana kini memenuhi otaknya yang setengah kriminal, sehingga kalau seandainya sebuah mesin, orang akan mampu mendengar roda gigi di dalam otak Somad berputar puluhan kali lebih kencang. Meski begitu dia tidak mampu menentukan pilihan apa yang akan diambilnya dengan kejadian yang dialaminya kemarin.
‘Bagaimana caranya..?” begitu terus menerus Somad menggumam tak jelas.
Berkali-kali dia ditegur karena teledor melakukan kerjanya. Semua rekan kerjanya bingung dengan kelakuan Somad yang ganjil. Beberapa mengira kalau Somad kerasukan setan yang ada di lokasi syuting yang buru-buru disanggah oleh rekan yang lain. Somad baru berhenti bergumam sendiri saat dia melihat seorang kru mencabut kartu memori dari kamera dan dipindah ke card reader yang ada di laptopnya. Spontan Somad meraba saku celananya dimana kartu memori yang menyimpan adegan seksual Icha dengan Yoris tersimpan. Dengan tekun Somad memperhatikan bagaimana kru tersebut memindah isi kartu memori ke dalam hard disk. Otak Somad rupanya cukup cerdas untuk mempelajari hal-hal seperti itu, apalagi dengan prospek menyenangkan menunggunya di depan mata. Lalu dengan sedikit memberanikan diri, Somad mulai menanyakan beberapa hal pada kru tersebut.
“Kalau untuk membuat video yang profesional emang rumit Mad. Elo butuh program khusus, misalnya Adobe Director, Adobe Premiere dan After Effect untuk melakukan editing dan memberi efek khusus buat video elo itu, dan elo tahu nggak sekali jadi buat belajar sampai level kayak gitu.” Kata si kru. “Tapi kalau sekedar memindah isi memory card ke CD sih gampang. Elo cukup modal CD writer sama program burner, misalnya Nero.” Kata si kru sambil menunjuk logo program Nero Startsmart pada desktop.
Rupanya keberuntungan sedang memayungi kehidupan Somad belakangan ini, terbukti ketika dia berniat meminjam laptop dari temannya malahan teman Somad tersebut berniat menjual laptopnya dengan harga murah dengan alasan butuh uang. Somad langsung menyetujui untuk membayari laptop temannya itu setelah dia tahu semua kebutuhannya ada pada laptop yang dimaksudkan. Meski begitu baru tiga hari setelah hari keberuntungan itu Somad bisa melaksanakan aksi Mission Impossible nya.
Icha baru saja memasuki mobilnya untuk bersiap pulang ketika seorang kru anak buahnya dari bagian make up memanggilnya.
“Buk.. ini ada yang ketinggalan.” Kata kru pria yang agak kemayu itu.
“Apa ini Han..?” Icha bertanya bingung. Sebuah amplop kecil berwarna coklat, disegel dengan lem agak berlebihan. Tulisan “UNTUK IBU MARISA HAQUE” dengan spidol hitam tertera jelas di bagian depan, meski agak mirip tulisan cakar ayam.
“Buat saya.?” kata Icha seperti ditujukan buat dirinya sendiri.
“Sepertinya emang untuk mbak Icha, kan namanya ditulis jelas.?” kata kru bernama Han itu dengan gaya kenes.
“Dapat dari siapa?” tanya Icha ragu.
“Wah, dari siapa nggak tahu mbak.. soalnya tadi ngegeletak di meja rias .” jawab han, masih dengan gaya kenes.
“Icha tertawa melihat gaya kemayu si Han, dengan sedikit penasaran dia merobek amplop coklat itu. Isinya sebuah Compact Disk putih polos dengan merk murahan. Sebuah catatan dari sepotong kertas bekas sobekan notes yang ada kop rumah produksinya ikut terjatuh saat Icha mengambil CD dari dalam amplopnya.
“Hanya boleh dilihat kalau sudah ada di rumah. Kalau sudah selesai melihat isinya, segera hubungi nomor ini ..” Icha membaca isi catatan. Sebuah nomor telepon CDMA tertera di sana. Penasaran Icha menghidupkan CD player di mobilnya, tapi invalid. CD tidak bisa dibaca oleh player biasa. Tamara paham kalau CD itu hanya bisa dibaca menggunakan komputer.
Agak mengabaikan CD yang diperolehnya secara misterius, Icha mengemudikan mobilnya dengan kecepatan biasa. Begitu sampai di rumahpun Icha masih sempat mandi dan makan malam. Baru ketika akan tidur Icha ingat dengan CD misteriusnya. Sedikit rasa penasaran dan khawatir menyelimuti perasaan Icha yang belakangan ini tidak karuan. Bahkan sebuah perasaan menakutkan bahwa akan ada bencana susulan menyergap perasaan wanita cantik itu, meskipun segera ditepisnya.
Pelan-pelan Icha menyalakan laptopnya dan memasukkan CD ke dalam drivenya. Semula hanya beberapa adegan sinetron yang muncul di layar laptop. Selama beberapa menit semuanya berjalan normal, sampai adegan yang membuat Icha panas dingin. Adegan persetubuhannya dengan Yoris di ruang wardrobe terpampang dengan jelas. Beberapa scene malah menunjukkan dengan jelas ekspresi Icha yang terlihat menikmati hubungan seksual yang dilakukannya. Spontan Icha mengangkat laptop miliknya itu dan membantingnya ke lantai sampai hancur berkeping keping diiringi suara ledakan keras. Masih belum cukup, Icha mengangkat kepingan laptop tersebut dan menghantamkannya ke lantai berkali-kali sampai benar-benar hancur, termasuk CD yang ada di dalamnyapun ikut hancur berkeping-keping. Penderitaan yang dialaminya rupanya bakal bertambah dengan adanya orang lain yang memanfaatkan kelengahan dan keteledorannya. Rasa kesal, malu, marah dan tidak berdaya yang teraduk menjadi satu membuat dada icha seperti diinjak oleh seekor gajah raksasa, dan perlahan tangis wanita cantik itupun pecah tidak kuasa menahan perasaan yang makin menggila di hatinya. Lalu bagaikan orang gila, Icha mengaduk-aduk isi tasnya, mencari catatan yang ditemukannya bersama CD yang memutar kehidupannya kembali ke awal bencana. Segera Icha menyambar HP nya dan menekan nomor yang ada di catatan kecil itu.
“Halo!” Icha mmbentak marah ketika teleponnya tersambung. Suara pria menjawab dari seberang.
“Jadi sudah dilihat isinya buk…?” kata orang itu.
“Jangan macam-macam Bangsat..!” Icha meluapkan emosinya. “Kalau kamu berani macam-macam..”
“Hmm ibu tidak pada posisi yang kuat untuk mengancam buk!” balas pria di seberang dengan tidak kalah galaknya. “Karena rahasia bu icha ada sama gue. Jadi, kalau elo mau selamat, lebih baik elo nurut sama gue.. atau…” pria itu mengulur suaranya, menikmati efek ketakutan yang tengah melanda Icha. “Seluruh dunia akan tahu .. ..”
“Jangan!” Icha mendadak merasa lemah dan takluk mendengar ancaman itu. Tawa kemenangan terdengar dari seberang.
“Jadi.. sekarang ikuti perintah gue, patuhi apa yang gue katakan.. paham?” bentak pria itu. Icha mengiyakan dalam isakan tertahan. Pria itu memerintahkan Icha untuk pergi ke suatu tempat .
Keesokannya icha mengendarai mobilnya sendirian ke tempat yang ditunjukan pria misterius itu, sekarang Icha telah sampai di tempat yang sudah ditentukan itu , Wanita cantik itu terlihat celingukan tidak tahu harus ke mana. Jalanan dimana dia berada saat ini sepi sekali, wajar karena jam sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Deretan ruko dengan rolling door besi kelabu seperti benteng baja yang mengepung Icha, kesemuanya sudah tutup. Sesekali Icha dikagetkan bunyi kelontang kaleng jatuh tersenggol hewan malam. Keremangan lampu penerangan yang terkesan setengah hati makin mengesankan kalau tempat itu merupakan tempat berkumpulnya para pelacur murahan, dan dengan pakaian seadanya yang dia pakai membuat Icha merasa dirinya benar-benar sudah berubah menjadi pelacur pinggir jalan. Mendadak HP icha bergetar tanpa suara. Wanita cantik itu buru-buru mengambilnya. Nomor yang sama seperti yang ada di catatan CD tertera di sana.
“Udah sampai ya..?” tanya pria itu, membuat Icha gelagapan, seolah pria itu bisa melihatnya. Spontan Icha memandang ke segala penjuru, mencari apakah ada orang yang mengawasinya.
“Kalau elo mau cari gue..” kata pria itu sambil tertawa, membuat Icha menghentikan usahanya. “Coba elo lihat di depan elo, ada ruko yang pintunya dicoret-coret pake pilox..”
Icha segera mencari ruko yang dimaksud, tidak mudah mencarinya karena hampir semua pintu ruko sudah dicorat-coret para seniman liar jalanan dengan grafitti yang sesungguhnya sangat indah kalau dipasang di tempat yang pas. Tapi Icha beruntung saat dia melihat sebuah ruko yang rolling door nya tidak tergembok. Icha makin yakin setelah si penelepon mengiyakan bahwa memang ruko yang dilihatnyalah yang dia maksud. Dengan sedikit gemetar Icha mendorong pintu besi kelabu itu dan menutupnya kembali. Butuh beberapa saat bagi mata Icha untuk menyesuakan diri dengan keremangan ruang di dalam ruko yang hanya diterangi sebuah bola lampu kecil.
Icha mengasumsikan kalau dirinya sedang berada di sebuah gudang atau bekas bengkel mobil, kalau menilik barang yang ada di sana dan bau karet bercampur oli bekas yang mendominasi ruangan. Ruangan itu tidak lebih luas dari sebuah garasi dua mobil. Sebuah kompresor ukuran sedang tergeletak di sebelah kiri dinding yang penuh dengan rak berisi onderdil bekas. Tumpukan ban bekas ada di sisi yang lain dan sebuah motor tua karatan dengan kedua bannya kempes teronggok merana di bagian paling ujung ruangan. Di sebelahnya terdapat tumpukan peti yang tertutup lembaran-lembaran tripleks. Icha melihat sebuah tangga besi di dinding paling dalam, menuju ke lantai dua. Di beberapa tempat terserak kaleng-kaleng bekas oli dengan berbagai merk. Mendadak lampu gantung yang menjdi penerangan utama ruangan itu menyala secara serentak, membuat seluruh ruangan menjadi terang benderang. Icha terkesiap kaget, dia merasa saat-saat yang mengerikan itu akan tiba kapan saja. Dalam kondisi terang benderang Icha bisa melihat jelas kalau ruangan tempatnya berada saat ini adalah sebuah bengkel yang tidak terpakai, merujuk pada debu tebal yang melapisi tempat itu dan sarang laba-laba yang menempel di beberapa sudut. Meski begitu Icha sempat melihat ada beberapa tempat yang terlihat sangat bersih, terutama bagian lantai ruangan yang terbuat dari keramik kelabu kusam, seperti ada yang mengepel lantai itu beberapa saat sebelumnya.
“Sampai juga akhirnya..” terdengar suara pria dari arah tangga besi yang menuju lantai dua. Icha yang sibuk memperhatikan keadaan sekeliling tidak menyadari kedatangannya, dia serentak membalikkan badan.
“kamu kan…” Icha terperanjat dengan mata terbelalak setelah mengetahui siapa pria yang mempermainkannya selama ini. Somad, pria yang dikenalnya sebagai kru di rumah produksi miliknya!. “kamu kan….”
“Somad, Buk…” kata Somad meninggalkan basa-basi yang selama ini dia gunakan jika bertemu orang lain. Icha yang kesal dan marah setengah mati langsung mendekati Somad dan menampar wajah pria itu dengan keras.
Somad terdorong ke belakang beberapa langkah. Icha yang tinggi tubuhnya 175 cm tampak menjulang di hadapan Somad yang Cuma 155 cm. Meski begitu, Somad tetaplah seorang pria dengan kekuatan tersendiri. Seketika Somad bangkit dan melancarkan sebuah pukulan keras ke bagian perut Icha, Icha langsung terjatuh dan meringis kesakitan.
“Kesalahan besar buk…” kata Somad memegang pipinya yang masih terasa panas. “Ibuk marisa sudah berbuat kesalahan besar… “ katanya sambil menjambak rambut Icha. “Dan elo bakal menyesal melakukannya..” Somad mendekatkan bibirnya ke telinga Icha dan berkata pelan. “Elo masih ingat film mesum elo yang gue kirim..?” somad mulai bicar tak sopan,
Seketika Icha pucat mendengarnya, dia merasa menyesal bukan main telah menampar Somad, dia menatap wajah Somad dengan ketakutan.
“Kalau gue telepon temen gue sekarang, maka besok pagi, film bokep elo bakal jadi film bokep yang paling dicari di Glodok.” Kata Somad dingin.
“Jangan..” Icha bergidik ngeri. Untuk kesekian kalinya Icha harus takluk pada orang yang sama sekali tidak sebanding dengannya. Tapi Icha tidak berani berbuat macam-macam dengan ancaman itu, kalau sampai ancaman itu terbukti, maka kehidupannya bakal lebih sengsara ketimbang saat ini.
“Jangan.. saya mohon, maafin gue.. maafin gue..!” Icha menghiba dan berlutut di bawah kaki Somad. Seketika mental Somad terangkat, kebanggaan luar biasa membuncah di dalam hatinya, sebagai seorang yang selama ini terpinggirkan, hari ini bisa menaklukkan seorang selebriti cantik dan dihormati banyak orang.
“Baik..” kata Somad dingin, lalu dia mulai melakukan percobaan untuk melihat sampai seberapa jauh dia bisa menguasai artis cantik itu. “gue maafin elo, tapi elo musti ikutin semua perintah gue..”
“I.. iya.. baik.. gue nurut sama elo..” balas Icha.
Somad terkejut sesaat, dia tidak menyangka hasilnya akan seperti ini, jauh di luar pengharapannya. Bahkan jauh lebih besar dari apa yang diinginkannya. Semua rencananya berjalan dengan mulus, semulus wanita cantik yang ada di hadapannya.
“Eh.. baik..” kata Somad agak gugup karena kebingungan dan sudah mulai panas dingin. “Sekarang elo lepasin pakaian elo, sampai bugil..!”
Icha tergagap. Meskipun sudah pernah menghadapi peristiwa seperti ini sebelumnya, tapi tetap saja nalurinya sebagai wanita menolak kalau harus bertelanjang bulat di hadapan pria yang bukan siapa-siapanya, apalagi pria itu adalah orang yang sama sekali tidak pantas disejajarkan dengannya.
“ sadarlah mad.. sadar…” ujar icha berusaha bernegosiasi
“Buka!” Bentak Somad membuat icha gemetar.
“I.. iya.. gue buka..” icha berujar tergagap. Icha membuka kancing baju nya stau persatu,
“ celana mu juga!” perintah somad. Icha pun melepaskan celananya.
“Oohh.. muluss…” Somad meneguk ludah menyaksikan icha mulai melepas pakainannya satu persatu, keindahan paha mulus icha yang bening dengan pinggul yang bulat padat berakhir pada pinggang yang indah.
“Lepas tuh CD nya, .!” perintah Somad jelas.
Icha terisak sesaat, lalu dengan sekali tarik, celana dalam itu langsung lepas dari selangkangannya, menampakkan gundukan vagina yang terawat cermat, tanpa rambut sama sekali karena icha selalu rajin merawat bagian kewanitaannya tersebut. Mengingat icha sudah punya anak, Somad heran sekali melihat vagina majikannya yang terlihat begitu bagus, tapi sesaat kemudian diapun maklum karena wanita itu adalah artis terkenal dan punya banyak uang sehingga tidak sulit baginya utuk melakukan perawatan tubuh.
“Hehehehe… mulus banget nih body elo!, gak disangka wanita seumur elo masih mulus banget.. apalagi toked elo… gede, montok, mulus pula..” puji Somad tanpa basa-basi, meski lebih terdengar sebagai bentuk pelecehan. Icha menjadi malu dan menutupi bagian tubuhnya yang mana saja yang bisa dia tutupi dengan tangannya.
“Eh.. siapa yang suruh elo nutupin pemandangan indah gue..?” kata Somad dengan nada tinggi. Icha gugup mendengarnya dan langsung menyingkirkan tangannya dari tubuhnya sendiri.
“Biar kata lo istri orang, udah emak – emak ,tapi tetap sip, nah elo sekarang buka kaki elo lebar-lebar, lalu angkat tangan elo ke atas kepala..” perintah Somad tajam. Tanpa bisa berbuat banyak, Icha segera menuruti perintah itu, kedua kakinya direnggangkan lebar-lebar membuat belahan vaginanya ikut membuka, dan posisi tangannya yang di atas kepala membuat payudaranya kian mencuat ketat.
“Ohh… muluuss..” Somad mengagumi keindahan tubuh artis senior yang cantik itu,, membuat keseksiannya kian menonjol.
“Sekarang elo pindahin tuh tripleks-tripleks yang ada di situ!” Somad menunjuk ke arah tumpukan tripleks yang menutupi tumpukan peti. Dengan enggan icha mengangkat tripleks-tripleks itu, terlalu berat untuk seorang wanita yang tidak biasa bekerja kasar sepertinya. Icha langsung lemas setelah mengetahui mengapa Somad memerintahkannya memindah tripleks-tripleks itu. Di balik tumpukan tripleks itu rupanya tersembunyi sebuah ranjang kayu usang yang dilapisi kasur tipis yang tidak kalah usangnya. Menjadi jelas baginya kalau sebentar lagi tubuhnya yang mulus bakal menjadi pelampiasan nafsu seksual bagi Somad. Yang mengherankan Icha adalah, bagaimana bisa seorang Somad yang baginya terlihat lugu dan bego bisa merencanakan sampai sedetil ini.
“Elo… elo mau perkosa gue..?” Icha tercekat mengucapkannya.
“Nggak… nggak..” Somad tertawa pelan. “Siapa yang mau perkosa elo..?” Somad tersenyum licik. “ sebenarnya gua demen sama anak lo yang paling besar.. tapi setelah kuperhatikan, ternyata ibunya tak kalah cantik dari anaknya,.. dan Elo musti mau gue entot secara suka rela, paham?”
Ucapan terakhir itu membuat Icha merah padam wajahnya karena malu dan marah.
“kamu gila..!” Icha mendesis marah.
Somad yang terangsang berat itu dengan cepat mendekati icha dan menggumulinya, hingga icha terdorong keatas ranjang.
“Ohh… mulus bangeet…” Somad mulai menaiki tubuh putih mulus Icha yang telanjang bulat dan terlentang pasrah di atas ranjang.
“Nggak… jangan… mmmhh !” Icha menggeleng saat bibir Somad akhirnya melumat bibir seksinya. Tapi tentu saja itu tidak menghentikan Somad untuk menikmati sesuatu yang sedari tadi ditahannya. Tangan kurus pria itu mendekap kepala Icha membuat artis cantik itu tidak berdaya untuk menghindar saat Somad menghujani bibir dan wajah cantiknya dengan kecupan-kecupan.
“setan kau somad.. lepaskannn…. Dasar tak tahu diriii!!! Mmmmhhh..” lama lama makian icha terdengar menjadi mulai mendesah karena lidah Somad mencoba masuk dan menjilat langit-langit mulutnya. “Mmmmhhh..” desah icha tertahan karena mulut mereka masih menyatu. Somad pun menurunkan ciumannya ke arah leher. Dijilati dan diciuminya leher putih tersebut. Tangan kanannya pun mulai bermain main di sekitar puting kiri icha. Jari telunjuknya berputar putar di sekitar ujung putingnya dan terkadang digeseknya pelan sehingga semakin lama icha pun menjadi semakin naik birahinya.
“Oohhh…” Icha mendesah pelan menandakan kalau birahinya mulai naik, sesuatu yang aneh mengingat tadinya dia menolak melakukan hubungan seksual dengan pria kurus itu. Somad pun menurunkan lagi ciumannya ke arah dada kanan icha. Lalu ia mulai menyerang puting payudara Icha dengan lidah dan bibirnya. Dihisap dan terkadang digigit dengan lembut puting kanannya itu membuat Icha serasa terbang melayang. Tangan kanan Somad mulai memencet dan memilin puting kiri icha.
“Ohh…shitt!! Ohhh!! God!!” icha mendesah-desah liar ketika Somad menyentil-nyentilkan lidahnya pada putingnya yang sensitif, kadang disertai gigitan kecil yang membuatnya makin menggelinjang, dia merasa vaginanya mulai basah karena rangsangan-rangsangan itu. Tapi tampaknya Somad tidak mau terburu-buru dalam mengerjai icha. Somad mengangkangkan kaki kedua kaki icha lebih lebar lagi membuat vagina artis senior itu membuka lebar, maka dengan leluasa Somad mulai mengobok-obok daerah paling rahasia icha dengan tangannya. Dielus-elusnya dan diremasinya daerah kemaluan icha yang licin tak berbulu, membuat icha menggeliat dan mendesah nikmat. Desahan icha kian keras saat Somad mulai mengaduk-aduk liang vagina itu menggunakan jarinya.
“Oohh.. ohh.. aahh.. ahh.. kamu apain aku somaddd setannnn!!!!” icha mengerang dan menggeliat tak terkendali merasakan rangsangan Somad yang mengaduk-aduk vaginanya. Akhr-akhir ini Icha merasa dirinya mudah sekali dibangkitkan nafsunya, apalagi jika daerah sensitifnya sudah disentuh. Akhirnya tidak dapat ditahan lagi, gelombang kejut orgasme segera menghantam tubuh artis senior itu.
“Ayo.. Jangan ditahan buk. Keluarin aja.. Ayo..” Somad menyemangati icha sambil terus mengobok-obok vagina artis setengah baya yang tengah terangsang hebat itu, membuat icha makin tak tahan.
“Nnhh.. ngghh.. oohggh.. ohh..” Icha melenguh sambil menggigit bibir. Rangsangan Somad dirasakan kian hebat menyiksa sekujur syarafnya yang sudah menegang. Akhirnya icha menyerah pada libidonya yang kian meledak, tubuhnya kembali mengejang keras dan melengkung kaku sementara kakinya menyepak-nyepak tak terkendali. Seketika cairan vaginanya membanjir membasahi selangkangannya. Dan Somad tahu kalau wanita cantik itu kini sudah siap untuk disetubuhi, dia langsung melepas celana dalamnya, membuat penisnya yang sedari tadi tegang langsung mencuat tegak. Ukurannya sedikit lebih kecil dibanding milik Robert atau Yoris tapi terlihat lebih kokoh dan berurat. Sejenak dipandanginya tubuh putih mulus wanita cantik yang terbaring telanjang bulat itu, kemudian Somad mulai menindih tubuh icha.
“Mmmhh…. Ohh..” Icha mendesah tertahan saat penis Somad membenam di dalam liang vaginanya.
icha merasakan penis Somad berdenyut memenuhi liang vaginanya. Somad melihat reaksi icha bukannya mengendor malah justru makin bersemangat, dilumatnya bibir icha yang seksi itu sambil terus berusaha mendorongkan penisnya sampai seluruhnya terbenam ke dalam vagina icha.
“Ohh.. alot banget punya lo ya!!!..” Somad mengerang saat penisnya membenam seluruhnya di dalam liang vagina icha. icha merasakan kemaluannya seperti terbelah. Dia berusaha melebarkan kakinya selebar mungkin untuk mengurangi rasa sakit itu sehingga membuat Somad lebih leluasa melakukan penetrasi.
“Ngghhh… oohhh…” Somad mendengus-dengus penuh nafsu, desakan seksual sudah sampai di ubun-ubunnya, maka diapun segera menggerakkan pantatnya maju mundur untuk menggenjot vagina artis senior itu dengan penisnya.
“Ngghh… oohh… ohh…” Somad mengerang-erang penuh nikmat tiap kali penisnya memompa liang vagina icha. Gerakannya makin lama makin kuat dan kasar membuat wanita setengah baya itu kewalahan, dan sementara bagian kemaluan mereka bersatu ketat, bibir merekapun bertaut satu sama lain, saling lumat dan saling kulum penuh semangat. Rupanya kepasrahan icha membuat wanita itu merasakan kenikmatan seksual yang diinginkannya. Apalagi Somad cukup lihai dalam melakukan French kiss, lidahnya beraksi di dalam rongga mulut icha dan membelit lidah wanita cantik yang terpelajar itu dengan ketat. Icha yang terangsang membalas perlakuan itu dengan keganasan yang sama. Kepasrahan ditambah ledakan orgasmenya membuat wanita itu melupakan posisinya yang sedang mengalami perkosaan. Tidak tampak lagi Marisa haque yang tadi merasa terhina, yang ada sekarang adalah seorang wanita setengah baya yang haus akan belaian liar, yang siap memuaskan pria yang menidurinya.
Pelan tapi pasti, rintihan kesakitan Icha mulai berubah menjadi desahan-desahan manja. Vaginanya sekarang sudah mampu menerima sodokan penis Somad. Somad juga makin lancar menggenjot vagina majikannya itu. Gerakan sodokan penis Somad makin lama makin cepat dan ganas membuat wanita melenguh-lenguh penuh nikmat.
“Ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. nnhh.. nghh..ohh..” Icha menggeliat-geliat menikmati setiap sodokan penis Somad pada vaginanya.
Selama hampir sepuluh menit Somad menggenjot vagina bosnya yang masih alot itu, sampai akhirnya pertahanan icha jebol. Diiringi dengan rintihan panjang, icha merasakan sensasi kuat menjalari sekujur tubuhnya. Tubuhnya menegang dan melengkung ke belakang, tangannya dengan kuat mencengkeram punggung Somad. Vaginanya berdenyut kuat sekali seperti meremas penis Somad. Di ambang klimaks, tanpa sadar icha memeluk Somad dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai icha mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat pundak Somad sampai kuku-kukunya membenam di punggung pria kurus itu.
“Aahhhhhhkkkhhhhh…. Oohhhhhhh….” Icha mengejang dan merintih keras, orgasmenya meledak menghantam seluruh syaraf kenikmatan seksualnya. Sesaat kemudian tubuhnya melemas kembali dan tergolek di ranjang. Nafasnya memburu membuat payudaranya naik turun.
Somad sendiri merasa cengkeraman vagina Icha seolah hendak membobol pertahanannya juga, tapi dia harus berterima kasih pada obat kuat yang diminumnya sebelum ini karena penisnya tetap menegang dan mampu menahan desakan ejakulasi yang sudah sampai di ujung kepalanya. Tanpa menunggu apakah Icha siap, dia langusung menarik tubuh telanjang wanita cantik, yang adalah orang yang menggajinya setiap bukan itu dan memposisikannya menungging dengan posisi pantat lebih tinggi dari kepala lalu dilebarkannya kedua paha mulus wanita itu sampai liang vaginanya kembali membuka.
”Ehssss…..” Icha mengerang sambil menggigit bibir ketika penis Somad kembali membenam di dalam liang vaginanya. Kali ini tanpa kesulitan karena vagina itu sudah benar-benar basah. Maka kembali Somad menikmati jepitan liang vagina Icha pada penisnya dengan menyodok-nyodokkan penisnya kuat kuat di dalam liang vagina wanita itu.
“Nhh… ngghh.. ohh… ohhh…” Somad melenguh-lenguh menikmati sepenuhnya bersetubuhan yang dilakukannya.
Betapa besar perbedaan yang dirasakannya karena selama ini Somad hanya mampu melakukan hubungan seksual dengan pelacur murahan, sekarang yang tenah disetubuhinya adalah seorang wanita yang tidak saja cantik dan seksi tapi juga berstatus sebagai seorang artis terkenal, dan kenikmatan lebih yang dia rasakan adalah kenyataan bahwa artis cantik itu sudah sepenuhnya ada dalam kekuasaannya sehingga kapan saja dia mau dia bisa memintanya untuk bersenggama lagi dan lagi. Kali ini dimintanya icha mengangkangi penisnya sementara dia sendiri terlentang di atas kasur. Posisi itu membuat icha leluasa bergerak. Dengan penuh semangat Icha menggerakkan pantatnya naik turun sehingga penis Somad yang menyatu ketat di dalam vaginanya terpompa dengan keras.
Desahan nafas diimbangi dengan suara kecipak akibat gesekan dua kemaluan mereka yang menyatu membuat gairah mereka kian terpacu. Ditambah lagi Somad yang kemudian sibuk menikmati kedua belah payudara icha yang menggantung bebas dengan remasan lembut dan jilatan jilatan pada kedua puting payudara itu membuat birahi icha kian tak terbendung lagi. Sejenak icha kembali lupa daratan, icha hanyut oleh dorongan seksual liar akibar permainan somad, karyawannya yang kurang ajar itu.
Dan ketika keduanya sudah mendekati puncak, Somad memeluk erat tubuh mulus bosnya itu dan kembali menindih tubuh telanjang itu. Icha, yang memang telah menjadi wanita jablay, menyambutnya dengan ciuman ganas di bibir Somad sambil melingkarkan kedua kakinya di pinggang Somad, membuat pria itu leluasa menyodokkan penisnya kuat-kuat. Selama beberapa menit mereka berpagutan sementara bagian selangkangan mereka saling menyatu ketat, akhirnya keduanya tidak tahan lagi dan melepaskan orgasmenya. Icha yang lebih dulu jebol, tubuhnya kembali mengejang dan gemetar, cengkeraman tangannya kian erat membuat kukunya menggores punggung Somad, sementara kedua kakinya kian kuat melingkar di pinggang pria itu.
“OOOHH..!!! AAAHH…..!!!” Marisa haque mengerang keras, tubuhnya melengkung ke belakang seperti hendak melemparkan pria yang tengah menindihnya ke udara. Diinding vaginanya berkontraksi keras, lebih keras dari sebelumnya membuat Somad merasa sebentar lagi penisnya bakal terbetot lepas. Kekuatan kontraksi dinding vagina icha yang begitu kuat membuat Somad tidak bisa lagi menahan ejakulasinya.
“Oohhhh…. Oohhhhh….” Somad mengejang ketika spermanya menyembur deras mengisi rahim wanita cantik itu. Dia menyodokkan penisnya sedalam yang dia mampu untuk menuntaskan ejakulasinya. Selama beberapa detik Somad merasakan tubuhnya melontar ke angkasa, segenap kesadarannya tersapu habis saat itu, yang ada hanyalah naluri seksualnya yang membawanya ke puncak kenikmatan yang paling dicari oleh setiap pria di muka bumi ini. Dan selama beberapa detik kedua anak manusia berbeda status itu tenggelam dalam kenikmatan seksual yang menghantam sekujur syaraf mereka.
“Ohh… ohh…” Somad terengah lemas menindih tubuh telanjang Icha.
Sensasi seksual yang diperolehnya membuat sekujur tubuhnya lemas seperti baru saja berlari ribuan kilometer. Dirasakannya tubuh Icha yang lembut dan haus sensasi seksual bergerak tidak teratur akibat deru nafasnya yang tersengal. Tubuhnya yang mulus seperti tidak punya tenaga lagi sehingga dibiarkannya tubuh Somad tergeletak menindihnya. Tanpa terasa sudah hampir tengah malam ketika persetubuhan mereka selesai. Icha beruntung Somad tidak menahannya di tempat itu semalam penuh dengan begitu dia bisa pulang dan beristirahat di rumah. Meski begitu Somad mengisyaratkan kalau Icha masih harus merelakan tubuhnya dinikmati oleh pria itu.
“Yoris.!” Icha menjerit ngeri melihat yoris sudah berdiri di ambang pintu. “Mau apa lagi kamu..?”Icha nyaris menangis saking kesalnya melihat yoris yang berdiri cengar cengir.
Pria kekar dan hitam itu hanya memakai celana boxer kumal, sepertinya sudah siap tempur.
“Ke sini!” bentak yoris membuat Icha mengkeret seolah ukuran badannya menyusut seukuran botol.
Dengan lemas Icha menurut. Tubuhnya yang hanya tertutup sehelai celana dalam tipis membuat yoris meneguk ludah. Ketika Icha mendekat, seketika yoris segera mendekap tubuh putih mulus itu erat-erat.
“Kenapa buru-buru cha.?” Katanya kalem sambil mencumbui payudara Icha yang mencuat ketat.
“Engh.. “Icha melenguh pelan. “Apa maksud kamu ? Bukankah saya udah kamu ijinkan pulang?”
“Oh. Ya..” Yoris menjawab pendek. “Tapi tidak sebelum kamu melakukan salam perpisahan.” kata pria itu. “Ayo ikut.” perintahnya sambil membawa Icha meski wanita cantik setengah baya itu belum menyatakan persetujuannya. Icha dibawa ke ruang tengah, dimana disitu Robert, anak buah yoris yang juga berpostur kekar menunggu, dia mengenakan kaus singlet dan celana pendek dan terlihat duduk santai di sofa ditemani minuman kaleng dan rokok.
“Wah wah wah…” Robert berdecak melihat wanita secantik Icha berjalan ke arahnya dengan keadaan nyaris telanjang bulat. “Sini, duduk di sini, katanya sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya. Icha disuruhnya duduk di tengah-tengah antara dirinya dan yoris.
“Nyonya temani kami nonton film ya..?” kata Robert pelan sambil menyambar remote TV.
Dengan beberapa kali tekan, volume suara TV membesar. Semula Icha tidak memperhatikan film apa yang ditonton oleh Robert karena panik. Tapi setelah duduk di sofa, dia memperhatikan baik-baik televisi di depannya. Langkah kagetnya dia ketika tahu filam apa yang tengah ditontonnya. Tidak lain adalah film pemerkosaan dirinya sendiri oleh yoris yang ternyata direkam entah kapan.
“Kalian gila!” Icha meraung murka melihat bagaimana dirinya sendiri sedang melakukan hubungan seksual bak seorang bintang film porno, dia berusaha berdiri untuk meninggalkan ruangan itu, tapi Robert menyuruhnya duduk dengan paksa.
“nggak usah terlalu lebai gitu ah Mbak.” Kata yoris santai. “Lihat aja tuh, nyonya konak berat waktu saya entot.”
Icha memalingkan wajahnya, meski begitu dia memang harus mengakui kalau dia ternyata menikmati hubungan seksnya dengan yoris. Ketika dia mencuri pandang ke layar TV pun terlihat kalau ekspresinya sangat natural dan sangat menikmati persetubuhan yang dia lakukan. Mau tidak mau tubuh Icha mulai panas dingin melihat film persetubuhannya sendiri tersebut.
“Hehehe… Mbak icha suka ya..?” Robert terkekeh melihat perubahan reaksi Icha.
Icha hanya diam meski mengakui hal tersebut. Icha makin panas dingin saat Robert dan yoris mulai menjamah tubuhnya yang nyaris telanjang. Robert meremasi payudara Icha sementara yoris sibuk menciumi dan menjilati leher jenjang wanita cantik itu.
“nggak enak kan kalau cuma nonton?” kata robert sambil terus mencumbui leher Icha, seketika saja jejak kemerahan mulai menghiasi leher putih mulus itu.
Icha mendesah diperlakukan seperti itu oleh dua pria sekaligus. Tidak puas hanya dengan mencumbui leher Icha, yoris mulai menyerang daerah kemaluan Icha yang terbalut celana dalam tipis. Tangannya menyusup ke balik celana dalam berenda itu dan mengaduk aduk vagina wanita cantik itu.
Icha kian tegang merasakan daerah vitalnya dibelai dan diremas-remas. Apalagi Robert yang tengah sibuk mempermainkan payudaranya kian ganas, tidak hanya diremas-remas, payudara Icha yang putih kenyal itu mulai dijilatinya terutama di bagian putingnya yang mencuat. Lidah Robert menyentil-nyentil ujung puting payudara Icha membuat daya rangsang kian hebat menggempur tubuh putih mulus itu. Apalagi saat yoris mulai menciumi bibir seksi Icha, Icha seperti terhanyut, dia memalingkan wajahnya untuk mempermudah yoris dalam menciumi bibirnya. Yoris yang mendapat peluang itu segera melumat bibir merah itu dengan rakus. Selama beberapa menit yoris mengulum bibir seksi artis cantik tersebut seolah tidak ingin dilepaskan. Yoris kemudian berusaha membuka mulut wanita cantik itu dan mendesakkan lidahnya ke dalam mulut Icha. Dalam keadaan terangsang, wanita itupun segera meresponnya sehingga kedua lidah mereka bertemu dan saling belit. Di sisi lain, Robert masih dengan keganasan yang sama, mempermainkan payudara Icha. Dia meremas-remas sepasang payudara mulus itu sambil terus menjilati putingnya yang merah mencuat, kombinasi dari serangan dua pria tersebut membuat Icha tidak tahan untuk mengerang merasakan kenikmatan.
“Ohh… ooh.. nnhh… nnhh… aahh…” icha mengerang penuh kenikmatan.
Dengan memasrahkan dirinya, wanita cantik itu bisa merasakan kenikmatan seksual yang begitu menggelora. Meski agak malu dan terpaksa tapi lama-lama Icha bisa menikmati permainan seksual yang dijalaninya bersama dua pria bejat tersebut. Lama-kelamaan ketiganya semakin terhanyut permainan seksual yang tengah mereka lakukan membuat film yang sedang diputar di TV terlupakan. Robert dan Yoris pun kian berani dalam menggarap tubuh artis cantik tersebut. Yoris dengan kasar menarik lepas celana dalam Icha membuat wanita itu kembali sepenuhnya telanjang bulat. Lalu dengan paksa, dua pria itu mengangkat kedua belah kaki Icha ke samping dan diletakkan ke paha mereka berdua sehingga posisinya mengangkang lebar membentuk huruf M membuat vagina Icha terkuak lebar. Posisi itu membuat Yoris kian leluasa mengaduk-aduk daerah kemaluan wanita itu.
“Ehss… aahh… oohh…” Icha mengerang lirih ketika tangan Yoris kembali mengaduk-aduk vaginanya. Apalagi saat yoris mulai memasukkan jari-jari tanganya yang kasar ke dalam liang vaginanya dan mulai mengocok liang vagina itu degan gerakan kuat.
“Ahh… aahh… oohh… oohh…” Icha mengerang, kali ini lebih keras, tubuhnya mulai menegang merasakan rangsangan yang kian hebat menekan tubuhnya. Tanpa terasa vaginanya mulai basah sehingga saat Yoris mengocoknya dengan jari, suara berkecipak terdengar keras ditingkahi desahan nafas dan erangan Icha. Tahu kalau rangsangannya berhasil, Yoris kian buas mengaduk-aduk kemaluan Icha, apalagi ketika klitoris wanita itu berhasil disentuhnya. Icha kian tak tahan merasakan desakan orgasme yang makin menggelora.
“Ohh.. oohh… ahh…” Icha tidak tahan lagi, dia merasa tubuhnya bisa meledak kapan saja. Tapi tepat ketika orgasmenya akan meledak, Mendadak Yoris dan Robert menghentikan rangsangannya. Seketika gelombang orgasme itupun melorot kembali. Hal itu membuat tubuh Icha melemas kembali. Sisa-sisa rangsangan orgasmenya membuat tubuh wanita cantik itu bergetar, dan mencoba untuk mendapatkan kembali orgasmenya, Icha menggerakkan pantatnya maju mundur seolah mencoba melakukan persetubuhan semu.
“Hehehehehe..” Robert dan Yoris tertawa melihat reaksi Icha yang terlihat menggelikan. Sontak Icha merasa malu. Orgasmenya melorot kembali ke titik nol.
“Kamu suka ya digituin?” tanya Robert sambil tersenyum sinting.
“Iya nih.. kayaknya konak berat..” Yoris menimpali. Icha diam saja, hanya nafasnya yang memburu saja yang terdengar. Tapi jelas sekali kalau dia menikmati permainan Robert dan Yoris. Karena itu Icha menurut saja saat kedua pria bejat itu mengulangi perbuatannya. Kembali Icha melenguh-lenguh merasakan kenikmatan seksual yang memuncak, tapi sekali lagi, saat hantaman orgasme terasa akan menjebol ubun-ubunnya, kembali Robert dan Yoris menahan rangsangannya, begitu terus selama beberapa kali membuat Yoris frustrasi setengah mati. Akibatnya ketika Robert dan Yoris akan menghentikan rangsangannya, dengan spontan wanita cantik itu menahan mereka berdua. Hal itu membuat Robert dan Yoris tertawa penuh kemenangan.
“Akhh… oohh..” Icha melenguh keras dengan wajah merah padam, rangsangan dari Robert dan Yoris benar-benar membuatnya tak tahan. Akhirnya setelah frutrasi menahan orgasmenya yang gagal berulang kali, Icha meledakkan dorongan seksualnya itu dengan satu erangan kuat.
“AAHHHKK…… AAHHHHH…!!!” Icha mengejang merasakan gelombang orgasme yang seperti meledakkan tubuhnya, bagaikan gelombang air bah yang memecah bendungan, desakan libido itu ditumpahkannya sekuat yang dia bisa.
Tubuh putih mulus wanita cantik itu mengejang ngejang beberapa saat, badannya melengkung ke depan seperti busur yang teregang kuat, membuat payudaranya yang kenyal terlihat makin menonjol dan mencuat dahsyat. Payudara itu bergetar hebat mengikuti irama tubuhnya yang bergetar keras, membuat tubuh yang telanjang bulat itu makin terlihat menggairahkan dan membangkitkan nafsu. Setelah orgasme yang begitu dahsyat itu tubuh mulus Icha langsung lemas seperti balon kempis. Keringat membasahi sekujur tubuhnya yang putih mulus membuat tubuh sintal Icha yang telanjang bulat itu terlihat begitu menggairahkan. Icha merasakan kenikmatan yang menghantam sekujur syarafnya sejenak membuat tubuhnya seperti melambung ke angkasa dan membuatnya mengambang selama beberapa detik. Seluruh akal sehatnya sudah tersapu oleh gelombang seksual yang melandanya. Nafasnya terengah-engah seperti orang yang baru saja berlari puluhan kilometer. Tak lagi dikontrol oleh akal sehatnya, Icha hanya bisa menurut saat Robert dan Yoris yang sudah melepaskan celananya memaksa wanita cantik itu untuk menggenggam penis mereka, dan dengan gerakan penuh nafsu, Icha mulai mengocok kedua penis yang sudah berdiri tegak itu sambil sesekali menjilatinya menggunakan lidah dan bibirnya yang seksi secara bergantian.
“Ohh… oohh…” Robert dan Yoris mengerang-erang merasakan cengkeraman tangan lembut Icha dan jilatan bibir wanita cantik itu menyerang penisnya. Secara cepat, gairah seksual mereka meledak kembali, dan sebagai wanita berpengalaman Icha tahu kalau kedua pria bejat itu sudah terangsang hebat, maka wanita cantik itu makin menggencarkan serangannya dan berharap kedua pria itu segera mengalami ejakulasi. Tapi apa yang terjadi kemudian membuat Icha kecewa. Yoris dengan gerakan kasar mencengkeram tangan icha yang masih mengocok penisnya.
“Gak usah buru-buru deh Mbak..” kata Yoris kasar. Icha yag masih sibuk mengocok penis Robert terkejut sesaat.
“Apa…” Icha tergagap, tapi dia tidak sempat meneruskan ucapannya, karena Yoris segera menyuruhnya menungging di atas sofa dengan tangan menumpu pada pegangan sofa, sebelah kakinya, yang kanan, bertumpu di sofa pada lututnya, sedangkan kaki kirinya lurus menapak lantai, memuat pantat wanita cantik itu sedikit lebih tinggi ketimbang kepalanya.
“Jangan..” Icha menggeleng melihat yoris yang berdiri tepat di belakangnya mulai menggerayangi pantatnya yang padat, tapi ucapannya terhenti karena Robert yang berdiri di depannya memaksa wanita cantik itu untuk mengulum penisnya. Icha merasa mual merasakan penis Robert menjejali mulutnya, sementara di belakang, Yoris sedang bersiap-siap untuk menyarangkan penisnya ke dalam liang vagina artis cantik itu.
“Ohkh..” Icha mengerang teredam, penis Yoris yang berukuran besar membuat vaginanya seperti disodok pipa besi panas, rasa nyeri menyebar ke tubuhnya, meskipun sat itu vaginanya sudah dilicinkan oleh caran vagina akibat orgasmenya sebelum ini.
Seolah tidak peduli dengan keadaan Icha, Yoris pun langsung menggenjot vagina artis cantik itu dengan sekuat tenaga. Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat seperti gerakan piston, mendesak vagina wanita cantik itu dengan gerakan kasar tak teratur. Meskipun sudah pernah melahirkan, tapi Icha rajin merawat vaginanya oleh karena itu tetap terasa sempit dan dinding-dindingnya terasa menjepit penis Yoris yang legam, saat ini sedang memenuhi organ, kewanitaannya.
“Ah.. ah… ah…” Icha hanya bisa mendesah pendek dengan nafas memburu atas perlakuan Yoris dengan suara teredam karena di lain pihak, mulutnya tersumpal oleh penis Robert yang sedang dikulumnya.
Yoris terus menggoyangkan pinggulnya dengan cepat membuat ubuh putih mulus artis itu tersentak maju mundur, membuat payudaranya yang indah bergoyang menggemaskan. Sodokan penis Yoris dari belakang membuat gerakan Icha tanpa diperintah mengulum penis Robert maju mundur. Penis Robert yang juga berkukuran besar membuat Icha membuka mulut dan tenggorokannya selebar yang dia bisa supaya bisa menampung keseluruhan batang penis Robert kekar itu.
“Mmhh.. mmmhh..” Icha hanya bisa bergumam tidak jelas sambil melirik ke arah wajah Robert yang meringis-ringis menahan gejolak seksual yang meledak-ledak. Bibir Icha mengatup dan menjepit ketat penis legam yang menyumpal mulutnya itu.
“Ahh… aahh.. yeah…” Robert mulai meracau tidak jelas merasakan kenikmatan yang menghajar sekujur penisnya, dan, seolah tidak sabar, dengan kasar Robert menjambak rambut Icha, kemudian menggerakkan kepala wanita cantik itu maju mundur sengan gerakan kasar membuat penisnya terpompa keluar masuk di mulut Icha. Sementara di sisi lain, Yoris terus menyodokkan penisnya di dalam liang vagina Icha dengan penuh semangat.
“Mmhh… nghh… mhh… agghhh…” Icha mengerang teredam menahan kenikmatan yang melanda tubuhnya.
Vaginanya terasa sangat perih tapi juga sangat nikmat saat gembong perampok itu menggenjot penisnya. Icha melenguh-lenguh liar merasakan kenikmatan persetubuhan yang dilakukannya, tubuhnya menggeliat-geliat dan bergetar hebat yang membuat Yoris kian bersemangat dalam menyodokkan penisnya. Pelan tapi pasti pria besar itu meningkatkan sodokan penisnya pada vagina icha. Goyangan pantatnya makin kuat membuat sodokan penisnya makin keras memompa liang vagina Icha membuat wanita cantik itu tidak kuasa menahan desahan kenikmatannya yang kian keras.
“Mhh… nghh… mmhh.. oogghh… ogghh…” erangan kenikmatan yang tak jelas tidak henti meluncur dari bibir Icha, deru nafasnya makin memburu seperti sedang berlari ribuan kilometer, keringat membasahi tubuhnya yang putih mulus membuat tubuh Icha yang telanjang bulat seperti berkilau. Gerakan wanita cantik itu makin liar membuat Robert yang tengah menikmati kuluman pada penisnya merasakan orgasmenya berakselerasi dengan amat cepat.
“Aahh… aahhh… oohh… fuckk… fucckkkhh…… aahhh…… aahhh…..” Robertpun mengerang seperti orang gila. Tidak seperti sebelumnya yang bisa menahan desakan ejakulasinya sendiri selama berpuluh menit, kali ini Robert harus menyerah.
“OOOHHKKHHH……. AAAHHH…” Robert mengerang keras merasakan hantaman orgasme yang menyerbu tubuhnya bagaikan badai api.
Seperti seluruh darahnya tersedot oleh kejutan ejakulasinya, tubuuh Robert mengejang. Sperma kental langsung memancar dari penisnya ke dalam tenggorokan Icha dan langsung tertelan oleh wanita cantik itu tanpa sanggup ditahan-tahan. Akhirnya Robert pun terkapar lemas merasakan sisa-sisa kenikmatan seksual yang baru saa menghajar tubuhnya. Icha merasa sedikit lega karena satu orang sudah menyerah, tapi dia masih harus melayani Yoris, pria itu tampaknya punya energi lebih dibanding Robert.
“Ohh… oohh.. yess.. yesss.. ah.. ah.. ayo Marisa.. lebih kerass.. ayo.. teruss..” Yoris menyemangati Icha.
Pria kekar itu masih berkutat menyetubuhi Icha dangan gaya menungging seolah tidak terpengaruh oleh ambruknya Robert. Dia makin kuat menggenjotkan penisnya. Dipeganginya pinggul Icha yang bulat lalu dengan kasar disentakkannya penisnya keras-keras di vagina Icha membuat tubuh putih mulus yang telanjang bulat itu tersentak-sentak maju mundur, dan hal itu dilakukan berulang ulang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat dan keras, kadang pelan tapi kasar. Tapi meski diperlakukan sedemikian kasarnya, Icha justru makin merasa nikmat. Lenguhan dan desahannya terdengar makin manja dan kian merangsang.
“Oohhh… aahhh… aahhh… oohh.. oohh.. aahh.. aahh..” kembali erangan dan desahan terdengar dari mulut Icha saat Yoris menggenjotkan penisnya dengan kuat.
Vagina Icha terasa melar disodok oleh penis Yoris yang berukuran besar. Suara berdecak keras terdengar sebagai akibat dari gesekan dua alat kelamin yang menyatu ketat mengiringi erangan dan rintihan nikmat kedua insan yang berbeda status yang tengah melakukan persetubuhan itu. Dan tanpa dapat dicegah lagi, gelombang birahi yang hebat kembali mencengkeram tubuh wanita cantik itu. Kembali tubuh putih mulus yang telanjang bulat itu menegang dan gemetar merasakan geombang orgasme yang memuncak. Marisa Haque benar-benar kehilagan akal menahan gelombang birahi yang makin keras melanda tubuhnya. Otaknya serasa macet tertutup oleh kenikmatan yang kian menggebu-gebu.
“OOHHKK….!! AAHHHH….!!” Icha tidak bisa menahan diri lagi. Erangan keras meluncur begitu saja dari bibirnya yang seksi. Tubuhnya kembali menggeliat keras.
“HGH… OHH….!!!” Dilain fihak Yoris juga tidak dapat menahannya, gelombang orgasmenya kali ini berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Wajah Yoris memerah merasakan aliran orgasme yang meningkat cepat. Sodokan penisnya mengeras dan akhirnya dia membenamkan penisnya sedalam yang dia bisa di liang vagina Icha.
“OOOHHHKKK…….. OOOHHHH….!!!” Yoris melenguh keras.
Spermanya menyembur di dalam vagina Icha mengisi rahim wanita cantik itu dengan benihnya.
Ketiganyapun akhirnya ambruk merasakan kenikmatan seks yang mereka dapatkan. Icha sendiri meskipun terpaksa, tapi dia merasakan kenikmatan yang asing dan jahat dalam tubuhnya yang, seperti candu, yang selalu ingin dia nikmati kembali.
******************************
Yoris mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalan tol. Disebelahnya icha duduk dengan raut letih Keinginannya saat ini adalah secepat mungkin sampai di rumah dan tidur untuk melepaskan penatnya. Dia merasa lelah secara fisik dan mental setelah selama beberapa hari ini dirinya dijadikan budak seksual untuk melayani nafsu bejat orang-orang yang sama sekali tidak pantas menjamah tubuhnya. Icha diantar di dekat komplek perumahan mewah dimana dia dankeluarganya tinggal. Icha menelepon suaminya dan minta dijemput. Setelah itu yoris meninggalkan icha sendirian, sembari menunggu kedatangan suami tercintanya. Setelah dijem[ut suaminya yang merasa cemas akan keadaan icha, icha pun dibawa pulang kerumah, sesampai disana icha menceritakan pada mereka bahwa dia kecelakaan mobil dan tersesat selama beberapa hari di hutan. , setelah menceritakan cerita karangan itu pad suami dan kedua anaknya, icha lalu masuk ke kamar mandi, Mandi di air dingin berjam-jam menjadi pelarian Icha untuk merontokkan kegalauan hatinya, seolah berharap penderitaannya akan larut bersama air yang menyiram tubuhnya. Bekas-bekas fisik persetubuhan yang tak dikehendakinya memang tersapu oleh air tapi bekas secara tak kasat mata terus melekat di hati wanita cantik itu. Tidurnyapun menjadi tidak nyenyak karena sepanjang malam mimpi buruk terus menerus mengganggu ingatannya ditambah dengan rasa bersalahnya jika menatap wajah suami dan anak anaknya yang begitu menyayanginya. Ia telah membohongi mereka dengan cerita dia tersesat di kawasan puncak, sampai seseorang menolongnya dan mengantarnya sampai persimpangan komplek rumahnya. Icha pun berpesan pada suaminya agar media massa tidak mengetahui bahwa dia telah hilang beberapa hari. Di satu sisi Icha merasakan jijik dan terhina luar biasa oleh kelakuan para pria bejat yang merampok tubuhnya luar dalam, tapi di pihak lain, alam bawah sadarnya mengatakan ingin kembali merasakan pengalaman yang penuh sensasi itu. Suaminya tidak pernah memberikannya kepuasan sexual sedahsyat yoris. masih terkenang bagaimana tubuhnya diremuk oleh kekuatan orgasme yang bagaikan ledakan seribu meriam menghajar syaraf seksualnya berkali kali. Tubuhnya yang rindu belaian pria. Icha menemukan muara untuk menyalurkan hasrat seksualnya yang melimpah. Tidak dari Ikang fauzi suaminya, melainkan yoris, pria yang bisa membawanya ke awang-awang kenikmatan duniawi yang selama ini dia cari-cari. Sekarang icha harus membuat sebuah scenario agar apa yang terjadi padanya selama beberapa hari menghilang dari rumah dapat disamarkan. Ia tidak ingin suami dan kedua anaknya tahu apa yang telah menimpanya.
*********************************
Lima hari setelahnya
“Lightingnya gimana?” teriak sutradara melalui TOA yang dipegangnya. Wajahnya pucat entah karena stress atau kelelahan. Sedari tadi dia sibuk berteriak sampai serak mengatur seluruh kru. Sedianya syuting hari itu akan diselesaikan hari itu juga, tapi semuanya berantakan ketika generator untuk tata cahaya meledak.
“Wah… parah Boss…” kata seorang kru. Perawakannya kurus dengan rambut gondrong diikat ekor kuda. Wajahnya tirus dan cekung mirip seorang pecandu narkoba. Dia bertugas sebagai kru peralatan yang biasanya melakukan bongkar pasang.
“Parah apanya?” tanya si sutradara melotot.
“Gensetnya… pan tadi Si Boss udah lihat sendiri..” katanya kalem.
‘Gua gak mau tahu ya..” si sutradara mulai naik darah. “Dalam satu jam semuanya harus sudah siap… kalau nggak..” Si sutradara tidak meneruskan ucapannya. “Dan elo Mad, elo bereskan itu kamera sebelum kena hujan,” kata si sutradara menunjuk ke atas. Langit memang terlihat gelap karena mendung. Sebuah keadaan yang tidak menguntungkan untuk meneruskan syuting. Belum lagi kru bertampang tirus itu menjawab, seorang petugas di bagian kamera berteriak keras.
“SOMAD………!!! bantuin gua angkat kabel …!!”
“Sial..!” kru yang ternyata bernama Somad itu mengutuk pendek sebelum melesat menuju orang yang memanggilnya. Gulungan kabel besar besar sudah menunggunya untuk diangkat.
“Mau dibawa ke mana Bang..?” tanya Somad gemetar karena keberatan membawa kabel sebanyak itu. Badannya yang kurus seolah tidak mampu menahan berat kabel yang diangkatnya sehingga orang-orang khawatir kalau sebentar lagi Somad akan roboh tidak sanggup mengangkat kabel segitu banyak. Meski begitu ternyata Somad mampu mengangkatnya, kendati kakinya yang terbungkus celana hipster ketat sedikit gemetar.
“Bawa ke wardrobe sono, tapi jangan tercampur sama properti yang lain,” kata kru yang memerintahnya. “hati-hati juga, di sana banyak kostum, jangan sampai elo salah taruh..”
Yang lainnya tertawa mendengar ledekan itu, tapi Somad santai saja seolah tidak terjadi apa-apa. Dia berjalan terhuyung membawa gulungan kabel menuju tempat penyimpanan properti. Yang dimaksud sebagai tempat penyimpanan properti itu ternyata sebuah karavan (rumah mobil) yang disulap menjadi gudang berjalan bercat warna oranye dan hitam sewarna dengan logo rumah produksi pemiliknya, yakni artis cantik yang juga politisi, Marisa Grace Haque Fauzi. Ukurannya cukup besar sehingga pas kalau disebut sebagai rumah berjalan. Agak kesulitan Somad membuka pintu tempat penyimpanan. Ruang dalamnya yang sempit makin terlihat sempit karena dipenuhi barang, mulai dari tumpukan peti yang entah apa isinya, deretan rak dengan puluhan baju kostum syuting yang tergantung, gulungan kabel dan tumpukan barang lain yang kelihatannya merupakan properti usang. Pandangan Somad mengarah pada sebuah peti kecil berwarna hitam seukuran kopor baju.
“Wah..” Somad nyengir. “Ini kan kamera Ikagami terbaru..” kata Somad.
Dan meskipun tampangnya bego, otak Somad tidak setolol wajahnya. Dia pernah diajari oleh salah satu kru bagaimana cara mengoperasikan kamera itu. Lalu dengan gaya kameraman profesional dia mulai mengulik kamera digital canggih itu.
“Wah…” Somad ternganga. “Memory cardnya masih ada. Pasti ada kru yang lupa mencabutnya, wah.. akan gue laporin sama Boss..” katanya pada dirinya sendiri. Somad masih ingat kehebatan kamera di tangannya. Zoomnya mampu menjangkau jarak sampai seratus meter lebih, karena itu kamera ini sangat pas untuk megambil gambar Long Range, sementara close up shoot nya juga sangat mengagumkan, dia ingat petunjuk kawannya kalau kamera ini mampu meng close up wajah orang yang berdiri dengan jarak 150 meter tanpa cacat sedikitpun.Keasyikan Somad mengagumi kamera itu mendadak buyar ketika ada orang lain yang berjalan mendekat. Somad kelimpungan setengah mati ketika orang itu makin mendekat. Apalagi saat dengan jelas Somad mendengar gagang pintu diputar. Dengan gugup, tanpa sempat mengembalikan kamera mahal yang dipegangnya, Somad segera menutup peti penyimpanan kamera dan membawa kamera canggih di tangannya bersembunyi. Dengan gerakan seperti seekor tupai, Somad melompat masuk ke sela-sela tumpukan kostum syuting yang tergantung di rak yang ada di dekatnya, tepat ketika pintu terbuka.
“Elo gila! Ngapain elo ke sini..?” Somad samar-samar mendengar percakapan antara seorang laki-laki dan perempuan, yang, meskipun dilontarkan dengan setengah berbisik, tapi jelas kalau kedua orang itu tengah bertengkar.
”Nggak usah marah begitu deh Cha..” suara pria diiringi tawa lunak terdengar. “Gue udah bilang kan, kapanpun gue mau, gue bakal minta ke elo..”
“Tapi tidak di sini!” terdengar suara wanita dengan nada jengkel seolah nyaris menangis. “Elo bisa nunggu sampai gue selesai kan?”
“Nah.. itu persoalannya..” kata si pria lagi. “Gue nggak bisa nunggu lagi.. Tapi kalau elo nggak mau ya nggak apa-apa, sebentar lagi semua orang bakal tahu perempuan macam apa elo itu..”
“Jangan!” si wanita berkata tertahan dengan nada ketakutan. “Jangan.. baik, saya mau.. tapi jangan sampai ada yang tahu..”
“Ah.. di sini tidak ada siapa-siapa.. semua orang sedang sibuk di luar sono..” kata si pria kalem.
Somad yang bersembunyi merasa ketakutan setangah mati mendengar percakapan bernada ancaman itu. Dia sedapat mungkin berusaha tidak menimbulkan suara yang mencurigakan, dan selama beberapa menit dia berhasil melakukannya, sampai suara-suara ganjil membuatnya penasaran. Tadinya Somad bertekad tidak akan melihat apapun yang mereka lakukan, tapi suara-suara ganjil itu membuat darah Somad seolah bergolak. Desahan-desahan nikmat yang tertangkap telinga Somad menggedor jantung pemuda itu. Dengan mengerahkan segenap keberanian yang dimilikinya Somad mencoba melihat apa yang sebenarnya dilakukan oleh sepasang pria dan wanita itu. Jantung Somad seolah berhenti berdetak selama beberapa detik saat dia melihat apa yang terjadi. Sebuah pemandangan erotis terpampang di hadapannya. Seorang wanita cantik bertubuh indah, dalam keadaan setengah telanjang, hanya megenakan baju, begelantungan di tubuh seorang pria hitam dan berbadan kekar, pria itu menyetubuhi wanita itu sambil berdiri. Kedua kaki wanita itu mengapit melingkari pinggang si pria. celana panjang begitu pula dengan celana dalam mereka tergeletak di lantai, sedangkan baju safari yang dipakai si wanita terangkat ke atas dengan Bra merosot dari tempatnya sehingga payudara indah si wanita itu terlihat begitu jelas, sementara si pria, yang sama sekali jauh dari tampan, hanya pria itu berbadan kekar. celananya melorot sampai sebatas lutut, penisnya jelas-jelas membenam di dalam liang vagina si wanita, tengah menyetubuhi wanita cantik yang mengenakan jilbab itu dengan gerakan kasar, sementara mulutnya menjejali leher wanita yang mengenakan jilbab itu dengan cumbuan kasar. Dan jantung Somad makin tidak karuan ketika dia tahu siapa wanita yang tengah disetubuhi oleh si pria.
‘Itu… itu…” Somad menutup mulutnya menahan diri sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan suara bahkan sebuah bisikan sekalipun.
Dia tidak pernah menyangka akan melihat sebuah adegan yang sama sekali bukan rekayasa dimana wanita yang sedang berhubungan badan itu adalah seorang artis cantik dan terkenal, Marisa Grace Haque, seorang yang selama ini somad kenal sebagai wanita yang taat dan setia pada suami. yang juga pemilik rumah produksi tempat dia bekerja tengah digagahi oleh pria yang bukan suaminya. yang sama sekali tidak ada seujung kukunya kalau dibanding dengan wanita cantik tersebut. Entah mendapat bisikan dari mana, Somad tiba-tiba menyalakan kamera Ikagami super canggih yang tanpa sadar digenggamnya begitu erat, dan dari balik lapisan kostum yang tergantung di rak, Somad mulai mengabadikan adegan erotis itu. Kehebatan kamera yang ada di tangan Somad dimanfaatkan dengan baik oleh pemuda itu. Gambar close up Icha yang melenguh-lenguh ditangkap dengan sempurna.
“Oohhh… aahhh… aahhh… oohh.. oohh.. aahh.. aahh..” erangan dan desahan terdengar dari mulut Icha, meski semula terpaksa, tapi jelas sekali kalau wanita cantik itu sagat menikmati hubungan seksual gila yang dia lakukan saat ini.
Meski begitu tampaknya pria itu tidak mau mengambil terlalu banyak, hanya limabelas menit lamanya kedua orang itu melakukan hubungan seks. Icha turun dari pelukan pria berpostur tegap itu, icha yang tadi disetubuhi pria itu sambil berdiri, belakangan ini mudah sekali mengalami orgasme, tidak mampu menahan sensasi dari dalam tubuhnya itu, dengan erangan tertahan dia melepaskan gelombang orgasmenya, sementara pada saat yang hampir bersamaan pria yang menyetubuhinya pun mengerang lirih dan melepaskan spermanya di dalam liang vagina artis cantik itu. Tangan pria tersebut menahan dan meremas kedua pantat icha yang montok seolah ia tak mau melepaskan icha yang tak kalah menikmati orgasmenya. Terlihat pria itu melepaskan icha yang bergelayut di tubuhnya.
“Sekarang kau pergi yoris…” kata Icha yang merapikan pakaiannya dengan tergesa-gesa saat ada orang yang memanggil-manggil namanya.
Pria yang ternyata adalah Yoris itu hanya mesam-mesem sambil menarik retsleting celananya.
“Nanti malam kita terusi lagi…” katanya pendek sambil mengambil rokok dari saku bajunya, lalu dengan santainya Yoris berjalan keluar seloah tidak terjadi apa-apa.
Icha bergegas merapikan pakaiannya dan berjalan keluar dari tempat terkutuk itu. Terdengar seorang kru berbicara dengan pemilik production house itu yang dijawab dengan bentakan galak oleh Icha.
Somad, yang meskipun sudah selesai menyaksikan adegan –sekali seumur hidup- barusan, kaku di tempat persembunyiannya. Wajahnya pucat pasi, sementara tangannya menggenggam erat kamera canggih yang dipegangnya seolah takut kamera itu bakal berteriak mengenai apa yang baru saja dia rekam. Baru setelah lewat sekian detik, Somad menghela nafas panjang sekali. Dirinya baru sadar kalau dia dari tadi menahan nafas begitu lama.
‘Oke Mad.. oke.. tenang..” kata Somad pada dirinya sendiri.
Jantung pemuda kurus itu berdetak dua kali lebih kencang, tanpa sadar dia memegang penisnya yang tegang menyaksikan adegan seks yang terpampang di hadapannya. Celana dalamnya terasa lengket oleh cairan kental, tanpa sadar rupanya sperma Somad ikut keluar akibat tidak tahan. Lalu dengan gemetar, Somad mengembalikan kamera yang dipegangnya ke dalam pei penyimpanan, tapi entah apa yang mendorongnya, Somad mengambil kartu memori tempat penyimpanan flm dari kamera itu. Sepanjang malam Somad tidak bisa tidur nyenyak. Langit-langit kamar kostnya yang kosong dipelototi terus menerus dan selalu saja adegan hubungan seksual antara Marisa haque, wanita pemilik rumah produksi ini dan Yoris muncul di sana. Kejadian yang diabadikannya dengan kamera itu terus-menerus melekat dalam pikirannya. Dipandanginya foto Icha yang dipajang di kamarnya dengan pikiran melantur tidak jelas. Tidak tahan melihat foto wanita yang tadi pagi dilihatnya nyaris telanjang, Somad segera kabur ke kamar mandi dan disanalah dia beronani. Somad, adalah pria yang senantiasa mempuyai fantasi seksual gila terhadap artis setengah baya namun masih tetap cantik itu, mereka bersedia membayar berapapun untuk bisa berhubungan badan dengan Marisa haque, bahkan jika seandainya ada iblis yang menawarkan diri membantu dengan imbalan menukar jiwa mereka sebagai imbalan mereka hampir bisa dipastikan akan menerimanya. Somad bekerja dengan pikiran kalut. Ribuan rencana kini memenuhi otaknya yang setengah kriminal, sehingga kalau seandainya sebuah mesin, orang akan mampu mendengar roda gigi di dalam otak Somad berputar puluhan kali lebih kencang. Meski begitu dia tidak mampu menentukan pilihan apa yang akan diambilnya dengan kejadian yang dialaminya kemarin.
‘Bagaimana caranya..?” begitu terus menerus Somad menggumam tak jelas.
Berkali-kali dia ditegur karena teledor melakukan kerjanya. Semua rekan kerjanya bingung dengan kelakuan Somad yang ganjil. Beberapa mengira kalau Somad kerasukan setan yang ada di lokasi syuting yang buru-buru disanggah oleh rekan yang lain. Somad baru berhenti bergumam sendiri saat dia melihat seorang kru mencabut kartu memori dari kamera dan dipindah ke card reader yang ada di laptopnya. Spontan Somad meraba saku celananya dimana kartu memori yang menyimpan adegan seksual Icha dengan Yoris tersimpan. Dengan tekun Somad memperhatikan bagaimana kru tersebut memindah isi kartu memori ke dalam hard disk. Otak Somad rupanya cukup cerdas untuk mempelajari hal-hal seperti itu, apalagi dengan prospek menyenangkan menunggunya di depan mata. Lalu dengan sedikit memberanikan diri, Somad mulai menanyakan beberapa hal pada kru tersebut.
“Kalau untuk membuat video yang profesional emang rumit Mad. Elo butuh program khusus, misalnya Adobe Director, Adobe Premiere dan After Effect untuk melakukan editing dan memberi efek khusus buat video elo itu, dan elo tahu nggak sekali jadi buat belajar sampai level kayak gitu.” Kata si kru. “Tapi kalau sekedar memindah isi memory card ke CD sih gampang. Elo cukup modal CD writer sama program burner, misalnya Nero.” Kata si kru sambil menunjuk logo program Nero Startsmart pada desktop.
Rupanya keberuntungan sedang memayungi kehidupan Somad belakangan ini, terbukti ketika dia berniat meminjam laptop dari temannya malahan teman Somad tersebut berniat menjual laptopnya dengan harga murah dengan alasan butuh uang. Somad langsung menyetujui untuk membayari laptop temannya itu setelah dia tahu semua kebutuhannya ada pada laptop yang dimaksudkan. Meski begitu baru tiga hari setelah hari keberuntungan itu Somad bisa melaksanakan aksi Mission Impossible nya.
Icha baru saja memasuki mobilnya untuk bersiap pulang ketika seorang kru anak buahnya dari bagian make up memanggilnya.
“Buk.. ini ada yang ketinggalan.” Kata kru pria yang agak kemayu itu.
“Apa ini Han..?” Icha bertanya bingung. Sebuah amplop kecil berwarna coklat, disegel dengan lem agak berlebihan. Tulisan “UNTUK IBU MARISA HAQUE” dengan spidol hitam tertera jelas di bagian depan, meski agak mirip tulisan cakar ayam.
“Buat saya.?” kata Icha seperti ditujukan buat dirinya sendiri.
“Sepertinya emang untuk mbak Icha, kan namanya ditulis jelas.?” kata kru bernama Han itu dengan gaya kenes.
“Dapat dari siapa?” tanya Icha ragu.
“Wah, dari siapa nggak tahu mbak.. soalnya tadi ngegeletak di meja rias .” jawab han, masih dengan gaya kenes.
“Icha tertawa melihat gaya kemayu si Han, dengan sedikit penasaran dia merobek amplop coklat itu. Isinya sebuah Compact Disk putih polos dengan merk murahan. Sebuah catatan dari sepotong kertas bekas sobekan notes yang ada kop rumah produksinya ikut terjatuh saat Icha mengambil CD dari dalam amplopnya.
“Hanya boleh dilihat kalau sudah ada di rumah. Kalau sudah selesai melihat isinya, segera hubungi nomor ini ..” Icha membaca isi catatan. Sebuah nomor telepon CDMA tertera di sana. Penasaran Icha menghidupkan CD player di mobilnya, tapi invalid. CD tidak bisa dibaca oleh player biasa. Tamara paham kalau CD itu hanya bisa dibaca menggunakan komputer.
Agak mengabaikan CD yang diperolehnya secara misterius, Icha mengemudikan mobilnya dengan kecepatan biasa. Begitu sampai di rumahpun Icha masih sempat mandi dan makan malam. Baru ketika akan tidur Icha ingat dengan CD misteriusnya. Sedikit rasa penasaran dan khawatir menyelimuti perasaan Icha yang belakangan ini tidak karuan. Bahkan sebuah perasaan menakutkan bahwa akan ada bencana susulan menyergap perasaan wanita cantik itu, meskipun segera ditepisnya.
Pelan-pelan Icha menyalakan laptopnya dan memasukkan CD ke dalam drivenya. Semula hanya beberapa adegan sinetron yang muncul di layar laptop. Selama beberapa menit semuanya berjalan normal, sampai adegan yang membuat Icha panas dingin. Adegan persetubuhannya dengan Yoris di ruang wardrobe terpampang dengan jelas. Beberapa scene malah menunjukkan dengan jelas ekspresi Icha yang terlihat menikmati hubungan seksual yang dilakukannya. Spontan Icha mengangkat laptop miliknya itu dan membantingnya ke lantai sampai hancur berkeping keping diiringi suara ledakan keras. Masih belum cukup, Icha mengangkat kepingan laptop tersebut dan menghantamkannya ke lantai berkali-kali sampai benar-benar hancur, termasuk CD yang ada di dalamnyapun ikut hancur berkeping-keping. Penderitaan yang dialaminya rupanya bakal bertambah dengan adanya orang lain yang memanfaatkan kelengahan dan keteledorannya. Rasa kesal, malu, marah dan tidak berdaya yang teraduk menjadi satu membuat dada icha seperti diinjak oleh seekor gajah raksasa, dan perlahan tangis wanita cantik itupun pecah tidak kuasa menahan perasaan yang makin menggila di hatinya. Lalu bagaikan orang gila, Icha mengaduk-aduk isi tasnya, mencari catatan yang ditemukannya bersama CD yang memutar kehidupannya kembali ke awal bencana. Segera Icha menyambar HP nya dan menekan nomor yang ada di catatan kecil itu.
“Halo!” Icha mmbentak marah ketika teleponnya tersambung. Suara pria menjawab dari seberang.
“Jadi sudah dilihat isinya buk…?” kata orang itu.
“Jangan macam-macam Bangsat..!” Icha meluapkan emosinya. “Kalau kamu berani macam-macam..”
“Hmm ibu tidak pada posisi yang kuat untuk mengancam buk!” balas pria di seberang dengan tidak kalah galaknya. “Karena rahasia bu icha ada sama gue. Jadi, kalau elo mau selamat, lebih baik elo nurut sama gue.. atau…” pria itu mengulur suaranya, menikmati efek ketakutan yang tengah melanda Icha. “Seluruh dunia akan tahu .. ..”
“Jangan!” Icha mendadak merasa lemah dan takluk mendengar ancaman itu. Tawa kemenangan terdengar dari seberang.
“Jadi.. sekarang ikuti perintah gue, patuhi apa yang gue katakan.. paham?” bentak pria itu. Icha mengiyakan dalam isakan tertahan. Pria itu memerintahkan Icha untuk pergi ke suatu tempat .
Keesokannya icha mengendarai mobilnya sendirian ke tempat yang ditunjukan pria misterius itu, sekarang Icha telah sampai di tempat yang sudah ditentukan itu , Wanita cantik itu terlihat celingukan tidak tahu harus ke mana. Jalanan dimana dia berada saat ini sepi sekali, wajar karena jam sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Deretan ruko dengan rolling door besi kelabu seperti benteng baja yang mengepung Icha, kesemuanya sudah tutup. Sesekali Icha dikagetkan bunyi kelontang kaleng jatuh tersenggol hewan malam. Keremangan lampu penerangan yang terkesan setengah hati makin mengesankan kalau tempat itu merupakan tempat berkumpulnya para pelacur murahan, dan dengan pakaian seadanya yang dia pakai membuat Icha merasa dirinya benar-benar sudah berubah menjadi pelacur pinggir jalan. Mendadak HP icha bergetar tanpa suara. Wanita cantik itu buru-buru mengambilnya. Nomor yang sama seperti yang ada di catatan CD tertera di sana.
“Udah sampai ya..?” tanya pria itu, membuat Icha gelagapan, seolah pria itu bisa melihatnya. Spontan Icha memandang ke segala penjuru, mencari apakah ada orang yang mengawasinya.
“Kalau elo mau cari gue..” kata pria itu sambil tertawa, membuat Icha menghentikan usahanya. “Coba elo lihat di depan elo, ada ruko yang pintunya dicoret-coret pake pilox..”
Icha segera mencari ruko yang dimaksud, tidak mudah mencarinya karena hampir semua pintu ruko sudah dicorat-coret para seniman liar jalanan dengan grafitti yang sesungguhnya sangat indah kalau dipasang di tempat yang pas. Tapi Icha beruntung saat dia melihat sebuah ruko yang rolling door nya tidak tergembok. Icha makin yakin setelah si penelepon mengiyakan bahwa memang ruko yang dilihatnyalah yang dia maksud. Dengan sedikit gemetar Icha mendorong pintu besi kelabu itu dan menutupnya kembali. Butuh beberapa saat bagi mata Icha untuk menyesuakan diri dengan keremangan ruang di dalam ruko yang hanya diterangi sebuah bola lampu kecil.
Icha mengasumsikan kalau dirinya sedang berada di sebuah gudang atau bekas bengkel mobil, kalau menilik barang yang ada di sana dan bau karet bercampur oli bekas yang mendominasi ruangan. Ruangan itu tidak lebih luas dari sebuah garasi dua mobil. Sebuah kompresor ukuran sedang tergeletak di sebelah kiri dinding yang penuh dengan rak berisi onderdil bekas. Tumpukan ban bekas ada di sisi yang lain dan sebuah motor tua karatan dengan kedua bannya kempes teronggok merana di bagian paling ujung ruangan. Di sebelahnya terdapat tumpukan peti yang tertutup lembaran-lembaran tripleks. Icha melihat sebuah tangga besi di dinding paling dalam, menuju ke lantai dua. Di beberapa tempat terserak kaleng-kaleng bekas oli dengan berbagai merk. Mendadak lampu gantung yang menjdi penerangan utama ruangan itu menyala secara serentak, membuat seluruh ruangan menjadi terang benderang. Icha terkesiap kaget, dia merasa saat-saat yang mengerikan itu akan tiba kapan saja. Dalam kondisi terang benderang Icha bisa melihat jelas kalau ruangan tempatnya berada saat ini adalah sebuah bengkel yang tidak terpakai, merujuk pada debu tebal yang melapisi tempat itu dan sarang laba-laba yang menempel di beberapa sudut. Meski begitu Icha sempat melihat ada beberapa tempat yang terlihat sangat bersih, terutama bagian lantai ruangan yang terbuat dari keramik kelabu kusam, seperti ada yang mengepel lantai itu beberapa saat sebelumnya.
“Sampai juga akhirnya..” terdengar suara pria dari arah tangga besi yang menuju lantai dua. Icha yang sibuk memperhatikan keadaan sekeliling tidak menyadari kedatangannya, dia serentak membalikkan badan.
“kamu kan…” Icha terperanjat dengan mata terbelalak setelah mengetahui siapa pria yang mempermainkannya selama ini. Somad, pria yang dikenalnya sebagai kru di rumah produksi miliknya!. “kamu kan….”
“Somad, Buk…” kata Somad meninggalkan basa-basi yang selama ini dia gunakan jika bertemu orang lain. Icha yang kesal dan marah setengah mati langsung mendekati Somad dan menampar wajah pria itu dengan keras.
Somad terdorong ke belakang beberapa langkah. Icha yang tinggi tubuhnya 175 cm tampak menjulang di hadapan Somad yang Cuma 155 cm. Meski begitu, Somad tetaplah seorang pria dengan kekuatan tersendiri. Seketika Somad bangkit dan melancarkan sebuah pukulan keras ke bagian perut Icha, Icha langsung terjatuh dan meringis kesakitan.
“Kesalahan besar buk…” kata Somad memegang pipinya yang masih terasa panas. “Ibuk marisa sudah berbuat kesalahan besar… “ katanya sambil menjambak rambut Icha. “Dan elo bakal menyesal melakukannya..” Somad mendekatkan bibirnya ke telinga Icha dan berkata pelan. “Elo masih ingat film mesum elo yang gue kirim..?” somad mulai bicar tak sopan,
Seketika Icha pucat mendengarnya, dia merasa menyesal bukan main telah menampar Somad, dia menatap wajah Somad dengan ketakutan.
“Kalau gue telepon temen gue sekarang, maka besok pagi, film bokep elo bakal jadi film bokep yang paling dicari di Glodok.” Kata Somad dingin.
“Jangan..” Icha bergidik ngeri. Untuk kesekian kalinya Icha harus takluk pada orang yang sama sekali tidak sebanding dengannya. Tapi Icha tidak berani berbuat macam-macam dengan ancaman itu, kalau sampai ancaman itu terbukti, maka kehidupannya bakal lebih sengsara ketimbang saat ini.
“Jangan.. saya mohon, maafin gue.. maafin gue..!” Icha menghiba dan berlutut di bawah kaki Somad. Seketika mental Somad terangkat, kebanggaan luar biasa membuncah di dalam hatinya, sebagai seorang yang selama ini terpinggirkan, hari ini bisa menaklukkan seorang selebriti cantik dan dihormati banyak orang.
“Baik..” kata Somad dingin, lalu dia mulai melakukan percobaan untuk melihat sampai seberapa jauh dia bisa menguasai artis cantik itu. “gue maafin elo, tapi elo musti ikutin semua perintah gue..”
“I.. iya.. baik.. gue nurut sama elo..” balas Icha.
Somad terkejut sesaat, dia tidak menyangka hasilnya akan seperti ini, jauh di luar pengharapannya. Bahkan jauh lebih besar dari apa yang diinginkannya. Semua rencananya berjalan dengan mulus, semulus wanita cantik yang ada di hadapannya.
“Eh.. baik..” kata Somad agak gugup karena kebingungan dan sudah mulai panas dingin. “Sekarang elo lepasin pakaian elo, sampai bugil..!”
Icha tergagap. Meskipun sudah pernah menghadapi peristiwa seperti ini sebelumnya, tapi tetap saja nalurinya sebagai wanita menolak kalau harus bertelanjang bulat di hadapan pria yang bukan siapa-siapanya, apalagi pria itu adalah orang yang sama sekali tidak pantas disejajarkan dengannya.
“ sadarlah mad.. sadar…” ujar icha berusaha bernegosiasi
“Buka!” Bentak Somad membuat icha gemetar.
“I.. iya.. gue buka..” icha berujar tergagap. Icha membuka kancing baju nya stau persatu,
“ celana mu juga!” perintah somad. Icha pun melepaskan celananya.
“Oohh.. muluss…” Somad meneguk ludah menyaksikan icha mulai melepas pakainannya satu persatu, keindahan paha mulus icha yang bening dengan pinggul yang bulat padat berakhir pada pinggang yang indah.
“Lepas tuh CD nya, .!” perintah Somad jelas.
Icha terisak sesaat, lalu dengan sekali tarik, celana dalam itu langsung lepas dari selangkangannya, menampakkan gundukan vagina yang terawat cermat, tanpa rambut sama sekali karena icha selalu rajin merawat bagian kewanitaannya tersebut. Mengingat icha sudah punya anak, Somad heran sekali melihat vagina majikannya yang terlihat begitu bagus, tapi sesaat kemudian diapun maklum karena wanita itu adalah artis terkenal dan punya banyak uang sehingga tidak sulit baginya utuk melakukan perawatan tubuh.
“Hehehehe… mulus banget nih body elo!, gak disangka wanita seumur elo masih mulus banget.. apalagi toked elo… gede, montok, mulus pula..” puji Somad tanpa basa-basi, meski lebih terdengar sebagai bentuk pelecehan. Icha menjadi malu dan menutupi bagian tubuhnya yang mana saja yang bisa dia tutupi dengan tangannya.
“Eh.. siapa yang suruh elo nutupin pemandangan indah gue..?” kata Somad dengan nada tinggi. Icha gugup mendengarnya dan langsung menyingkirkan tangannya dari tubuhnya sendiri.
“Biar kata lo istri orang, udah emak – emak ,tapi tetap sip, nah elo sekarang buka kaki elo lebar-lebar, lalu angkat tangan elo ke atas kepala..” perintah Somad tajam. Tanpa bisa berbuat banyak, Icha segera menuruti perintah itu, kedua kakinya direnggangkan lebar-lebar membuat belahan vaginanya ikut membuka, dan posisi tangannya yang di atas kepala membuat payudaranya kian mencuat ketat.
“Ohh… muluuss..” Somad mengagumi keindahan tubuh artis senior yang cantik itu,, membuat keseksiannya kian menonjol.
“Sekarang elo pindahin tuh tripleks-tripleks yang ada di situ!” Somad menunjuk ke arah tumpukan tripleks yang menutupi tumpukan peti. Dengan enggan icha mengangkat tripleks-tripleks itu, terlalu berat untuk seorang wanita yang tidak biasa bekerja kasar sepertinya. Icha langsung lemas setelah mengetahui mengapa Somad memerintahkannya memindah tripleks-tripleks itu. Di balik tumpukan tripleks itu rupanya tersembunyi sebuah ranjang kayu usang yang dilapisi kasur tipis yang tidak kalah usangnya. Menjadi jelas baginya kalau sebentar lagi tubuhnya yang mulus bakal menjadi pelampiasan nafsu seksual bagi Somad. Yang mengherankan Icha adalah, bagaimana bisa seorang Somad yang baginya terlihat lugu dan bego bisa merencanakan sampai sedetil ini.
“Elo… elo mau perkosa gue..?” Icha tercekat mengucapkannya.
“Nggak… nggak..” Somad tertawa pelan. “Siapa yang mau perkosa elo..?” Somad tersenyum licik. “ sebenarnya gua demen sama anak lo yang paling besar.. tapi setelah kuperhatikan, ternyata ibunya tak kalah cantik dari anaknya,.. dan Elo musti mau gue entot secara suka rela, paham?”
Ucapan terakhir itu membuat Icha merah padam wajahnya karena malu dan marah.
“kamu gila..!” Icha mendesis marah.
Somad yang terangsang berat itu dengan cepat mendekati icha dan menggumulinya, hingga icha terdorong keatas ranjang.
“Ohh… mulus bangeet…” Somad mulai menaiki tubuh putih mulus Icha yang telanjang bulat dan terlentang pasrah di atas ranjang.
“Nggak… jangan… mmmhh !” Icha menggeleng saat bibir Somad akhirnya melumat bibir seksinya. Tapi tentu saja itu tidak menghentikan Somad untuk menikmati sesuatu yang sedari tadi ditahannya. Tangan kurus pria itu mendekap kepala Icha membuat artis cantik itu tidak berdaya untuk menghindar saat Somad menghujani bibir dan wajah cantiknya dengan kecupan-kecupan.
“setan kau somad.. lepaskannn…. Dasar tak tahu diriii!!! Mmmmhhh..” lama lama makian icha terdengar menjadi mulai mendesah karena lidah Somad mencoba masuk dan menjilat langit-langit mulutnya. “Mmmmhhh..” desah icha tertahan karena mulut mereka masih menyatu. Somad pun menurunkan ciumannya ke arah leher. Dijilati dan diciuminya leher putih tersebut. Tangan kanannya pun mulai bermain main di sekitar puting kiri icha. Jari telunjuknya berputar putar di sekitar ujung putingnya dan terkadang digeseknya pelan sehingga semakin lama icha pun menjadi semakin naik birahinya.
“Oohhh…” Icha mendesah pelan menandakan kalau birahinya mulai naik, sesuatu yang aneh mengingat tadinya dia menolak melakukan hubungan seksual dengan pria kurus itu. Somad pun menurunkan lagi ciumannya ke arah dada kanan icha. Lalu ia mulai menyerang puting payudara Icha dengan lidah dan bibirnya. Dihisap dan terkadang digigit dengan lembut puting kanannya itu membuat Icha serasa terbang melayang. Tangan kanan Somad mulai memencet dan memilin puting kiri icha.
“Ohh…shitt!! Ohhh!! God!!” icha mendesah-desah liar ketika Somad menyentil-nyentilkan lidahnya pada putingnya yang sensitif, kadang disertai gigitan kecil yang membuatnya makin menggelinjang, dia merasa vaginanya mulai basah karena rangsangan-rangsangan itu. Tapi tampaknya Somad tidak mau terburu-buru dalam mengerjai icha. Somad mengangkangkan kaki kedua kaki icha lebih lebar lagi membuat vagina artis senior itu membuka lebar, maka dengan leluasa Somad mulai mengobok-obok daerah paling rahasia icha dengan tangannya. Dielus-elusnya dan diremasinya daerah kemaluan icha yang licin tak berbulu, membuat icha menggeliat dan mendesah nikmat. Desahan icha kian keras saat Somad mulai mengaduk-aduk liang vagina itu menggunakan jarinya.
“Oohh.. ohh.. aahh.. ahh.. kamu apain aku somaddd setannnn!!!!” icha mengerang dan menggeliat tak terkendali merasakan rangsangan Somad yang mengaduk-aduk vaginanya. Akhr-akhir ini Icha merasa dirinya mudah sekali dibangkitkan nafsunya, apalagi jika daerah sensitifnya sudah disentuh. Akhirnya tidak dapat ditahan lagi, gelombang kejut orgasme segera menghantam tubuh artis senior itu.
“Ayo.. Jangan ditahan buk. Keluarin aja.. Ayo..” Somad menyemangati icha sambil terus mengobok-obok vagina artis setengah baya yang tengah terangsang hebat itu, membuat icha makin tak tahan.
“Nnhh.. ngghh.. oohggh.. ohh..” Icha melenguh sambil menggigit bibir. Rangsangan Somad dirasakan kian hebat menyiksa sekujur syarafnya yang sudah menegang. Akhirnya icha menyerah pada libidonya yang kian meledak, tubuhnya kembali mengejang keras dan melengkung kaku sementara kakinya menyepak-nyepak tak terkendali. Seketika cairan vaginanya membanjir membasahi selangkangannya. Dan Somad tahu kalau wanita cantik itu kini sudah siap untuk disetubuhi, dia langsung melepas celana dalamnya, membuat penisnya yang sedari tadi tegang langsung mencuat tegak. Ukurannya sedikit lebih kecil dibanding milik Robert atau Yoris tapi terlihat lebih kokoh dan berurat. Sejenak dipandanginya tubuh putih mulus wanita cantik yang terbaring telanjang bulat itu, kemudian Somad mulai menindih tubuh icha.
“Mmmhh…. Ohh..” Icha mendesah tertahan saat penis Somad membenam di dalam liang vaginanya.
icha merasakan penis Somad berdenyut memenuhi liang vaginanya. Somad melihat reaksi icha bukannya mengendor malah justru makin bersemangat, dilumatnya bibir icha yang seksi itu sambil terus berusaha mendorongkan penisnya sampai seluruhnya terbenam ke dalam vagina icha.
“Ohh.. alot banget punya lo ya!!!..” Somad mengerang saat penisnya membenam seluruhnya di dalam liang vagina icha. icha merasakan kemaluannya seperti terbelah. Dia berusaha melebarkan kakinya selebar mungkin untuk mengurangi rasa sakit itu sehingga membuat Somad lebih leluasa melakukan penetrasi.
“Ngghhh… oohhh…” Somad mendengus-dengus penuh nafsu, desakan seksual sudah sampai di ubun-ubunnya, maka diapun segera menggerakkan pantatnya maju mundur untuk menggenjot vagina artis senior itu dengan penisnya.
“Ngghh… oohh… ohh…” Somad mengerang-erang penuh nikmat tiap kali penisnya memompa liang vagina icha. Gerakannya makin lama makin kuat dan kasar membuat wanita setengah baya itu kewalahan, dan sementara bagian kemaluan mereka bersatu ketat, bibir merekapun bertaut satu sama lain, saling lumat dan saling kulum penuh semangat. Rupanya kepasrahan icha membuat wanita itu merasakan kenikmatan seksual yang diinginkannya. Apalagi Somad cukup lihai dalam melakukan French kiss, lidahnya beraksi di dalam rongga mulut icha dan membelit lidah wanita cantik yang terpelajar itu dengan ketat. Icha yang terangsang membalas perlakuan itu dengan keganasan yang sama. Kepasrahan ditambah ledakan orgasmenya membuat wanita itu melupakan posisinya yang sedang mengalami perkosaan. Tidak tampak lagi Marisa haque yang tadi merasa terhina, yang ada sekarang adalah seorang wanita setengah baya yang haus akan belaian liar, yang siap memuaskan pria yang menidurinya.
Pelan tapi pasti, rintihan kesakitan Icha mulai berubah menjadi desahan-desahan manja. Vaginanya sekarang sudah mampu menerima sodokan penis Somad. Somad juga makin lancar menggenjot vagina majikannya itu. Gerakan sodokan penis Somad makin lama makin cepat dan ganas membuat wanita melenguh-lenguh penuh nikmat.
“Ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. nnhh.. nghh..ohh..” Icha menggeliat-geliat menikmati setiap sodokan penis Somad pada vaginanya.
Selama hampir sepuluh menit Somad menggenjot vagina bosnya yang masih alot itu, sampai akhirnya pertahanan icha jebol. Diiringi dengan rintihan panjang, icha merasakan sensasi kuat menjalari sekujur tubuhnya. Tubuhnya menegang dan melengkung ke belakang, tangannya dengan kuat mencengkeram punggung Somad. Vaginanya berdenyut kuat sekali seperti meremas penis Somad. Di ambang klimaks, tanpa sadar icha memeluk Somad dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai icha mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat pundak Somad sampai kuku-kukunya membenam di punggung pria kurus itu.
“Aahhhhhhkkkhhhhh…. Oohhhhhhh….” Icha mengejang dan merintih keras, orgasmenya meledak menghantam seluruh syaraf kenikmatan seksualnya. Sesaat kemudian tubuhnya melemas kembali dan tergolek di ranjang. Nafasnya memburu membuat payudaranya naik turun.
Somad sendiri merasa cengkeraman vagina Icha seolah hendak membobol pertahanannya juga, tapi dia harus berterima kasih pada obat kuat yang diminumnya sebelum ini karena penisnya tetap menegang dan mampu menahan desakan ejakulasi yang sudah sampai di ujung kepalanya. Tanpa menunggu apakah Icha siap, dia langusung menarik tubuh telanjang wanita cantik, yang adalah orang yang menggajinya setiap bukan itu dan memposisikannya menungging dengan posisi pantat lebih tinggi dari kepala lalu dilebarkannya kedua paha mulus wanita itu sampai liang vaginanya kembali membuka.
”Ehssss…..” Icha mengerang sambil menggigit bibir ketika penis Somad kembali membenam di dalam liang vaginanya. Kali ini tanpa kesulitan karena vagina itu sudah benar-benar basah. Maka kembali Somad menikmati jepitan liang vagina Icha pada penisnya dengan menyodok-nyodokkan penisnya kuat kuat di dalam liang vagina wanita itu.
“Nhh… ngghh.. ohh… ohhh…” Somad melenguh-lenguh menikmati sepenuhnya bersetubuhan yang dilakukannya.
Betapa besar perbedaan yang dirasakannya karena selama ini Somad hanya mampu melakukan hubungan seksual dengan pelacur murahan, sekarang yang tenah disetubuhinya adalah seorang wanita yang tidak saja cantik dan seksi tapi juga berstatus sebagai seorang artis terkenal, dan kenikmatan lebih yang dia rasakan adalah kenyataan bahwa artis cantik itu sudah sepenuhnya ada dalam kekuasaannya sehingga kapan saja dia mau dia bisa memintanya untuk bersenggama lagi dan lagi. Kali ini dimintanya icha mengangkangi penisnya sementara dia sendiri terlentang di atas kasur. Posisi itu membuat icha leluasa bergerak. Dengan penuh semangat Icha menggerakkan pantatnya naik turun sehingga penis Somad yang menyatu ketat di dalam vaginanya terpompa dengan keras.
Desahan nafas diimbangi dengan suara kecipak akibat gesekan dua kemaluan mereka yang menyatu membuat gairah mereka kian terpacu. Ditambah lagi Somad yang kemudian sibuk menikmati kedua belah payudara icha yang menggantung bebas dengan remasan lembut dan jilatan jilatan pada kedua puting payudara itu membuat birahi icha kian tak terbendung lagi. Sejenak icha kembali lupa daratan, icha hanyut oleh dorongan seksual liar akibar permainan somad, karyawannya yang kurang ajar itu.
Dan ketika keduanya sudah mendekati puncak, Somad memeluk erat tubuh mulus bosnya itu dan kembali menindih tubuh telanjang itu. Icha, yang memang telah menjadi wanita jablay, menyambutnya dengan ciuman ganas di bibir Somad sambil melingkarkan kedua kakinya di pinggang Somad, membuat pria itu leluasa menyodokkan penisnya kuat-kuat. Selama beberapa menit mereka berpagutan sementara bagian selangkangan mereka saling menyatu ketat, akhirnya keduanya tidak tahan lagi dan melepaskan orgasmenya. Icha yang lebih dulu jebol, tubuhnya kembali mengejang dan gemetar, cengkeraman tangannya kian erat membuat kukunya menggores punggung Somad, sementara kedua kakinya kian kuat melingkar di pinggang pria itu.
“OOOHH..!!! AAAHH…..!!!” Marisa haque mengerang keras, tubuhnya melengkung ke belakang seperti hendak melemparkan pria yang tengah menindihnya ke udara. Diinding vaginanya berkontraksi keras, lebih keras dari sebelumnya membuat Somad merasa sebentar lagi penisnya bakal terbetot lepas. Kekuatan kontraksi dinding vagina icha yang begitu kuat membuat Somad tidak bisa lagi menahan ejakulasinya.
“Oohhhh…. Oohhhhh….” Somad mengejang ketika spermanya menyembur deras mengisi rahim wanita cantik itu. Dia menyodokkan penisnya sedalam yang dia mampu untuk menuntaskan ejakulasinya. Selama beberapa detik Somad merasakan tubuhnya melontar ke angkasa, segenap kesadarannya tersapu habis saat itu, yang ada hanyalah naluri seksualnya yang membawanya ke puncak kenikmatan yang paling dicari oleh setiap pria di muka bumi ini. Dan selama beberapa detik kedua anak manusia berbeda status itu tenggelam dalam kenikmatan seksual yang menghantam sekujur syaraf mereka.
“Ohh… ohh…” Somad terengah lemas menindih tubuh telanjang Icha.
Sensasi seksual yang diperolehnya membuat sekujur tubuhnya lemas seperti baru saja berlari ribuan kilometer. Dirasakannya tubuh Icha yang lembut dan haus sensasi seksual bergerak tidak teratur akibat deru nafasnya yang tersengal. Tubuhnya yang mulus seperti tidak punya tenaga lagi sehingga dibiarkannya tubuh Somad tergeletak menindihnya. Tanpa terasa sudah hampir tengah malam ketika persetubuhan mereka selesai. Icha beruntung Somad tidak menahannya di tempat itu semalam penuh dengan begitu dia bisa pulang dan beristirahat di rumah. Meski begitu Somad mengisyaratkan kalau Icha masih harus merelakan tubuhnya dinikmati oleh pria itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar