Rabu, 31 Oktober 2012

Cerita Seru Seks Jilbab - Siti Maemunah

Cerita Seru Seks Jilbab - Siti Maemunah, Namaku Siti Maemunah,panggil aja aku Mae, aku dibesarkan dari keluarga muslim yang teramat taat, dari kecil aku sudah diwajibkan pakai baju kurung dan berjilbab sampai aku SMA dan sebuah ledakan besar terjadi dalam hidupku saat aku SMA, aku lebih mengenal diriku karena saat itu pertama kali aku merasakan kehangatan dan kenikmatan tubuh lelaki dari adik papaku. 

Dan mulai saat itu aku paling doyan mencari pengalaman dengan beberapa lelaki Cuma untuk mengetahui rasa dari tiap kontol yang diberikan mereka pada tubuhku. Mungkin lingkungan yang kolot membuatku menjadi selalu ingin tahu dan bagiku itu merupakan sebuah perjalanan hidup yang sangat menyenangkan yang tidak kudapatkan dari dunia kekolotan karena hidupku menjadi lebih berwarna. 

Setelah lepas SMA, aku kuliah di sebuah perguruan tinggi islam di Jogjakarta dan di sini aku dikontrakkan sebuah rumah kecil oleh keluargaku karena pikir mereka kost-kostan nggak aman buatku tapi di kota inilah aku bener-bener menjalani pengalaman yang sangat membuatku lebih hidup. Atas perintah keluargaku yang kolot dan demi menjaga nama baikku sebagai muslimah di kampung ini aku kadang ikut pengajian bersama ibu-ibu dan teman-temanku sesama jilbaber yang lainnya. 

Di sini ada seorang Uztad yang lumayan sudah berumur dan sering memberi pengajian kepada masyarakat di kampung ini. Namanya Pak Haji Mahmud Fathoni, orang-orang sering memanggilnya Uztad Mahmud, perawakannya mirip orang Arab, tinggi besar dengan usia sudah 50 th-an, kata ibu-ibu sini sih dulu ibunya diperkosa orang Arab saat ikut kerja di sebua toko kain di Jogja. 

Dalam memberikan pengajian terkadang dia dibantu oleh seorang tenaga yang terhitung masih saudaranya yaitu Pak Muh Ismatullah, sebut saja Pak Is, tidak jauh beda umurnya dengan Uztad Mahmud tapi orangnya lebih gempal. Walaupun bisa ngasih ceramah macam-macam tapi aku tidak terlalu mempedulikannya, toh sama-sama manusia yang belum pernah pulang pergi Neraka-Jogja PP kan? Lagian seringkali aku ketahui mereka mencuri lihat atau menatapi tubuhku saat pengajian karena kadang aku memakai kemeja yang agak lumayan ketat sehingga tetekku lebih tercetak. 

Ahh.. namanya juga lelaki, semua sama saja kecuali gantungan selangkangannya yang beda-beda,ha..ha.. Suatu ketika pengajian di adakan di rumahku, setelah selesai aku merapikan gelas-gelas teh di dapur, ibu-ibu dan Uztad Mahmud sudah pada pulang tinggal Pak Ismatullah yang membantu aku merapikan sofa ruang tamuku tapi tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran Pak Ismatullah yang menatapku dengan jelalatan.

“Oo Pak Is…. kaget saya melihat bapak tiba-tiba sudah ada disini.” Aku berusaha bersikap sopan padanya. 

“Maaf mbak kalau saya ternyata mengagetkan …..”. Dia menjawab tapi tatapan matanya tidak berhenti menatap tetekku. Saat itu aku memang masih memakai kemeja lengan panjang yang lumayan agak ketat di bagian dada karena sebelum pengajian tadi aku baru saja pulang dari Kaliurang bersama teman lelakiku, lalu aku pura-pura menyibukkan diri mencuci gelas-gelas kotor. Pak Is ternyata masih diam saja di dapur menatap bagian belakang tubuhku. 

“Apakah ada yang kurang Pak Is ?” Akhirnya aku bertanya setelah sekian lama mendiamkannya.

“Mbak sangat cantik sekali…..dan seksi” Pak Is menjawab. Aku terkejut dengan jawabannya itu. Jantungku berpacu semakin cepat, aku mulai merinding. Aneh ku rasakan, aku merasa nggak begitu ngeh dengannya padahal aku orang yang doyan banget dengan kontol-kontol asing. 

“Jangan-jangan….ah, tidak mungkin…. Semoga dia cuma berkata sebenarnya, hanya caranya mengungkapkan seperti orang yang ingin memperkosaku bulat-bulat. Tanpa basa-basi.” Aku berusaha menenangkan degup jantungku. 

“Terimakasih…..” aku menjawab dengan sedikit gemetar. 

“Sebenarnya Mbak sangat menggairahkan, setiap kali saya di dekat Mbak pasti zakar saya terbangun. Saya masih yakin dapat memuaskan Mbak.” Pak Is berkata tanpa basa-basi. Deg…. Dugaanku ternyata benar, aku takut sekaligus marah dengan Pak Is karena caranya yang kurang sopan, mungkin akan berbeda jika ia mau lebih halus tapi sudah kepalang tanggung. Aku menghadapnya dengan mengacungkan pisau dapur yang berada tak jauh dariku.

“Hei Pak Is, jangan kurang ajar terhadapku. Ingat aku adalah anak didikmu. Aku bisa melaporkanmu ke Uztad Mahmud karena kelakuanmu yang tidak sopan terhadapku” Aku membentak tanpa menghiraukan usianya yang lebih tua dariku. Tanpa-diduga-duga dia memelintir tanganku yang memegang pisau sehingga pisau itu terlempar. Aku mengaduh kesakitan. Tapi tangan kirinya telah memelukku dengan erat. Aku tidak bisa bergerak sama sekali, karena himpitan tenaganya yang kuat.

“Kamu kira aku bisa ditakuti dengan mainan seperti itu…. hah.” Dia sekarang menelikung tanganku dan mendekapkan badanku ke badannya. Aku gemetar dan tidak terpikir untuk berteriak saking gugupnya. “Aku memang mengincarmu dari dulu, karena itu setiap kamu datang ke pengajian aku pasti selalu berusaha memperhatikanmu, lekuk tubuhmu begitu sintal menggoda. Jika kamu berusaha menolak, aku tidak segan-segan mencelakaimu.” Pak Is mengancamku. Aku mulai ketakutan dan kaget karena ternyata Pak Is yang selalu diam dan sopan bisa berkata kasar seperti itu. Ohh..apakah tubuhku sudah membuatnya begitu bernafsu. 

“Aku akan melepaskan pelukanku kalau kau mengerti kondisimu saat ini.” Pak Is meneruskan. Aku hanya diam mengangguk. Dia menyeringai dan melepaskan pelukannya. Aku langsung terduduk di lantai dan menangis karena cemas terhadap tubuhku, takut jika Pak Is adalah orang yang suka bersetubuh dengan kekerasan semacam bondage, ngeri membayangkannya. Pak Is tertawa penuh kemenangan. Sedangkan hatiku sangat kalut. Pak Is bisa melakukan apa saja terhadapku. Kalau aku melaporkan dia pada Uztad Mahmud atau warga kampung, juga tidak akan dipercaya karena dia juga menjadi salah satu orang yang disegani di kampung ini. 

“Kamu tidak perlu menangis… karena aku akan memberikan kepuasan batin yang tak terhingga kepadamu. Aku tahu kamu sering tidur dengan lelaki kan?bahkan aku tahu kalau kamu sering memasukkan lelaki ke rumahmu ini, apa kamu ingin keluargamu dan warga di sini mendengarnya….?” Pak Is berkata dengan tenangnya. Deg... jantungku seolah-olah berhenti mendengar perkataannya tadi, memang aku sangat doyan dengan kontol lelaki tapi tidak begini caranya. “Asal kau menuruti kemauanku, jilbab sholekahmu tidak akan terlepas kemana-mana..” Ancamnya, aku menjadi muak oleh lelaki yang bersikap kasar begini kepada wanita. Sambil duduk Pak Is membuka resluiting celananya. Kemaluannya tampak telah membesar dan kini tepat mengarah di depan wajahku. Akupun kembali membuang muka sambil memejamkan mata. Pak Is mulai memaksa untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya yang keras segera meraih kepalaku yang berjilbab dan wajahku ke depan kontolnya. Setelah itu kemudian Pak Is memaksakan kontolnya masuk ke dalam mulutku hingga sampai pangkalnya dan sepasang buah kontol bergelantungan di depan bibirku. 

Dengan agak terpaksa aku membuka mulutku dan mulai menciumi kontol Pak Is, sebenarnya ukuran kontol Pak Is hampir sama dengan milik teman lelaki yang lain, standarlah tetapi punya Pak Is sedikit lebih panjang dan agak membesar di bagian kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati dan mengulum kontol itu. “Ohhhh.... Nikmat sekali sayaang..., kau memang pintar” Pak Is mengerang sambil meremas rambut di kepalaku yang masih terbungkus oleh jilbab lalu ia mendorong dan menarik kontolnya di mulutku. Aku gelagapan karena mulutku kini disumpal oleh kontol Pak Is yang lumayan panjang itu. Pak Is mulai mengocokkan batang kontolnya dimulutku yang megap-megap karena kekurangan udara. Dipompanya kontolnya keluar masuk dengan cepat hingga buah penisnya terasa memukul-mukul daguku. Bunyi berkecipak karena gesekan bibirku dan batang kontol yang sedang dikulum tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Pak Is makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajahku. Batang kontolnya juga semakin cepat keluar masuk di mulutku, dan sesekali membuatku tersedak dan ingin muntah. Lama sekali rasanya batang kontol Pak Is kukulum dan membuatku makin lemas dan pucat. 

Akhirnya tubuh Pak Is pun mengejan kuat dan Pak Is menumpahkan spermanya di wajahku sambil meremas dan mengocoknya sendiri sehingga membasahi wajah dan jilbabku, kemudian dilesakkanlah kontolnya yang masih mengeluarkan sperma itu di rongga mulutku. Hal ini membuatku tersentak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan dan remasan tangan Pak Is di kepalaku yang berjilbab sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa aku menelan sebagian besar sperma itu.

“Aaaahhhhhh..,” Pak Is pun mendesah. “Akhirnya aku bisa menikmati mulutmu yang indah sayang……..” Gumamnya sambil tetap membenamkan kontolnya di mulutku untuk kuhisapi. “Ayo ikut aku…..” Pak Is kemudian menarik tanganku dengan kasar. Dengan setengah menyeretku dia membawaku ke kamar tidurku. Didorongnya tubuhku ke atas ranjangku yang empuk. “Hmm. Kamar yang bagus dan wangi…. Cocok untuk kita saling melepas hasrat yang sangat nikmat.” Pak Is mengagumi kamar tidurku yang bersih dan sejuk. Aku tetap berbaring telungkup. Sia-sia saja aku walaupun berontak bahkan mungkin dia bisa menjadi lebih parah, aku masih cemas dengan tubuhku karena teringat pernah melihat gadis-gadis di bondage di Blue Film membuat aku jengah. Kalau saja Pak Is bisa bersikap halus sedikit, aku pasti merontokkan kontolnya dengan goyanganku, batinku. Aku sebenarnya mau saja dientotin kontolnya tapi caranya membuat aku muntah. 

“Hei… jangan diam saja. Bangun sini.” Pak Is membentakku. Aku lalu bangun mendekatinya. Dia menyeringai dan berkata. “Lepaskan seluruh pakaianmu dan menarilah.”

“Gila… apakah aku disuruh berstriptease dihadapannya atau menari gambus dengan tubuh telanjang dan masih berjilbab...” Aku semakin gemetar penasaran…. Perlahan-lahan aku mulai melepaskan pakaian yang kupakai. Kubuka kancing kemeja panjangku satu persatu dengan tangan gemetar. Nafas Pak Is nampak sedikit tertahan tegang ketika aku membuka bra warna krem yang kupakai. Aku menggoyang-goyangkan pantatku perlahan-lahan sambil membuka celana dalam yang merupakan bagian terakhir perlengkapan pakaianku.

Aku akan membuka jilbab yang aku pakai karena tadi sudah kena spermanya ketika dihentikan oleh Pak Is, “Jangan dibuka jilbabmu, kamu lebih merangsang kalau begitu dan aku sangat bernafsu jika bisa meniduri wanita-wanita muslimah”. Aku menutupi tetekku dan bagian kewanitaanku dengan kedua belah tanganku sebisa mungkin. Hatiku semakin tidak karuan, antara takut dikasari dan pingin merasakan kontolnya yang lumayan panjang itu menerobos masuk liang kenikmatanku. Mata Pak Is semakin beringas “Beruntung sekali aku mendapatkanmu……. Tubuhmu yang putih mulus dan kencang sungguh luar biasa indahnya. Mari sini sayang.” Pak Is menarik tanganku dan membaringkanku telentang. Dia dengan tergesa-gesa melepaskan pakaiannya. Badannya yang hitam menandakan dia terbiasa bekerja di bawah terik matahari. Kepalaku terasa berkunang-kunang, rasanya aku hampir tidak sanggup menahan peristiwa ini. Pak Is perlahan-lahan mendekati aku yang tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang kesadaran kurasakan sesuatu yang basah merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak naik menuju pahaku, tanganku berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menelusuri kaki dan pahaku. 

Aku tersentak kaget ketika kudapati ternyata lidah Pak Is menempel di belahan pahaku. “Tenanglah.... dinikmati saja....”, aku menggelinjang dengan lemas, akan tetapi terasa dorongan hasrat menjalari seluruh tubuhku. “Aakkkhhhhh.....Ohhh.....mmmhhhh....” gumamku lirih. Ternyata Pak Is memperlakukan memekku dengan sangat halus tapi belum tentu juga kalau ternyata dia bermain dengan kasar, akan tetapi... Oohhh...nikmat sekali rasanya lidah orang ini. Tubuhku mengejang, lama lidah Pak Is bermain dengan memekku dan sesekali ia menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai mengembang dan mengeras. Cairan memekku mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur Pak Is yang masih saja menusukan lidahnya ke memekku.

Tiba-tiba tubuhku kembali menegang, dan kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku dan seakan berkumpul dirahimku lalu.. “Oookkhhhh.....hhaagghh...hhaahhhhh..... Aaakkkhh....” erangan panjang dari mulutku mengiringi semprotan cairan hangat yang keluar dari dalam liang memekku dan membasahi mulut Pak Is. Ohh... aku orgasme dengan orang yang mengajariku tentang ajaran agama, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku dari Pak Is ini dan aku selalu menginginkan lebih dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas sambil kedua pahaku tetap menghimpit kepala Pak Is dengan nafas yang terengah-engah. Perlahan Pak Is melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan merayap keatas tubuhku yang masih belum bisa membuka mataku.

“Apa kubilang.. nikmat kan?” Pak Is berbisik ditelingaku. “Mbak tahu kalau saya sudah jatuh body saat pertama melihat Mbak, jadi nikmati saja tanda cinta dari bagian tubuh saya” gumamnya lagi 

”Mmmmhhhhh....sssshhhhhh.....” aku masih meracau menikmati arus kenikmatan yang masih mengalir di jiwaku. Dengan lembut ia mencium keningku, hidungku, pipiku dan sambil menghembuskan nafasnya ia menyibak jilbab di kepalaku lalu mencium belakang telingaku, membuat gairah dalam tubuhku kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri.

“Bibir Mbak indah..” itu yang terdengar sebelum ia melumat kedua belah bibir sensualku, aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali rasanya. Perlahan aku mulai membalas dengan membuka bibirku membiarkan lidah Pak Is menyeruak masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan ciumannya lalu bergerak menelusuri leherku dan menggigit puting tetekku. “Tetek Mbak sungguh menggairahkan.. kencang sekali sayang..” Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di belahan dadaku. aku menggelinjang dan hasratku menjadi lebih berkobar, akhirnya kudekap tubuh yang menindih diatasku, Oohhh.. ternyata ia sudah telanjang bulat, kurasakan belahan pantatnya di kedua tanganku. Lama ia menelusuri dan meremas-remas tetekku lalu memilin-mulin puting tetekku dengan bibirnya.

“Aaaawwww.....sssshhhhhhhhh.....” desahku nikmat. Kemudian Pak Is bergerak berusaha membuka kakiku dan menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku. Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi selangkanganku, tapi kembali tangan Pak Is menarik kedua tangan ku dan membawanya ke atas kepalaku yang jilbabnya sudah mulai kedodoran. Langsung saja ia menyapu kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu dengan lidahnya, kembali tubuhku menghentak dan menggeliat merasakan sensasi kenikmatan sebagai akibat sapuan lidahnya yang basah itu. “Oookkkhhhhhh....hhhhh...” tubuhku bergetar, sesuatu yang keras berusaha menyeruak masuk lubang kenikmatanku, dan perlahan benda itu mulai tenggelam dalam selangkanganku. Aku mendongak, mataku terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang tiada taranya 

“Mmmmmhhhh....sssshhhhh...” dan diakhiri dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah seluruh kontol Pak Is kedalam liang memekku. Tubuhku terasa penuh seakan benda itu menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhirku. Tanganku mencengkram erat tubuh Pak Is dan menancapkan kuku-kukuku di pundaknya. Lalu Pak Is mulai menggerakan pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang memekku. 

“Okkhhhh.....Mbak....... nikmat sekali.. Kamu... kamu.... begitu rapat...” Pak Is terus mengocok memekku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa gundah dipikiranku takut jikalau Pak Is bermain kasar dengan tubuhku, terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan desahan dan lenguhan.

“Aakhhh..... Paakkk...Iiiss...ssshhhh.... Aduuh.... oohhhhh..akkhh....” lama Pak Is memacu birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Pak Is aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Pak Is.

“ Aaaaarrrrggghhhhhhh.....ooohhhh.....mmppphhhhh..... ssshhhh ....hhaahhh...haaahh.....hahhh....ssseerrrrr....sseeerr....”. Untuk beberapa saat Pak Is menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggang Pak Is. Tak berapa lama kemudian Pak Is mencabut kontolnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku. “Ohhhh....” ada sesuatu yang hilang rasanya dari tubuhku.

Perlahan ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan kontolnya ke pantatku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat sekallku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya kontol Pak Is melalui jalan belakang dan kembali menancap di memekku. Ia bergerak sambil kedua tangannya meremas kedua buah tetekku yang sudah menegang dari belakang dan menggenjotkan pantatnya dengan kuat menghantam liang memekku Gesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang memekku, tanganku mencengkeram erat seprei tempat tidurku yang acak-acakan.

“Oouugghhh.... Mbak....Nikmat sekali...... Oookkhhhhh....” Pak Is benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu Pak Is. 

Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Pak Is mesih saja berpacu diatas tubuhku. Tubuhku melengkung dan kepala berjilbabku terdongak ke belakang, semua sendi tubuhku menegang kencang saat beberapa cairan kenikmatanku meledak di dalam rahimku dan Pak Is dengan teratur masih menyodokkan kontolnya dengan teratur, “Hhaaahhhh....aaahhhhhhh....oouuucchhhh.....aakhh..aakkhh.... akkhh....ssseerrr...sseerrrrr....hhhhhhhh.....”. 

Sekarang posisi tubuhku duduk dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang, leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhku apalagi aku masih mengenakan jilbabku, semakin gerah rasanya. Seakan tak pernah puas terus saja ia mengulum dan menjilati kedua tetekku, digigitnya kedua puting tetekku dengan giginya bergantian. Kurasakan kontol Pak Is menghujam telak keliang memekku yang mendudukinya. Sodokan demi sodokan kontolnya yang semakin gencar kurasakan menggesek kulit memekku sebelah dalam. 

Erangan, desahan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku ingin terpuaskan dan lelaki pengajar agama ini mampu membuatku melayang. Lama posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Is semakin gencar menyodok memekku, gerakannya semakin cepat. Pak Is menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku. Ccrroottt....crrooottt....crrroott.... 

“Aaaahhhhh......aaakkkkhhhhh....Okkhhhhh.....Uuuggghhhhh....aakhh...aakkhh...” Pak Is mengerang panjang sambil menekan pantatnya kebawah dengan keras, kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa orgasme yang masih tersisa ditubuhku.

“Oouugghhhh...... ookkhhh....oohhh...ooohhh....hhhhhh.....” Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Pak Is roboh menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa kenikmatan itu dan akhirnya Pak Is mulai beringsut menjauh dari tubuhku. 

“Terima kasih Mbak Mae....” setengah sadar dan tidak kudengar Pak Is membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan kantuk yang menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang acak-acakan. 

Pagi hari aku baru terbangun dari tidurku, tubuhku serasa hancur dan lelah bukan kepalang. Kulihat keadaan diriku terasa sisa sperma yang mulai lengket membanjir di selangkanganku. kulihat banyak sekali cairan sperma Pak Is keluar meleleh dari dalam memekku bercampur dengan cairan rahimku dan membasahi seprei tempat tidur. Setengah merangkak aku menuju kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas keringat dan sperma, guyuran air membuat tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa capek itu masih terasa ditubuhku. Kulihat memekku memerah dan bekas cupangan nampak di kedua buah tetekku, lama aku berada di kamar mandi menunggu cairan sperma Pak Is keluar semua meninggalkan liang rahimku. Selesai mandi cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dan mengganti seprei serta sarung bantal guling dengan yang masih baru.. 

Aku masih termenung memikirkan kejadian tadi malam karena seorang pengajar agama pun mampu membuatku mendesah-desah kenikmatan dan ternyata akupun menikmati permainannya yang sangat nikmat. Aku bisa mencapai orgasme sampai empat kali, kuakui hebat sekali permainan Pak Is. 

Pada malam hari yang sama pintu rumahku diketuk seseorang. Kupikir temanku biasanya jam makan malam begini suka nebeng makan, aku buru-buru membukakan pintu. Betapa terkejutnya aku melihat Pak Is datang bersama dengan Uztad Mahmud. Mampus, pasti Pak Is tetap mengadu kepada Uztad Mahmud tentang kebiasaanku ngenyotin kontol-kontol lelaki, kurang ajar batinku.

“Selamat malam Mbak Mae….. aku membawa seseorang yang akan membuat Mbak merasakan sensasi yang luar biasa.” Pak Is menyeringai kepadaku sedangkan Uztad Mahmud senyum-senyum menyebalkan. 

“Bagaimana Mbak, bukankah sudah saya katakan untuk menikmati saja sensasi kenikmatan yang akan kami tawarkan daripada bengong sendirian di rumah. Tadi malam saya melihat Mbak begitu bernafsu dan sangat menikmatinya juga, bukan?.” Aku menjadi jengah mengingat kejadian tadi malam. Memang diakui akupun terhanyut dibuai permainan Pak Is. Aku hanya diam memejamkan mataku dan menarik nafas dalam-dalam sekedar menenangkan perasaanku yang tidak karuan. Aku betul-betul tidak menyangka, guru ngajiku, orang yang dihormati karena kesucian dan pengetahuannya tentang moral dan agama di kampung ini ternyata juga ingin menyetubuhi diriku dan mencicipi kekenyalan tetekku. Apalagi dia sudah sangat berumur membuatku kurang bernafsu untuk menggelomoh kontolnya. 

Tiba-tiba aku merasa jengah dan agak jijik kepada mereka berdua dan membuatku pikiranku kacau sehingga aku tubuhku agak terhuyung-huyung ke belakang. Tapi tiba-tiba tangan Pak Is sudah menangkapku dan memelukku dengan erat. 

“Hentikan…….. aku tidak mau melakukannya.” Aku berteriak dengan lemah tetapi Uztad Mahmud malah mengamatiku dengan penuh nafsu.

“Kamu benar-benar membuatku bernafsu, bagaimana mungkin aku membiarkan wanita yang sangat menggairahkan pergi?” . 

“Sebaiknya Mbak jangan banyak bertingkah, berteriak pun percuma…warga di sini sangat mempercayai kita berdua, lebih baik layani aku dan Uztad Mahmud. Ha… ha… ha…” Pak Is menyeringai. 

“Lepaskan aku… lepaskan aku…” aku berusaha meronta, tapi Pak Is mengangkat tubuhku dan membawaku ke kamar tidurku yang telah dia gunakan tadi malam. Dengan mudahnya dia melemparku ke atas ranjang. Aku sangat terkejut dengan perkembangan keadaan ini. Mereka akan memperkosa aku seperti ini. Tetapi apa yang aku bisa lakukan? Sekarang mereka semua berada di kamar tidurku. 

Uztad Mahmud mendekat dan merobek daster terusanku dan menarik paksa BH dan Celana Dalam yang ku kenakan kecuali jilbab yang yang ada di kepalaku sehingga tetekku yang sekal dan kencang terlihat jelas. Aku menyesal hanya mengenakan pakaian daster sehingga memudahkan mereka melampiaskan nafsunya. Dan aku kembali cemas dengan Uztad Mahmud yang ternyata kasar terhadap diriku. 

“Wow… payudara yang kencang, Mbak Mae sungguh mempunyai tubuh yang luar biasa.” Kata Uztad Mahmud. “Aku suka sekali payudara yang kencang dan putih mulus tanpa cacat.” Uztad melanjutkan.

“Kita beruntung mendapatkan wanita seperti ini…” Pak Is menyahut. Kemudian tangan Pak Is menggerayangi dan meremas-remas kedua buah tetekku yang sekal. Pak Is menghisap-hisap puting tetekku dengan penuh nafsu, dan Uztad Mahmud mulai menggerayangi perut dan pahaku. Tiba-tiba terasa tangannya yang kasar memasuki celah sempit di memekku. Kini aku mengerti mereka akan berusaha merangsangku. 

“Aampun….. jangan lakukan ini kepadaku, kalian berdua lebih berakhlak daripadaku “aku memohon belas kasihan mereka, tetapi mereka tidak menunjukkan sedikitpun rasa simpati, malah wajah mereka menunjukan kebuasan nafsu birahi. Mereka dengan cekatan telah melepaskan pakaian mereka masing-masing. Kontol Pak Is sudah kulihat dan kunikmati tadi malam, tetapi sekarang aku terkejut melihat Kontol Uztad Mahmud yang luar biasa, panjangnya sekitar 20 cm lebih dan kelihatan berurat-urat. 

Aku makin gemetar sekaligus merasakan aneh yang menjalar seakan-akan ingin merasakan sensasi kontol besar milik Uztad Mahmud. Wajahku terasa panas. Tangan ku telah ditangkap oleh Pak Is dan tetekku kembali dikenyot-kenyotnya dengan rakus. Uztad Mahmud memegang pinggangku dan menaruh kontolnya di lubang pantatku.

“Jangan… jangan disitu… tolong..” Aku menjerit-jerit kesakitan merasakan dorongan kontol Uztad Mahmud dari belakang. Walaupun doyan kontol lelaki tetapi aku belum pernah mencoba anal sex karena bagiku selain lebih jorok juga kelihatan menyakitkan, apalagi malam ini aku bakal disetubuhi oleh dua orang lelaki sekaligus. Aku pernah dientotin dua lelaki teman mainku dari kampus yang lain tetapi mereka sangat lembut dan tidak memaksa apalagi menginginkan anusku untuk memijat kontol mereka.... 

“Mbak jangan cemas……. akan sedikit menyakitkan ……..tetapi setelah itu kamu akan menikmatinya.” Uztad Mahmud berkata kepadaku dengan senyum sinis. “Bukankah tadi malam memekmu telah dipakai oleh Pak Is, maka aku ingin mencicipi lubang pantatmu yang kuyakin tidak pernah terpakai, masih perawan… ha.. ha… ha..” seringainya. 

Tak lama aku berteriak kesakitan tetapi secepat aku membuka mulut ku untuk mengaduh Pak Is memasukkan kontolnya di dalam mulutku dan aku menjadi gelagapan. “Oouummm....mmmpphhh..” 

Sementara itu Uztad Mahmud menaruh kontolnya pada lubang pantatku dan menarik pinggangku ke arahnya. Dia tetapi tidak bisa memasukkan kontolnyanya ke dalam lubang pantatku yang sakit. “Pak Is… apa kamu punya mentega di dapur sebab lubangnya sangat sempit” Uztad Mahmud bertanya 

“Wah beruntung sekali kau mendapatkan cewek perawan…..ambillah sendiri di dapur.” Pak Is malah tertawa. Uztad Mahmud lalu pergi menuju dapur. “Pak Is, tolong lepaskan aku…. Aku tidak sanggup lagi.” Aku memelas pada Pak Is. 

“Mbak…tenang saja dan nikmati. Bukankah Mbak sudah tahu dan mengalami sendiri tadi malam bahwa Mbak Mae benar-benar terpuaskan kan. Kami sudah sangat paham bagaimana memperlakukan wanita yang memiliki tubuh yang sangat indah dan nikmat. Dalam hidup kami jarang-jarang memiliki kesempatan mendapatkan wanita menggairahkan seperti kamu! Maka bagaimana mungkin kami akan tinggalkan?” Pak Is malah menjawab dengan senyum kemenangan. 

Kemudian kusadari tidak ada cara lain dan tak seorangpun dapat menyelamatkanku. Maka aku berfikir untuk menikmatinya saja seperti yang diucapkan Pak Is kepadaku. Aku sudah merasa kepalang basah, kenapa tidak dinikmati saja sekalian, toh akupun merasakan kenikmatan yang tiada tara dengan Pak Is tadi malam. 

Aku tidak peduli lagi dengan usia mereka, aku ingin merasakan sensasi yang belum pernah aku rasakan. Disetubuhi oleh dua orang guru mengajiku, dientotin oleh kontol-kontol yang masih dianggap mempunyai moral yang baik oleh warga kampung ini dan merasakan denyutan kontol panjang dan berurat dalam lubang pantatku. Ini semua membuatku birahiku semakin menggelora

Selasa, 30 Oktober 2012

Cerita Panas Jilbab Lebar - Skandal Dokter

Cerita Panas Jilbab Lebar - Skandal Dokter, Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri di kota S*******G. Umurku 35 tahun tapi aku belum nikah, jangan salah bukan karena aku tidak ganteng tapi pacarku sedang menyesaikan S3 nya di amrik, makanya nungguin dia selesai dulu. Tinggiku 180 cm karena hobiku juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada ngiler. Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga "ngobyek" dengan yang lain. Terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau anak kedokteran yang masih koass. Tentu yang aku pilih bukan sembarangan, harus lebih mudan dan cantik. Sebenernya sudah banyak yang mencoba menarik atiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau bisa aku manfaatin selama jauh dengan pacarku. Sudah banyak yang aku banyak yang aku perdaya tapi...ada satu orang yang membuatku sangat penasaran. Namanya Novi, umurnya sekitar 22 tahun, dia anak koas dari perguruan tinggi negeri dari kota yang sama. Kebetulan aku jadi residennya. Wajahnya cantik dan tatapannya teduh, dia juga berjilbab lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia. Tinggi semampai sekitar 165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan. Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia elalu menundukkan wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika aku ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya.


Nov...kita makan bareng yuk, aku yang traktir. ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok...saya dengan teman-teman saja. Ujarnya halus. Jangan panggil Dok...panggil saja kak. "baik Dok...eh...kak". "tapi terima kasih tawarannya
aku bareng teman saja...", "kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu" setengah berharap dia mau menerima. "terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho" sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu...humoris juga dia, "baiklah...mungkin lain kali"
kataku
"oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti aku bantu" aku masih berusaha mencari celah.
"Terima kasi pak ehh..kak...saya pamit"
sambil berlalu
AKu perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect...aku menggeleng.

Dia berbeda sekali dengan nita...anak koas 2 tahun lalu yang pernah aku perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Nita pun awalnya agak jual mahal...walau aku tau dari cara memandangnya dia suka aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang memeluk dan terus menarikku.
"Ngelamun nih..." dengan suara yang diparaukan
"Mhh...Rasya...kamu nih ganggu saja" sambil melepaskan pelukan dia.
"kamu sekarang jarang ke ruangku lagi" rengeknya
Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya. Memang aku sering ke ruangnya dulu...sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku tiduri...yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai melakukan senggama.
"Aku sibuk Rasy...banyak yang melahirkan juga jadi residen" ujarku sambil memegang pinggangnya
"tidak ada waktu untuk aku?...sebentar saja..." lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu
Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi...sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku. "Kok berhenti..." Rasya pasti sedang mulai terangsang. "Maaf Rasy...aku ga konsen banyak pekerjaan...". "Ya sudah..." ujarnay tersungut sambil mengancing kembali blousnya terus berlalu.

Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini. Tidak mungkin kan semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat memebrikan gunting aku sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya...tapi langsung dia tarik. Gagal lagi upayaku...tapi aku sudha senang dengan melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin "Terima kasih ya kak...jarang ada kesempatan begitu...". "Kamu mau aku bikin begitu..." sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat. "yee...ga lah, makanya cepet cari istri sana..." sambil tersenyum dan berlalu. Aku kaget...kok dia tau ya...

Sore itu langin mendung dan gelap sekali. Hujan mulai turun rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir. Aku melihat Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak terkena hujan. "kesempatan"...tin..tin..aku klakson dia. "Mau pulang? bareng aja yuk...kayaknya mau hujan besar nih" selalu saja aku cari kesempatan. "Terima kasih kak...aku naik angkot saja...sudah biasa kok" katanya. hujanpun makin deras
"bener lho...ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos"
"Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah"
mhh...gilaa...ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.

Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Novi.
"Novi tidak masuk hari ini dok" sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi
"Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi" kataku
"Tidak tau dok...saya tidak dapat kabarnya" sahutnya sambil melihatku dengan sopan.
AKu lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Novi, walau tidak secantik Novi, Rinda bisa juga dikatakan high quality. Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi, kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun. Aku pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama menjaga pergaulan.
"Ya sudah kamu saja ya...bantu saya persalinan..."
dia tersenyum senang "Terima kasih dok..."

Keesokan harinya aku masih belum menemukan Novi. akhirnya aku di bantu Rinda lagi "Kamu tau nomor telepon atau kos Novi Rin.."
"Tidak dok...kita beda kos...kenapa gitu?"
"mhh..atau dokter...hihihi...suka sama dia ya" sahutnya sambil tersenyum
"tidak...cuma dia itu cekatan dan pintar...makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia...lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini"
"Iya dok...banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau...dia mau selesaikan dulu kuliahnya...dia itu baik dan cantik lagi" sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan
"Kamu juga cantik..." aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.
Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.

Hari keempat baru kulihat Novi datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Novi selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Novi tersenyum walau getir.

Saat istirahat ku coba dekati. "Kamu sakit Nov?"
"Nggak kak" lemah sekali bicaranya
"Kenapa kamu murung, ada masalah?"
"ah nggak kok" Novi mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya. "Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak" sambil berlalu meninggalkanku.
"Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya"
"iya kak, terima kasih"

Esokan hari-nya hari jum'at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk, "Silahkan masuk".
"Maaf, apa saya mengganggu kakak..." aku lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.
"Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas" ujarku santai. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Kakak besok ada acara?"
AKu tersentak, tumben sekali dia bicara ini. "Tidak...tidak...ada apa? besok aku bebas kok" Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan dengan aman.
"Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang"
"Oh...tentu, jam berapa?"
"AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu" Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.
"Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan" sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan...tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.
Novi pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik, "aku harus memilikinya". Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama kali berdua dengan dia.

Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan jilbab putih, kemej biru dan rok panjang biru donker.

"Kenapa pindah nduk...padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu"
kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.
"iya bu...aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan"
"Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin" seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga menimpali.
Novi tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu "kamu boleh kok main ke sana". "Bu, kenalkan ini dokter Budi, yang bantuin saya pindahan" sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.
"Oala aku kira bojo mu nduk...gantenge..." ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu
"ah ibu bisa aja..." Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.
Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.

Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. AKu menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Novi masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.

Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tagang.
Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga Novi yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi.
"Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan" tawarnya
"Baik lah, pasti masakannya enak sekali" timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia
Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama. "Akhirnya selesai juga ya Nov, capek juga ya
" sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, "Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?"
aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang "boleh"
Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum. "oh god...sweet" ujarku dalam hati. "Mangganya manis...apalagi sambil lihat kamu" aku memancing. Novi hanya tersenyum, "mau lagi?" tawarnya, akupun mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku. Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat...dekat dan dekat...sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut...dia tidak membalas juga tidak menolak. Kembai aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya bergantian. Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya. "mhh...ummm....aummmmm..." bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra. "Mhh...payudara yang snagat indah" tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu. "ehhhmmm...mhhmhh...mmhhhhh" Novi kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekiatr 2 menit meremas remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang. Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras. "mhhh...ummmmm,....aahhh,...mmhh.....mmmm....mmmmphh...." mulutny atreus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat.

AKu tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. "mhuachh...aahhh" wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya "aahhh....eengg...ehhhh...aahhh....aaahhh...." mulutnya tak berhenti meracau. Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra. Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Novi, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar akananya yang saat ini sudha tidak berpenutup lagi. "aaahhhh...kaaakk....ahhh.....mhhh...kak.....aduuhh.....mhh....." Novi tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut, setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya. "ahhh...kaaaakkk....kakaaa....kk...ahh...", nafas Novi semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.

Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang. Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. "Jangan di sini ya sayang...kita masuk saja ke dalam..." ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, "eenngg...ahhh..." aku tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Novi membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya. "kaakk...ahh...", aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. AKu tidak mempedulukan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Novi, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan itu, terus mencari dan mencari...lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke vaginanya. "aahhhhh...uuhhh....mhh....phhh...ahhh...akakak...aahh..kakak...aduuhh...aaahhh...ahhh..." kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Novi. secara bergantian lidahku merangsang lubang vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Novi. "aaahhh....aaaaa...uuuu...enhhhh...eeemmm...ahh...aaaa...." Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi vaginanya.

sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. AKu sangat kaget ketika tangannya menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana dalamku. Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya. "Kulum sayang...ciumi sayang...ayo..." lalu dia buka bibirny
a sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. "cuup..mppuhmm..uhhmm..." bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. AKu lihat dia masih kaku dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa. "mhhh...aauuuummm...uummhh"
akhirnya mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya. "shh...ahh...terus Vi...keluar masukin..." Novipun mengikuti perintahku dia memaju mundurkan kepalanya. "aahh...sayang...terus"..."mhh..uhmmhh..cuuupp..muuh" Novi terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti, "Kak...Novi ngga tahan..." diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya. AKu regangkan kedua kakinya. Novi tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi menampik tanganku "ngga usah pake itu kak...aku ingin jadi milik kakak seutuhnya" aku tersentak dengan ucapannya "Kamu yakin Nov?" Novi mengangguk.

Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya "Tahan ya Vi...agak sakit..." Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Novi, hingga Novi merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah sangat basah itu.

Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Novi. "Tahan kaak...sakii..t" dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya. Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit. Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Novi. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Novi terdengar jeritan halus tertahan, "Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh...sakii...t..kaak..", disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Novi mencengkeram dengan kuat pinggangku.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Novi berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha bernafas dan …:" "kaa..kk..., aahh..., ooohh..., ssshh", sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Novi sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Novi, maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Novi menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudia aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya, branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kanag menggigit kedua payudara Novi secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, "Ooooh..., ooooooh..., aahhmm..., ssstthh!". Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan..., akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Novi terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya. Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme.

Selama proses orgasme yang dialami Novi ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Novi dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Novi yang telah lemas itu hingga sekarang Novi setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Novi dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Novi dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Novi, novi melengguh agak kencang.."aahhgg...." ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa, "Oooooooh...aahh...shhh...ahh....!", penisku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Novi yang ketat itu. "Ahh...ahhh...aahh...kak..a.duuu..hh...mhh...teruss..." mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan. Tubuhny amaju mundur terdorong desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepanaya di kasur. "shhh...ahh..kakk...aahh..aduuhh...kak...." semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. AKupun mempercepat doronganku. "terus..kak...ahh...jangan berhenti...ahh...kak,..." Novi meracau semakin tidak karuan. dan....diapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang "aaaaaaa..........hhhhhh...." dia klimaks untuk kedua kalinya. AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya pun harus sekali baunya.

Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Novi. Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Novi melekat pada badanku. Kepala Novi tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Novi yang agak basah terbuka itu.

Dengan sisa tenaganya Novi mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Karena stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Novis emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi agar terus bergooyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya. "shh...ah...sshhh...ahhh.." Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Novi merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus..., terus..., Novi tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi, "Aaduuuh..., eeeehm..ahh...kaa..kk...aahhh...", Novi memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Novi di atas meja dengan pantat Novi terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Novi yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Novi yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Novi benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, "Agh..., terus", dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Novi. Dengan suatu lenguhan panjang, "Sssh..., ooooh!", sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Novi. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.

Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis. AKu faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi. "Kak..." dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati pertempuran yang baru saja selesai. "Ya sayang..." sambil ku peluk dia.
"Kakak mau tanggung jawab kan?"

"Kakak mau menikahi Novi kan?" parau suaranya terdengar
Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.
"i..iya..Nov...kakak akan tanggung jawab...kakak akan menikahi kamu" sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar pagi tak segera hadir.

Senin, 29 Oktober 2012

Cerita Ngentot Ibu Jilbab - Mbak Lestari

Cerita Ngentot Ibu Jilbab - Mbak Lestari, Sebetulnya aku bukanlah seorang pemerkosa. Aku juga bukan lelaki hipersex yang hobi jajan di lokalisasi. Aku seorang lelaki beristri. Tetapi, kejadian spontan telah membuatku menjadi orang yang terobsesi pada sex dengan kekerasan. Ya, tepatnya, aku kini jadi pemerkosa. Spesialisasiku, memperkosa perempuan berjilbab !

Siang itu, aku berhenti di depan sebuah warung kecil. Mau beli Djarum Super. Baru sekali ini aku ke warung ini. Seperti aku bilang tadi, aku mau beli Djarum Super. Rokok biasanya dipajang di bagian depan warung. Saat itulah kulihat seorang perempuan tengah nungging membelakangiku. Kelihatannya ia sedang menata barang dagangan.

Kalian pasti membayangkan aku melihat paha yang tersingkap di balik rok. Jangan keliru dulu. Yang kulihat justru perempuan dengan busana serba tertutup. Ia pakai gamis panjang sampai mata kaki. Tetapi justru itu menariknya. Perempuan ini memakai gamis dari bahan halus berwarna biru muda. Kelihatan juga ia berjilbab biru tua. Jilbabnya panjang. Ujungnya sampai ke pinggulnya. Pada posisi menungging gitu, bagian muka jilbabnya jatuh sampai ke lantai. Dari celah jilbab di bawah lengannya terlihat tonjolan teteknya lumayan gede juga.
Yang pertama menarik perhatianku justru bokongnya. Dari belakang terlihat bundar. Di bundaran itulah terlihat cetakan garis celana dalamnya. Entah mengapa aku jadi tertarik mengamati terus gerakan bokong perempuan itu. Sekitar lima menitan aku pandangi bokong itu. Yang terlihat di mataku kini bercampur dengan imajinasi bokong telanjang. Tambah parah lagi karena sekali perempuan itu menggaruk pantatnya tanpa sadar ada yang mengawasi. Tanganku rasanya gatal, ingin mengelus dan meremas pantat bundar itu. Akhirnya, perempuan itu menyadari kehadiranku. Ia menoleh ke belakang dan terkejut.
“Eh… mau beli apa pak ?” katanya di tengah keterkejutannya.
Aku lebih terkejut lagi. Ternyata, perempuan ini sangat cantik. Usianya memang tak muda lagi. Mungkin sudah sekitar tiga puluh tahunan. Tapi wajahnya itu lho yang bikin aku nggak bosan memandangnya. Putih, amat putih malah, bersih dan lembut…..Aku berlagak mencari-cari barang sambil terus menerus mencuri kesempatan memandang wajahnya. Sesekali kuajak ngobrol dia. Suaranya juga lembut, selembut wajahnya. Pikiranku mulai ngeres. Membayangkan rintihannya ketika memeknya ditembus kontolku.
 
Dari ngobrol itulah kutahu bahwa dia seorang ibu dengan tiga anak. Yang paling besar baru kelas 5 SD. Kaget juga aku waktu tahu dia sudah punya 3 anak. Menurutku, dia bahkan pantas jadi mahasiswi semester I. Suaminya kerja dan baru pulang sore. Anak-anaknya sedang sekolah.
“Jadi sendirian nih, Mbak ?” komentarku, keceplosan saking excitednya.
“Iya, Pak. Sebentar lagi anak-anak juga pulang,” jawabnya tanpa curiga.
Aku masih asyik dengan bayangan tubuh telanjangnya ketika ide jahat melintas begitu saja. Itu terjadi ketika kulihat sebilah pisau dagangan yang dipajang. Cepat sekali itu terjadi. Aku asal saja mengambil barang-barang dan kutaruh di meja kasir di hadapannya.
“Aduh, Mbak… saya kok kebelet pipis. Bisa numpang ke belakang nggak ?” kataku, mulai menjalankan rencana jahatku.
“Eh… gimana ya….?” katanya ragu. Aku tahu ia ragu, karena ia sendirian di rumah.
“Gimana nih…. udah nggak tahan, Mbak,” kataku sambil demonstratif meremas selangkanganku di hadapannya.
Kulihat wajahnya memerah.
“Eh…. tapi tunggu sebentar ya… kamar mandinya berantakan. Saya rapikan sebentar,” sahutnya sambil bergegas ke dalam.
Aku langsung menutup pintu warung dan menguncinya. Lalu, kuambil pisau dan menyusul perempuan tadi. Sekilas kulihat ia keluar dari kamar mandi dan menaruh BH ke mesin cuci.
“Gimana ? Dah nggak tahan nih,” kataku lagi sambil meremas selangkanganku dan melangkah ke arahnya.
Ibu muda itu kelihatan jengah karena melihatku ada di dalam rumah. “Eh… sudah, silakan,” katanya dengan wajah menunduk.
Karena menunduk itu, ia kaget betul waktu aku berhenti di depannya. Ia mengangkat wajahnya dan seketika terlihat pucat waktu kuacungkan pisau ke arah perutnya.
“Angkat tangan dan jangan melawan !” kataku setengah berbisik.
Ia tampak ketakutan betul. Tangannya segera terangkat. Kusuruh ia berbalik menghadap tembok. Kedua tangannya kemudian kuturunkan dan kuikat dengan BH yang kuambil dari mesin cuci. Lalu, kuputar tubuhnya hingga menghadapku.
“Jangan… tolong, jangan apa-apakan saya…” katanya dengan suara gemetar.
“Jangan takut, saya cuma mau senang-senang sedikit,” kataku sambil menjulurkan tangan ke dada kanannya yang tertutup jilbab lebar.
Ibu muda ini memekik kecil. Wow… teteknya terasa kenyal dan mantap.
“Kamu nggak pake BH ya ?” kataku sambil mencubit putingnya dari luar jilbab. Ia terus menggeliat-geliat.
“Siapa namamu ?” kataku sambil memencet putingnya agak keras.
“Aduh…. aduh… Lestari… aduh, jangan keras-keras….” ia merintih-rintih.
Kulepaskan jepitanku pada putingnya. Tetapi kini tanganku mulai merayap ke perutnya yang ramping. Terus turun ke pusarnya dan akhirnya berhenti di selangkangannya. Kuremas-remas gundukan memeknya.
“Ohhh… jangan… jangan….” Lestari menggeliat-geliat.
“Jangan takut Mbak… saya cuma mau main-main sebentar…” kataku lalu berlutut di hadapannya.
Tanganku kemudian masuk ke balik gamisnya. Menyusuri kulit tungkainya yang mulus. Lalu perlahan kutarik turun celana dalamnya. Perempuan itu mulai terisak. Apalagi, kini kupaksa kedua kakinya merenggang. Kuangkat bagian bawah gamisnya sampai ke pinggang. Wow… indah sekali. Memeknya mulus tanpa rambut. Gemuk dan celahnya terlihat rapat. Tak sabar kuciumi memek cantik itu…
Lestari terisak, memohon-mohon agar aku melepaskannya. Ia pun menggeliat-geliat menghindar. Tetapi, mulutku sudah begitu lekat dengan pangkal pahanya. Kujilati sekujur permukaan memeknya sampai basah kuyup. Lidahkupun berusaha menerobos di antara celah memeknya. Agak sulit pada posisi seperti itu. Maka, kugandeng Lestari ke kamarnya. Setengah kubanting tubuhnya ke atas ranjangnya sendiri. Ibu muda itu menjerit-jerit kecil ketika dengan kasar kucabik-cabik gamisnya dengan pisau. Sampai akhirnya, tak ada sehelai kainpun kecuali jilbabnya.
Kupandangi tubuh yang putih mulus itu. Kedua kakinya menjuntai ke tepi ranjang. Teteknya berguncang-guncang ketika ia menangis. Dengan penuh nafsu kucengkeram kedua teteknya dengan kedua tanganku, lalu kuciumi kedua putingnya. Sesekali kugigit-gigit benda mungil itu.
“Jangan berteriak keras-keras ya. Cukup mendesah-desah saja. Kalau Mbak Lestari berteriak terlalu keras, aku bisa marah dan kupotong puting Mbak ini,” kataku sambil menjepit puting kanannya, menariknya ke atas dan menempelkan mata pisau ke sisinya. Lestari tampak ketakutan dan menggigigit bibirnya.
Aku kemudian melorot turun. Wajahku tepat di hadapan selangkangannya. Kuangkat paha perempuan itu hingga terentang lebar, lalu kudorong ke arah tubuhnya. Kini tubuhnya melengkung dan pangkal pahanya terangkat ke arah wajahku. Perlahan, lidahku menjilat alur lubang memeknya dari bawah ke atas.
“Eungghhhhh….” terdengar Lestari mengerang.
Tak sabar, aku menguakkan bibir memeknya dengan jemariku. Lebar-lebar sampai terlihat bagian dalam lubang memeknya yang pink dan lembab. Jantungku berdegup kencang. Baru kali ini aku melihat dari dekat bagian dalam lubang memek selain milik istriku. Lebih berdebar lagi, karena memek yang satu ini milik seorang perempuan alim berjilbab lebar !Antara degup jantung dan dorongan gairah itu, kujulurkan lidahku sejauh-jauhnya ke lorong itu. Soal rasa tidak penting kuceritakan. Tetapi, sensasinya itu yang luar biasa. Tubuh Lestari bergetar hebat diiringi erangan dari mulutnya. Hampir tak henti-henti ia meratap-ratap diiringi isaknya.
“Jangan… jangan…. ouhhhh…. jangan…. “
Ratapannya makin menjadi-jadi saat lidahku menyerang klitorisnya dengan sapuan yang intens. Istriku bisa menjerit-jerit histeris jika itu kulakukan pada klitorisnya. Kulirik Lestari memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Kepalanya menggeleng-geleng. Kutusukkan dua jariku dan mengaduk-aduk memeknya. Akibatnya lebih hebat lagi. Lestari merintih-rintih dengan suara yang mirip seperti suara istriku menjelang orgasme. Memeknya terasa amat basah. Kugerakkan jariku makin cepat. Lalu, kusedot-sedot klitorisnya. Tiba-tiba, Lestari mengerang panjang dan kedua pahanya mengatup hingga menjepit kepalaku. Tubuhnya mengejang-ngejang. Saat itulah kugigit bibir memeknya dengan gemas. Terdengar Lestari memekik kesakitan. Dari gelinjang kenikmatan, ia kini meronta-ronta kesakitan, berusaha menjauhkan pangkal pahanya dari gigitanku.
“Sakit….sakit, aduh… sakit… lepaskan….” rintihnya memelas.
Aku lepaskan gigitanku lalu kedua lututku menekan pahanya hingga mengangkang. Terlihat bekas gigitanku di memeknya. Tetapi bibir memeknya memang terlihat mengkilap oleh cairan memeknya sendiri.
“Kamu suka ya diperkosa ?” kataku sambil kali ini menusukkan tiga jari ke memeknya yang basah.
Orgasme Lestari tadi rupanya tertunda. Buktinya, ketika tiga jariku menusuk memeknya, otot-ototnya langsung bereaksi seperti meremas ketiga jariku. Ibu muda itu pun mengerang dan merintih….
“Ouuhhhh… jangannnhhh…aihhhh….oummmmhhhh…” desahannya makin menjadi ketika bibirku menangkap puting kanannya dan menghisapnya kuat-kuat.
Aku tahu perempuan ini orgasme saat mendengar rintihannya. Sangat mirip rintihan istriku ketika orgasme. Otot-otot memeknya juga mencengkeram tiga jariku sementara pinggulnya bergerak tak terkontrol. Kupandangi wajah sayu Lestari dengan penuh nafsu. Dia menggigit bibirnya sendiri. Matanya terpejam. Tiga jariku masih menusuk memeknya yang terlihat amat becek. Tubuh telanjang ibu muda berjilbab ini terlihat bergetar menahan sisa-sisa orgasmenya. Sampai akhirnya, Lestari benar-benar terkapar lunglai. Kedua tangannya masih terikat di belakang punggung, mengganjal pantatnya sehingga bagian pinggulnya mendongak ke atas. Tubuhnya bermandi peluh. Kedua pahanya mengangkang lebar. Kutarik keluar tiga jariku, kunikmati pemandangan lubang memeknya yang membentuk huruf O dan perlahan mengatup kembali.

“Ok… sekarang giliranku,” kataku sambil menempatkan diri di tengah pahanya yang mengangkang.
Lestari cuma bisa menggeleng lemah saat kepala kontolku mulai menyusup di celah memeknya. Kupaksa ia mengulum tiga jariku yang berlumur lendir dari memeknya sendiri.
“Kamu belum pernah menjilat memekmu sendiri kan ?” kataku.

Lestari terisak-isak sambil mengulum tiga jariku yang berlumur lendir kemaluannya sendiri. Terlihat keningnya berkerut. Kepala kontolku sudah terjepit di mulut lubang memeknya yang terasa sangat basah. Aku ingin memberinya sedikit kejutan. Tanpa peringatan sama sekali, langsung kuhentakkan kontolku jauh sampai ke dasar memeknya. Kontolku terasa menerobos lorong sempit yang berlendir. Suara benturan biji pelirku dengan pangkal pahanya terdengar cukup keras. Reaksi Lestari juga luar biasa. Kedua matanya tiba-tiba membelalak. Kalau saja mulutnya tidak sedang mengulum jariku, mungkin dari mulutnya akan terdengar jeritan. Tetapi kini yang terdengar hanya gumaman tak jelas. Bahkan, jariku terasa agak sakit karena digigit ibu muda ini. Tetapi yang jelas, kontolku kini terasa seperti diremas-remas oleh otot-otot memek perempuan berjilbab lebar ini. Luar biasa…

Minggu, 28 Oktober 2012

Cerita Ngentot Akhwat Kampus Berjilbab - Rahma

Cerita Ngentot Akhwat Kampus Berjilbab - Rahma, Rahma kembali ke tempat kos-kosan nya yang agak jauh dari kampus UNS tempat dia kuliah. Kejadian di KRL Jakarta – Bogor yang lalu membuat Rahma trauma, tapi dia juga memdapatkan pengalaman erotik yang mengesankan yang dia tidak dapat lupakan. Rahma sengaja kembali lebih cepat ke Solo, sebelum kuliah mulai sebab dia harus mengurus KTP dan kartu mahasiswanya yang hilang dicopet di KRL ketika dia ke Bogor bersama Nabila.

Rahma baru saja masuk ke tempat kosnya ketika terdengar pintu diketuk dari luar. Ketika Rahma membuka pintu, seorang lelaki berusia 30 an berdiri di luar. Rahma merasa dia pernah kenal lelaki itu. ”Assalamu alaikum, mbak Rahma ya?,” sapa lelaki asing itu. ”Ya benar, bapak siapa ya?,” Rahma balik bertanya. ”Kenalkan, saya Farid Ismanto,” lelaki itu memperkenalkan diri.
”Ada perlu dengan saya?,” tanya Rahma lagi. ”Ya,” katanya Frid. ”Apa mbak merasa kehilangan KTP dan kartu mahasiswa dan juga HP?. Tanya Farid lagi. Rahma tentu ingat tentang pelecehan terhadap dirinya dan juga peristiwa kecopetan itu.
Memang pelaku pelecehan dan pencopetan itu Farid juga orangnya. Dia berada di belakang Rahma pada waktu itu dan menggesek-gesekkan kontolnya di memek Rahma. Sesudah melakukan pelecehan, dia mencopet dompet dan HP Rahma. Jadi dia bisa tahu di mana alamat kos Rahma dan sekarang datang ke tempat kos akhwat asal Ngawi ini.
”Ya, mbak, saya tinggal di Solo ini juga. Dekat Ngruki,” Farid memperkenalkan diri lebih lanjut. “Oh masuk dulu pak, eh mas….” Kata Rahma dengan ramah. Rahma gembira karena KTP dan kartu mahasiswanya sudah kembali. Padahal Farid ingin menggarap Rahma lebih dalam lagi. Farid tidak puas hanya sekedar melecehakan di KRL itu. Dia ingin menikmati tubuh akhwat cantik yang padat, montok dan sintal itu. Dan yang jelas Rahma pasti masih perawan. Farid sendiri sudah punya istri dan tiga anak. Istri Farid adalah aktivis partai juga, sedang Farid sendiri bukan aktivis, Cuma simpatisan saja. Dia sering terdorong untuk menikmati akhwat-akhwat cantik yang setiap hari dia temui ketika bertamu ke istrinya. Beruntung Farid mendapat durian runtuh seperti Rahma, akhwat yang mirip wajahnya dengan Ratih Sanggarwati ini.
Sesudah dipersilakan masuk, Farid duduk di kursi tamu kos-kosan itu. ”Saya buatkan minum dulu ya mas,” kata Rahma. ”Terserah,” kata Farid. Rahma lalu masuk ke ruangan dalam. Faris memperhatikan langkah Rahma yang membuat dia bergairah itu. Akhwat cantik ini memakai jubah dan jilabab putih panjang. Walaupun tertutup jubah dan jilbab panjangnya, namun bentuk tubuh Rahma yang padat dan montok itu tidak dapat disembunyikan.
Farid mendadak menyeringai melihat Rahma dan diam-diam dia mengikuti Rahma ke ruangan dalam lalu menghampiri Rahma dari belakang lantas kedua tangan Farid ini memeluk Rahma dari belakang.
"Lagi ngapain mbak?" tegurnya di dekat telinga Rahma yang masih tertutup jilbab.
‘Aww!!"pekik Rahma kaget dengan tubuh terlonjak kaget. Secara refleks akhwat Partai ini menghentikan aktivitas masturbasinya dan segera membenahi jubahnya yang tersingkap lebar hingga ke pinggang. Rupanya Rahma melihat di HP nya yang dikembalikan Farid ada dirinya ketika terangsang di KRL. Sehingga dia masturbasi di ruang dalam itu. Wajah cantik akhwat Partai ini merah padam dan beberapa saat dia hanya terpaku oleh rasa kaget luar biasa dipeluk oleh Farid dari belakang.
"Nggak papa kok mbak....aku nggak akan lapor sama yang lain atau mbak Nabila kok....aku paham kok..aku juga suka dengan gambar-gambar yang mbak punya ini...aku sudah copy di komputerku di rumah jadi tinggal saya sebar saja kalau mbak mau.....ayo terusin lagi"desis Farid di dekat telinganya yang membuat Rahma merinding.
 
Rahma masih terdiam ketika tanpa diduganya tangan Farid yang memeluknya tiba-tiba meremas kedua buah dadanya membuat Rahma terkejut luar biasa..
" Mbak Rahma terangsang yah....buah dada mbak masih kenceng gini"
"Eh...Mas Farid...apa-apaan ini?!"protes Rahma pelan sambil berusaha menepis tangan Farid.
"Jangan protes mbak...aku tahu mbak Rahma terangasang berat waktu di KRL itu....aku janji nggak akan meninggalkan mbak Rahma...tenang aja nasib mbak Rahma nanti akan jadi istri kedua saya kok"
Rahma terdiam dan dirinya merasa aneh dengan tingkah Farid yang tidak diduganya ini. Akhwat Partai ini merasa merinding ketika tangan Farid yang memeluknya kembali meremas-remas buah dadanya dan Rahma mulai merasakan nafas Farid tersengal memburu mengenai jilbabnya seperti tengah dilanda birahi.
"Mbak Rahma masih birahi kan.?....ayolah nikmati saja" desis Farid dengan suara gemetar sementara kedua tangannya terus meremas-remas buah dada montok dan kencang di dada Rahma yang masih tertutup jilbab putih yang lebar.
"Mas Farid jangan!"desis Rahma dengan tegang ketika tangan Farid kini menyusup ke balik jilbab putih lebar yang dipakainya.
"Sudahlah mbak...adegan punya mbak Rahma di KRL itu masih di tanganku...aku janji nggak akan cerita ke siapa-siapa!"desis Farid dalam.
Rahma yang tidak mau kejadian di KRL disebarkan ditambah dengan gelegak birahi yang masih menguasainya, akhirnya pasrah ketika tangan Farid membuka kancing jubahnya di balik jilbab lebar yang dipakainya. Beberapa saat kemudian tangan Farid segera menyusup meremas buah dada milik Rahma yang montok dan kencang tersebut membuat Rahma merasa sebuah sensasi yang aneh dan membuatnya bingung.
"Mmm..montok dan kenyal...aku sudah lama merindukan bisa beginian dengan mbak Rahma. Mbak Rahma cantik, mirip Ratih Sanggarwati, sintal selama ini selalu membuatku bergairah"
Mata Rahma membelalak lebar mendengar ucapan Farid, akhwat aktivis Partai ini tidak menyangka bahwa pria berperawakan atletis ini menyukai banyak wanita. Padahal Farid ini sudah punya istri dan tiga anak. Belum hilang keterkejutannya Rahma merasakan tangan Faris kemudian tidak hanya sekedar meremas-remas buah dada miliknya, namun juga memilin puting susu yang tegang tersebut membuat tubuh akhwat Partai yang cantik ini menggeliat dan desahnya tak mampu ditahannya meloncat dari mulutnya.
"Ahhhh…Farid..jangaaan!"desah Rahma spontan.
Seumur hidupnya baru pertamakali ini puting susunya dipilin sedemikian rupa yang sangat membangkitkan nafsu birahinya. Namun di satu sisi dia merasa merinding karena yang memilin puting susunya dengan lihainya adalah seorang simpatisan partainya sendiri.
"Kita ke kamar aja mbak.."bisik GFarid begitu mesra kepada Rahma..
Entah kenapa Rahma terlihat pasrah ketika Farid menariknya ke dalam kamar kos-kosan itu.. Fasilitas dalam kamar tersebut sangat sederhana, sekedar sebuah pembaringan lengkap dengan bantal guling serta satu set meja dan kursi.
Dalam kamar tersebut, Farid tidak serta merta merebahkan Rahma di pembaringan namun akhwat Partai yang cantik mirip Ratih Sanggarwati itu disandarkan di dinding kamar. Tubuh Farid memang lebih tinggi dan lebih besar di bandingkan tubuh Rahma sehingga Farid terpaksa menundukkan wajahnya memandang wajah cantik yang berbalut jilbab putih yang lebar yang kini tengah dipeluknya.
"Mbak Rahma cantik....aku udah lama nungguin yang kayak gini...mbak begitu cantik, tubuh mbak sintal.."ungkap Farids sembari membelai wajah Rahmas sementara akhwat Partai yang cantik ini hanya membelalakkan kedua matanya menatap Farid dengan tatapan yang sulit dimengerti. Deru nafas Farid yang memburu terasa hangat menampar-nampar wajahnya.
Farid kian mendekatkan wajahnya ke wajah Rajma hingga bibirnya menyentuh bibir akhwat Partai yang cantik ini membuat tubuh Rahma kejang. Rahma sempat melengos ketika bibir Farid hendak melumat bibirnya, namun dengan cepat Farid memburunya sehingga sesaat kemudian bibir Rahma yang ranum tersebut dapat dilumatnya dengan penuh nafsu. Tubuh Rahma semakin kejang dan sesaat kemudian akhwat Partai ini menggelinjang ketika lidah Farid menyapu dan membelit lidahnya dengan lihainya. Seumur hidupnya baru kali ini bibirnya dilumat dengan bernafsu oleh pria.
Farid tidak memperdulikan keadaan Rahma karena dia mengetahui kalau akhwat Partai yang cantik ini masih dalam keadaan birahi, ketika tangannya yang kembali menyusup ke balik jilbab menemukan buah dada montok Rahma masih mengeras kencang. Bahkan ketika tangannya menyentuh putting susu akhwat Partai yang cantik ini, Farid masih merasakan puting susu tersebut terasa masih kencang sehingga membuat Farid dengan gemas memilinnya. Tubuh Rahma menggelinjang ketika kembali puting susunya dipilin-pilin Farid sementara bibirnya terus melumat bibir akhwat Partai berwajah cantik ini dengan penuh birahi.
Tanpa melepaskan pagutannya serta dengan tangan masih bermain-main di dada Rahma, Tarid mendorong akhwat Partai yang cantik ini ke arah pembaringan dan merebahkannya di atas pembaringan tersebut. Rahma terengah-engah antara rasa nikmat dan kebingungan yang mencekamnya, sementara tatapan matanya nanar menatap Farid yang berdiri di sisi pembaringan.
"Ayo mbak..kita bermain-main. Aku dah lama pengen ginian sama mbak"ujar Farid sambil duduk di pembaringan.
Kedua tangan Farid terulur ke tubuh Rahma lantas menyusup masuk ke balik jubah panjang yang dipakai akhwat Partai berparas cantik ini. Rahma tersentak dan secara refleks tangannya mencegah tangan Farid namun pria ini hanya tersenyum penuh arti kepadanya. Tatapan dan senyuman Farid itu membuat Rahma memahami bahawa pria ini mempunyai kartu turf yang akan menghancurkan kariernya di Partai. Akhirnya Rahma membiarkan tangan Farid menggerayangi tubuhnya di balik jubah panjang yang dipakainya.
"Tenang mbak.....mbak tidak akan ternodai...keperawanan mbak Rahma tetap akan utuh," bisik Farid pura-pura baik ketika tangan pria ini telah sampai di selangkangan Rahma.
".Farid...."desis Rahma tegang ketika dia merasakan jemari Farid menyusup ke balik celana dalam yang dipakainya.Lantas jemari pria asal Ngruki Solo ini menyusuri belahan bibir kemaluan Rahma ke atas dan ketika telah menyentuh kelentit Rahma, jemari Farid seketika memilin bagian tubuh Rahma yang paling sensitif tersebut.
"Ahhhh...."desah Rahma menggelinjang ketika jemari farid memilin dan merangsang kelentitnya dengan luar biasa. Farid tersenyum melihat reaksi Rahma dan reaksi tersebut membuatnya semakin bernafsu merangsang akhwat Partai yang cantik ini.
Farid melepaskan kaus kaki krem yang membungkus kedua kaki Rahma dan diletakkannya di bawah pembaringan. Satu tangan Farid masih mempermainkan kelentit Rahma sementara tangan lainnya mengelus-elus kaki akhwat Partai yang putih mulus itu. Bahkan kemudian Farid membungkuk dan menciumi kaki rahma dari jemarinya yang halus kemerahan terus merayap ke atas sembari menyingkap jubah panjang yang dipakai Rahma.
Rahma menggelinjang dan mendesah di tengah keterombang-ambingannya antara rasa nikmat oleh rangsangan Farid dan nalurinya yang menolak dicabuli oleh pria beristri ini. Farid yang mempunyai kartu truf tentang kejelekan Rahma membuat Rahma tak kuasa melawan keinginan Farid sehingga rasa birahilah yang akhirnya dominan terhadap diri akhwat Partai yang cantik ini walaupun dia menyadari yang merangsangnya adalah seorang pria yang sudah beristri.
Farid pun lalu membuka celananya hingga akhirnya telanjang bulat. Kemaluannya yang berukuran besar telah berdiri tegak mengacung siap menelan mangsa. Gesekan kepala jamur milik laki – laki itu pada memek Rahma menimbulkan sesuatu yang tak pernah dia rasakan, kenikmatan, geli, panas, malu berkumpul menjadi satu, membuat nafasnya menjadi terengah – engah.

Badan Rahma menegang keras saat dirasakan olehnya sebuah benda keras dan tumpul berusaha melesak masuk ke dalam lubang vaginanya.
"Aaakkh..!" Rahma mejerit keras, matanya mendelik, badannya mengejang keras saat Farids dengan kasarnya menghujamkan batang kemaluannya ke dalam lubang vagina Rahma dan melesakkan secara perlahan ke dalam lubang memek Rahma yang masih kencang dan rapat itu. Keringat pun lalu membasahi jubah dan jilbab lebar yang masih dikenakannya itu. Badannya semakin menegang dan mengejan keras disertai lolongan ketika kemaluan Farid berhasil menembus selaput dara yang menjadi kehormatan para gadis itu.

Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vagina Rahma, Farid mulai menggenjotnya, mulai dengan irama perlahan-lahan hingga cepat. Darah segar pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluan Rahma yang sedang disusupi kemaluan Farid itu. Dengan irama cepat Farid mulai menggenjot tubuh Rahma, rintihan Rahma pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Farid.
"Ooh.. oh.. oohh..!" badannya terguncang-guncang keras dan terbanting-banting akibat kerasnya genjotan Farids yang semakin bernafsu.

Setelah beberapa menit kemudian badan farid menegang, kedua tangannya semakin erat mencengkram kepala Rahma, dan akhirnya disertai erangan kenikmatan Farid berejakulasi di rahim Rahma. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak hingga meluber keluar. Rahma hanya dapat pasrah menatap wajah Syam dengan panik dan kembali memejamkan mata di saat Farid bergidik untuk menyemburkan sisa spermanya sebelum akhirnya terkulai lemas di atas tubuh Rahma.


"Gimana rasanya Sayang..? Nikmat kan..?" ujar Farid sambil menyusupkan tangannya di balik jilabab dan membelai-belai rambut Rahma dan kemudian mencopot jilbab yang dipakai akhwat cantik yang mirip Ratih Sanggarwati ini.
Beberapa saat lamanya Farid menikmati kecantikan wajah Rahma yang kini tanpa jilbab itu sambil membelai-belai rambut dan wajah Rahma yang masih merintih-rintih itu, sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang memek Rahma.

Setengah jam kemudian kembali nafsu Farid naik dan dia kembali menyetubuhi Rahma, kali ini Farid mencopot seluruh pakaian Rahma hingga telanjang bulat. Untuk kedua kalinya dia orgasme di atas tubuh Rahma. Sejak itu, Farid sering mengajak Rahma untuk melayani birahinya. Akhwat cantik ini tak dapat menolak sebab jika menolak dia diancam kalau adegan yang direkam itu akan disebarkan. Karena sering mengentot tanpa pengaman akhirnya jadwal bulanan Rahma tidak datang. Rahma hamil. Rahma memohon Farid untuk menikahinya walaupun harus jadi istri kedua. Tentu saja Farid berbaik hati mau menikahi Rahma sebab dia sudah lama mengincar akhwat cantik asal Ngawi yang berwajah mirip Ratih Sanggar wati ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...