Dan mulai saat itu aku paling doyan mencari pengalaman dengan beberapa lelaki Cuma untuk mengetahui rasa dari tiap kontol yang diberikan mereka pada tubuhku. Mungkin lingkungan yang kolot membuatku menjadi selalu ingin tahu dan bagiku itu merupakan sebuah perjalanan hidup yang sangat menyenangkan yang tidak kudapatkan dari dunia kekolotan karena hidupku menjadi lebih berwarna.
Setelah lepas SMA, aku kuliah di sebuah perguruan tinggi islam di Jogjakarta dan di sini aku dikontrakkan sebuah rumah kecil oleh keluargaku karena pikir mereka kost-kostan nggak aman buatku tapi di kota inilah aku bener-bener menjalani pengalaman yang sangat membuatku lebih hidup. Atas perintah keluargaku yang kolot dan demi menjaga nama baikku sebagai muslimah di kampung ini aku kadang ikut pengajian bersama ibu-ibu dan teman-temanku sesama jilbaber yang lainnya.
Di sini ada seorang Uztad yang lumayan sudah berumur dan sering memberi pengajian kepada masyarakat di kampung ini. Namanya Pak Haji Mahmud Fathoni, orang-orang sering memanggilnya Uztad Mahmud, perawakannya mirip orang Arab, tinggi besar dengan usia sudah 50 th-an, kata ibu-ibu sini sih dulu ibunya diperkosa orang Arab saat ikut kerja di sebua toko kain di Jogja.
Dalam memberikan pengajian terkadang dia dibantu oleh seorang tenaga yang terhitung masih saudaranya yaitu Pak Muh Ismatullah, sebut saja Pak Is, tidak jauh beda umurnya dengan Uztad Mahmud tapi orangnya lebih gempal. Walaupun bisa ngasih ceramah macam-macam tapi aku tidak terlalu mempedulikannya, toh sama-sama manusia yang belum pernah pulang pergi Neraka-Jogja PP kan? Lagian seringkali aku ketahui mereka mencuri lihat atau menatapi tubuhku saat pengajian karena kadang aku memakai kemeja yang agak lumayan ketat sehingga tetekku lebih tercetak.
Ahh.. namanya juga lelaki, semua sama saja kecuali gantungan selangkangannya yang beda-beda,ha..ha.. Suatu ketika pengajian di adakan di rumahku, setelah selesai aku merapikan gelas-gelas teh di dapur, ibu-ibu dan Uztad Mahmud sudah pada pulang tinggal Pak Ismatullah yang membantu aku merapikan sofa ruang tamuku tapi tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran Pak Ismatullah yang menatapku dengan jelalatan.
“Oo Pak Is…. kaget saya melihat bapak tiba-tiba sudah ada disini.” Aku berusaha bersikap sopan padanya.
“Maaf mbak kalau saya ternyata mengagetkan …..”. Dia menjawab tapi tatapan matanya tidak berhenti menatap tetekku. Saat itu aku memang masih memakai kemeja lengan panjang yang lumayan agak ketat di bagian dada karena sebelum pengajian tadi aku baru saja pulang dari Kaliurang bersama teman lelakiku, lalu aku pura-pura menyibukkan diri mencuci gelas-gelas kotor. Pak Is ternyata masih diam saja di dapur menatap bagian belakang tubuhku.
“Apakah ada yang kurang Pak Is ?” Akhirnya aku bertanya setelah sekian lama mendiamkannya.
“Mbak sangat cantik sekali…..dan seksi” Pak Is menjawab. Aku terkejut dengan jawabannya itu. Jantungku berpacu semakin cepat, aku mulai merinding. Aneh ku rasakan, aku merasa nggak begitu ngeh dengannya padahal aku orang yang doyan banget dengan kontol-kontol asing.
“Jangan-jangan….ah, tidak mungkin…. Semoga dia cuma berkata sebenarnya, hanya caranya mengungkapkan seperti orang yang ingin memperkosaku bulat-bulat. Tanpa basa-basi.” Aku berusaha menenangkan degup jantungku.
“Terimakasih…..” aku menjawab dengan sedikit gemetar.
“Sebenarnya Mbak sangat menggairahkan, setiap kali saya di dekat Mbak pasti zakar saya terbangun. Saya masih yakin dapat memuaskan Mbak.” Pak Is berkata tanpa basa-basi. Deg…. Dugaanku ternyata benar, aku takut sekaligus marah dengan Pak Is karena caranya yang kurang sopan, mungkin akan berbeda jika ia mau lebih halus tapi sudah kepalang tanggung. Aku menghadapnya dengan mengacungkan pisau dapur yang berada tak jauh dariku.
“Hei Pak Is, jangan kurang ajar terhadapku. Ingat aku adalah anak didikmu. Aku bisa melaporkanmu ke Uztad Mahmud karena kelakuanmu yang tidak sopan terhadapku” Aku membentak tanpa menghiraukan usianya yang lebih tua dariku. Tanpa-diduga-duga dia memelintir tanganku yang memegang pisau sehingga pisau itu terlempar. Aku mengaduh kesakitan. Tapi tangan kirinya telah memelukku dengan erat. Aku tidak bisa bergerak sama sekali, karena himpitan tenaganya yang kuat.
“Kamu kira aku bisa ditakuti dengan mainan seperti itu…. hah.” Dia sekarang menelikung tanganku dan mendekapkan badanku ke badannya. Aku gemetar dan tidak terpikir untuk berteriak saking gugupnya. “Aku memang mengincarmu dari dulu, karena itu setiap kamu datang ke pengajian aku pasti selalu berusaha memperhatikanmu, lekuk tubuhmu begitu sintal menggoda. Jika kamu berusaha menolak, aku tidak segan-segan mencelakaimu.” Pak Is mengancamku. Aku mulai ketakutan dan kaget karena ternyata Pak Is yang selalu diam dan sopan bisa berkata kasar seperti itu. Ohh..apakah tubuhku sudah membuatnya begitu bernafsu.
“Aku akan melepaskan pelukanku kalau kau mengerti kondisimu saat ini.” Pak Is meneruskan. Aku hanya diam mengangguk. Dia menyeringai dan melepaskan pelukannya. Aku langsung terduduk di lantai dan menangis karena cemas terhadap tubuhku, takut jika Pak Is adalah orang yang suka bersetubuh dengan kekerasan semacam bondage, ngeri membayangkannya. Pak Is tertawa penuh kemenangan. Sedangkan hatiku sangat kalut. Pak Is bisa melakukan apa saja terhadapku. Kalau aku melaporkan dia pada Uztad Mahmud atau warga kampung, juga tidak akan dipercaya karena dia juga menjadi salah satu orang yang disegani di kampung ini.
“Kamu tidak perlu menangis… karena aku akan memberikan kepuasan batin yang tak terhingga kepadamu. Aku tahu kamu sering tidur dengan lelaki kan?bahkan aku tahu kalau kamu sering memasukkan lelaki ke rumahmu ini, apa kamu ingin keluargamu dan warga di sini mendengarnya….?” Pak Is berkata dengan tenangnya. Deg... jantungku seolah-olah berhenti mendengar perkataannya tadi, memang aku sangat doyan dengan kontol lelaki tapi tidak begini caranya. “Asal kau menuruti kemauanku, jilbab sholekahmu tidak akan terlepas kemana-mana..” Ancamnya, aku menjadi muak oleh lelaki yang bersikap kasar begini kepada wanita. Sambil duduk Pak Is membuka resluiting celananya. Kemaluannya tampak telah membesar dan kini tepat mengarah di depan wajahku. Akupun kembali membuang muka sambil memejamkan mata. Pak Is mulai memaksa untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya yang keras segera meraih kepalaku yang berjilbab dan wajahku ke depan kontolnya. Setelah itu kemudian Pak Is memaksakan kontolnya masuk ke dalam mulutku hingga sampai pangkalnya dan sepasang buah kontol bergelantungan di depan bibirku.
Dengan agak terpaksa aku membuka mulutku dan mulai menciumi kontol Pak Is, sebenarnya ukuran kontol Pak Is hampir sama dengan milik teman lelaki yang lain, standarlah tetapi punya Pak Is sedikit lebih panjang dan agak membesar di bagian kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati dan mengulum kontol itu. “Ohhhh.... Nikmat sekali sayaang..., kau memang pintar” Pak Is mengerang sambil meremas rambut di kepalaku yang masih terbungkus oleh jilbab lalu ia mendorong dan menarik kontolnya di mulutku. Aku gelagapan karena mulutku kini disumpal oleh kontol Pak Is yang lumayan panjang itu. Pak Is mulai mengocokkan batang kontolnya dimulutku yang megap-megap karena kekurangan udara. Dipompanya kontolnya keluar masuk dengan cepat hingga buah penisnya terasa memukul-mukul daguku. Bunyi berkecipak karena gesekan bibirku dan batang kontol yang sedang dikulum tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Pak Is makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajahku. Batang kontolnya juga semakin cepat keluar masuk di mulutku, dan sesekali membuatku tersedak dan ingin muntah. Lama sekali rasanya batang kontol Pak Is kukulum dan membuatku makin lemas dan pucat.
Akhirnya tubuh Pak Is pun mengejan kuat dan Pak Is menumpahkan spermanya di wajahku sambil meremas dan mengocoknya sendiri sehingga membasahi wajah dan jilbabku, kemudian dilesakkanlah kontolnya yang masih mengeluarkan sperma itu di rongga mulutku. Hal ini membuatku tersentak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan dan remasan tangan Pak Is di kepalaku yang berjilbab sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa aku menelan sebagian besar sperma itu.
“Aaaahhhhhh..,” Pak Is pun mendesah. “Akhirnya aku bisa menikmati mulutmu yang indah sayang……..” Gumamnya sambil tetap membenamkan kontolnya di mulutku untuk kuhisapi. “Ayo ikut aku…..” Pak Is kemudian menarik tanganku dengan kasar. Dengan setengah menyeretku dia membawaku ke kamar tidurku. Didorongnya tubuhku ke atas ranjangku yang empuk. “Hmm. Kamar yang bagus dan wangi…. Cocok untuk kita saling melepas hasrat yang sangat nikmat.” Pak Is mengagumi kamar tidurku yang bersih dan sejuk. Aku tetap berbaring telungkup. Sia-sia saja aku walaupun berontak bahkan mungkin dia bisa menjadi lebih parah, aku masih cemas dengan tubuhku karena teringat pernah melihat gadis-gadis di bondage di Blue Film membuat aku jengah. Kalau saja Pak Is bisa bersikap halus sedikit, aku pasti merontokkan kontolnya dengan goyanganku, batinku. Aku sebenarnya mau saja dientotin kontolnya tapi caranya membuat aku muntah.
“Hei… jangan diam saja. Bangun sini.” Pak Is membentakku. Aku lalu bangun mendekatinya. Dia menyeringai dan berkata. “Lepaskan seluruh pakaianmu dan menarilah.”
“Gila… apakah aku disuruh berstriptease dihadapannya atau menari gambus dengan tubuh telanjang dan masih berjilbab...” Aku semakin gemetar penasaran…. Perlahan-lahan aku mulai melepaskan pakaian yang kupakai. Kubuka kancing kemeja panjangku satu persatu dengan tangan gemetar. Nafas Pak Is nampak sedikit tertahan tegang ketika aku membuka bra warna krem yang kupakai. Aku menggoyang-goyangkan pantatku perlahan-lahan sambil membuka celana dalam yang merupakan bagian terakhir perlengkapan pakaianku.
Aku akan membuka jilbab yang aku pakai karena tadi sudah kena spermanya ketika dihentikan oleh Pak Is, “Jangan dibuka jilbabmu, kamu lebih merangsang kalau begitu dan aku sangat bernafsu jika bisa meniduri wanita-wanita muslimah”. Aku menutupi tetekku dan bagian kewanitaanku dengan kedua belah tanganku sebisa mungkin. Hatiku semakin tidak karuan, antara takut dikasari dan pingin merasakan kontolnya yang lumayan panjang itu menerobos masuk liang kenikmatanku. Mata Pak Is semakin beringas “Beruntung sekali aku mendapatkanmu……. Tubuhmu yang putih mulus dan kencang sungguh luar biasa indahnya. Mari sini sayang.” Pak Is menarik tanganku dan membaringkanku telentang. Dia dengan tergesa-gesa melepaskan pakaiannya. Badannya yang hitam menandakan dia terbiasa bekerja di bawah terik matahari. Kepalaku terasa berkunang-kunang, rasanya aku hampir tidak sanggup menahan peristiwa ini. Pak Is perlahan-lahan mendekati aku yang tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang kesadaran kurasakan sesuatu yang basah merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak naik menuju pahaku, tanganku berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menelusuri kaki dan pahaku.
Aku tersentak kaget ketika kudapati ternyata lidah Pak Is menempel di belahan pahaku. “Tenanglah.... dinikmati saja....”, aku menggelinjang dengan lemas, akan tetapi terasa dorongan hasrat menjalari seluruh tubuhku. “Aakkkhhhhh.....Ohhh.....mmmhhhh....” gumamku lirih. Ternyata Pak Is memperlakukan memekku dengan sangat halus tapi belum tentu juga kalau ternyata dia bermain dengan kasar, akan tetapi... Oohhh...nikmat sekali rasanya lidah orang ini. Tubuhku mengejang, lama lidah Pak Is bermain dengan memekku dan sesekali ia menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai mengembang dan mengeras. Cairan memekku mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur Pak Is yang masih saja menusukan lidahnya ke memekku.
Tiba-tiba tubuhku kembali menegang, dan kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku dan seakan berkumpul dirahimku lalu.. “Oookkhhhh.....hhaagghh...hhaahhhhh..... Aaakkkhh....” erangan panjang dari mulutku mengiringi semprotan cairan hangat yang keluar dari dalam liang memekku dan membasahi mulut Pak Is. Ohh... aku orgasme dengan orang yang mengajariku tentang ajaran agama, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku dari Pak Is ini dan aku selalu menginginkan lebih dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas sambil kedua pahaku tetap menghimpit kepala Pak Is dengan nafas yang terengah-engah. Perlahan Pak Is melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan merayap keatas tubuhku yang masih belum bisa membuka mataku.
“Apa kubilang.. nikmat kan?” Pak Is berbisik ditelingaku. “Mbak tahu kalau saya sudah jatuh body saat pertama melihat Mbak, jadi nikmati saja tanda cinta dari bagian tubuh saya” gumamnya lagi
”Mmmmhhhhh....sssshhhhhh.....” aku masih meracau menikmati arus kenikmatan yang masih mengalir di jiwaku. Dengan lembut ia mencium keningku, hidungku, pipiku dan sambil menghembuskan nafasnya ia menyibak jilbab di kepalaku lalu mencium belakang telingaku, membuat gairah dalam tubuhku kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri.
“Bibir Mbak indah..” itu yang terdengar sebelum ia melumat kedua belah bibir sensualku, aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali rasanya. Perlahan aku mulai membalas dengan membuka bibirku membiarkan lidah Pak Is menyeruak masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan ciumannya lalu bergerak menelusuri leherku dan menggigit puting tetekku. “Tetek Mbak sungguh menggairahkan.. kencang sekali sayang..” Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di belahan dadaku. aku menggelinjang dan hasratku menjadi lebih berkobar, akhirnya kudekap tubuh yang menindih diatasku, Oohhh.. ternyata ia sudah telanjang bulat, kurasakan belahan pantatnya di kedua tanganku. Lama ia menelusuri dan meremas-remas tetekku lalu memilin-mulin puting tetekku dengan bibirnya.
“Aaaawwww.....sssshhhhhhhhh.....” desahku nikmat. Kemudian Pak Is bergerak berusaha membuka kakiku dan menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku. Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi selangkanganku, tapi kembali tangan Pak Is menarik kedua tangan ku dan membawanya ke atas kepalaku yang jilbabnya sudah mulai kedodoran. Langsung saja ia menyapu kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu dengan lidahnya, kembali tubuhku menghentak dan menggeliat merasakan sensasi kenikmatan sebagai akibat sapuan lidahnya yang basah itu. “Oookkkhhhhhh....hhhhh...” tubuhku bergetar, sesuatu yang keras berusaha menyeruak masuk lubang kenikmatanku, dan perlahan benda itu mulai tenggelam dalam selangkanganku. Aku mendongak, mataku terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang tiada taranya
“Mmmmmhhhh....sssshhhhh...” dan diakhiri dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah seluruh kontol Pak Is kedalam liang memekku. Tubuhku terasa penuh seakan benda itu menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhirku. Tanganku mencengkram erat tubuh Pak Is dan menancapkan kuku-kukuku di pundaknya. Lalu Pak Is mulai menggerakan pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang memekku.
“Okkhhhh.....Mbak....... nikmat sekali.. Kamu... kamu.... begitu rapat...” Pak Is terus mengocok memekku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa gundah dipikiranku takut jikalau Pak Is bermain kasar dengan tubuhku, terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan desahan dan lenguhan.
“Aakhhh..... Paakkk...Iiiss...ssshhhh.... Aduuh.... oohhhhh..akkhh....” lama Pak Is memacu birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Pak Is aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Pak Is.
“ Aaaaarrrrggghhhhhhh.....ooohhhh.....mmppphhhhh..... ssshhhh ....hhaahhh...haaahh.....hahhh....ssseerrrrr....sseeerr....”. Untuk beberapa saat Pak Is menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggang Pak Is. Tak berapa lama kemudian Pak Is mencabut kontolnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku. “Ohhhh....” ada sesuatu yang hilang rasanya dari tubuhku.
Perlahan ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan kontolnya ke pantatku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat sekallku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya kontol Pak Is melalui jalan belakang dan kembali menancap di memekku. Ia bergerak sambil kedua tangannya meremas kedua buah tetekku yang sudah menegang dari belakang dan menggenjotkan pantatnya dengan kuat menghantam liang memekku Gesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang memekku, tanganku mencengkeram erat seprei tempat tidurku yang acak-acakan.
“Oouugghhh.... Mbak....Nikmat sekali...... Oookkhhhhh....” Pak Is benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu Pak Is.
Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Pak Is mesih saja berpacu diatas tubuhku. Tubuhku melengkung dan kepala berjilbabku terdongak ke belakang, semua sendi tubuhku menegang kencang saat beberapa cairan kenikmatanku meledak di dalam rahimku dan Pak Is dengan teratur masih menyodokkan kontolnya dengan teratur, “Hhaaahhhh....aaahhhhhhh....oouuucchhhh.....aakhh..aakkhh.... akkhh....ssseerrr...sseerrrrr....hhhhhhhh.....”.
Sekarang posisi tubuhku duduk dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang, leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhku apalagi aku masih mengenakan jilbabku, semakin gerah rasanya. Seakan tak pernah puas terus saja ia mengulum dan menjilati kedua tetekku, digigitnya kedua puting tetekku dengan giginya bergantian. Kurasakan kontol Pak Is menghujam telak keliang memekku yang mendudukinya. Sodokan demi sodokan kontolnya yang semakin gencar kurasakan menggesek kulit memekku sebelah dalam.
Erangan, desahan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku ingin terpuaskan dan lelaki pengajar agama ini mampu membuatku melayang. Lama posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Is semakin gencar menyodok memekku, gerakannya semakin cepat. Pak Is menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku. Ccrroottt....crrooottt....crrroott....
“Aaaahhhhh......aaakkkkhhhhh....Okkhhhhh.....Uuuggghhhhh....aakhh...aakkhh...” Pak Is mengerang panjang sambil menekan pantatnya kebawah dengan keras, kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa orgasme yang masih tersisa ditubuhku.
“Oouugghhhh...... ookkhhh....oohhh...ooohhh....hhhhhh.....” Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Pak Is roboh menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa kenikmatan itu dan akhirnya Pak Is mulai beringsut menjauh dari tubuhku.
“Terima kasih Mbak Mae....” setengah sadar dan tidak kudengar Pak Is membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan kantuk yang menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang acak-acakan.
Pagi hari aku baru terbangun dari tidurku, tubuhku serasa hancur dan lelah bukan kepalang. Kulihat keadaan diriku terasa sisa sperma yang mulai lengket membanjir di selangkanganku. kulihat banyak sekali cairan sperma Pak Is keluar meleleh dari dalam memekku bercampur dengan cairan rahimku dan membasahi seprei tempat tidur. Setengah merangkak aku menuju kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas keringat dan sperma, guyuran air membuat tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa capek itu masih terasa ditubuhku. Kulihat memekku memerah dan bekas cupangan nampak di kedua buah tetekku, lama aku berada di kamar mandi menunggu cairan sperma Pak Is keluar semua meninggalkan liang rahimku. Selesai mandi cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dan mengganti seprei serta sarung bantal guling dengan yang masih baru..
Aku masih termenung memikirkan kejadian tadi malam karena seorang pengajar agama pun mampu membuatku mendesah-desah kenikmatan dan ternyata akupun menikmati permainannya yang sangat nikmat. Aku bisa mencapai orgasme sampai empat kali, kuakui hebat sekali permainan Pak Is.
Pada malam hari yang sama pintu rumahku diketuk seseorang. Kupikir temanku biasanya jam makan malam begini suka nebeng makan, aku buru-buru membukakan pintu. Betapa terkejutnya aku melihat Pak Is datang bersama dengan Uztad Mahmud. Mampus, pasti Pak Is tetap mengadu kepada Uztad Mahmud tentang kebiasaanku ngenyotin kontol-kontol lelaki, kurang ajar batinku.
“Selamat malam Mbak Mae….. aku membawa seseorang yang akan membuat Mbak merasakan sensasi yang luar biasa.” Pak Is menyeringai kepadaku sedangkan Uztad Mahmud senyum-senyum menyebalkan.
“Bagaimana Mbak, bukankah sudah saya katakan untuk menikmati saja sensasi kenikmatan yang akan kami tawarkan daripada bengong sendirian di rumah. Tadi malam saya melihat Mbak begitu bernafsu dan sangat menikmatinya juga, bukan?.” Aku menjadi jengah mengingat kejadian tadi malam. Memang diakui akupun terhanyut dibuai permainan Pak Is. Aku hanya diam memejamkan mataku dan menarik nafas dalam-dalam sekedar menenangkan perasaanku yang tidak karuan. Aku betul-betul tidak menyangka, guru ngajiku, orang yang dihormati karena kesucian dan pengetahuannya tentang moral dan agama di kampung ini ternyata juga ingin menyetubuhi diriku dan mencicipi kekenyalan tetekku. Apalagi dia sudah sangat berumur membuatku kurang bernafsu untuk menggelomoh kontolnya.
Tiba-tiba aku merasa jengah dan agak jijik kepada mereka berdua dan membuatku pikiranku kacau sehingga aku tubuhku agak terhuyung-huyung ke belakang. Tapi tiba-tiba tangan Pak Is sudah menangkapku dan memelukku dengan erat.
“Hentikan…….. aku tidak mau melakukannya.” Aku berteriak dengan lemah tetapi Uztad Mahmud malah mengamatiku dengan penuh nafsu.
“Kamu benar-benar membuatku bernafsu, bagaimana mungkin aku membiarkan wanita yang sangat menggairahkan pergi?” .
“Sebaiknya Mbak jangan banyak bertingkah, berteriak pun percuma…warga di sini sangat mempercayai kita berdua, lebih baik layani aku dan Uztad Mahmud. Ha… ha… ha…” Pak Is menyeringai.
“Lepaskan aku… lepaskan aku…” aku berusaha meronta, tapi Pak Is mengangkat tubuhku dan membawaku ke kamar tidurku yang telah dia gunakan tadi malam. Dengan mudahnya dia melemparku ke atas ranjang. Aku sangat terkejut dengan perkembangan keadaan ini. Mereka akan memperkosa aku seperti ini. Tetapi apa yang aku bisa lakukan? Sekarang mereka semua berada di kamar tidurku.
Uztad Mahmud mendekat dan merobek daster terusanku dan menarik paksa BH dan Celana Dalam yang ku kenakan kecuali jilbab yang yang ada di kepalaku sehingga tetekku yang sekal dan kencang terlihat jelas. Aku menyesal hanya mengenakan pakaian daster sehingga memudahkan mereka melampiaskan nafsunya. Dan aku kembali cemas dengan Uztad Mahmud yang ternyata kasar terhadap diriku.
“Wow… payudara yang kencang, Mbak Mae sungguh mempunyai tubuh yang luar biasa.” Kata Uztad Mahmud. “Aku suka sekali payudara yang kencang dan putih mulus tanpa cacat.” Uztad melanjutkan.
“Kita beruntung mendapatkan wanita seperti ini…” Pak Is menyahut. Kemudian tangan Pak Is menggerayangi dan meremas-remas kedua buah tetekku yang sekal. Pak Is menghisap-hisap puting tetekku dengan penuh nafsu, dan Uztad Mahmud mulai menggerayangi perut dan pahaku. Tiba-tiba terasa tangannya yang kasar memasuki celah sempit di memekku. Kini aku mengerti mereka akan berusaha merangsangku.
“Aampun….. jangan lakukan ini kepadaku, kalian berdua lebih berakhlak daripadaku “aku memohon belas kasihan mereka, tetapi mereka tidak menunjukkan sedikitpun rasa simpati, malah wajah mereka menunjukan kebuasan nafsu birahi. Mereka dengan cekatan telah melepaskan pakaian mereka masing-masing. Kontol Pak Is sudah kulihat dan kunikmati tadi malam, tetapi sekarang aku terkejut melihat Kontol Uztad Mahmud yang luar biasa, panjangnya sekitar 20 cm lebih dan kelihatan berurat-urat.
Aku makin gemetar sekaligus merasakan aneh yang menjalar seakan-akan ingin merasakan sensasi kontol besar milik Uztad Mahmud. Wajahku terasa panas. Tangan ku telah ditangkap oleh Pak Is dan tetekku kembali dikenyot-kenyotnya dengan rakus. Uztad Mahmud memegang pinggangku dan menaruh kontolnya di lubang pantatku.
“Jangan… jangan disitu… tolong..” Aku menjerit-jerit kesakitan merasakan dorongan kontol Uztad Mahmud dari belakang. Walaupun doyan kontol lelaki tetapi aku belum pernah mencoba anal sex karena bagiku selain lebih jorok juga kelihatan menyakitkan, apalagi malam ini aku bakal disetubuhi oleh dua orang lelaki sekaligus. Aku pernah dientotin dua lelaki teman mainku dari kampus yang lain tetapi mereka sangat lembut dan tidak memaksa apalagi menginginkan anusku untuk memijat kontol mereka....
“Mbak jangan cemas……. akan sedikit menyakitkan ……..tetapi setelah itu kamu akan menikmatinya.” Uztad Mahmud berkata kepadaku dengan senyum sinis. “Bukankah tadi malam memekmu telah dipakai oleh Pak Is, maka aku ingin mencicipi lubang pantatmu yang kuyakin tidak pernah terpakai, masih perawan… ha.. ha… ha..” seringainya.
Tak lama aku berteriak kesakitan tetapi secepat aku membuka mulut ku untuk mengaduh Pak Is memasukkan kontolnya di dalam mulutku dan aku menjadi gelagapan. “Oouummm....mmmpphhh..”
Sementara itu Uztad Mahmud menaruh kontolnya pada lubang pantatku dan menarik pinggangku ke arahnya. Dia tetapi tidak bisa memasukkan kontolnyanya ke dalam lubang pantatku yang sakit. “Pak Is… apa kamu punya mentega di dapur sebab lubangnya sangat sempit” Uztad Mahmud bertanya
“Wah beruntung sekali kau mendapatkan cewek perawan…..ambillah sendiri di dapur.” Pak Is malah tertawa. Uztad Mahmud lalu pergi menuju dapur. “Pak Is, tolong lepaskan aku…. Aku tidak sanggup lagi.” Aku memelas pada Pak Is.
“Mbak…tenang saja dan nikmati. Bukankah Mbak sudah tahu dan mengalami sendiri tadi malam bahwa Mbak Mae benar-benar terpuaskan kan. Kami sudah sangat paham bagaimana memperlakukan wanita yang memiliki tubuh yang sangat indah dan nikmat. Dalam hidup kami jarang-jarang memiliki kesempatan mendapatkan wanita menggairahkan seperti kamu! Maka bagaimana mungkin kami akan tinggalkan?” Pak Is malah menjawab dengan senyum kemenangan.
Kemudian kusadari tidak ada cara lain dan tak seorangpun dapat menyelamatkanku. Maka aku berfikir untuk menikmatinya saja seperti yang diucapkan Pak Is kepadaku. Aku sudah merasa kepalang basah, kenapa tidak dinikmati saja sekalian, toh akupun merasakan kenikmatan yang tiada tara dengan Pak Is tadi malam.
Aku tidak peduli lagi dengan usia mereka, aku ingin merasakan sensasi yang belum pernah aku rasakan. Disetubuhi oleh dua orang guru mengajiku, dientotin oleh kontol-kontol yang masih dianggap mempunyai moral yang baik oleh warga kampung ini dan merasakan denyutan kontol panjang dan berurat dalam lubang pantatku. Ini semua membuatku birahiku semakin menggelora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar