Kamis, 16 Agustus 2012

CERITA DEWASA, AKHWAT KAMPUS : RIKA 1

CERITA DEWASA, AKHWAT KAMPUS : RIKA 1, Hari itu hawa terasa sangat panas dikampus islam itu . matahari yang bersinar terik membuat semua orang ebrusaha menghindari panasnya. Kebanyakan berteduh dikantin, ada yang tinggal didalam gedung dan beberapa b erusaha menutupi diri mereka dengan jaket dan sapu tangan.
Dari sebuah gedung fakultas ekonomi islam, keluar seorang wanita cantik. Jilbab lebar berwarna coklat muda, kemeja longgar putih dan rok yang juga berwarna coklat muda tidak dapat menutupi kecantikan wajahnya. Bibirnya yang tipis dan lesung pipit yang kentara menimbulkan hasrat semua lelaki untuk menikmatinya. Namun Rika, nama gadis itu berusaha untuk menjaga dirinya, dengan tidak terlalu menjalin hubungan dekat dengan lelaki.
Ketika langkahnya sampai di parkiran motor, tiba-tiba HP nokia miliknya berdering. Ia ambil dari dalam tasnya dan ia lihat. Nomor asing. Segera ia memencet tombol ANSWER.
“Halo, Assalamu alaikum?” kata gadis cantik berjilbab itu.
“waalaikum salam. Rika ya?” kata sebuah suara laki2 yang sepertinya sudah bapak2.
“iya. Siapa yah?” tanya Rika.
“ini pakdhe Mitro.” Kata suara itu. Jantung Rika seakan berhenti untuk beberapa detik. Sebuah pengalaman yang menakutkan namun juga nikmat yang dulu pernah pakdhe Mitro ajarkan pada gadis alim itu bertahun2 yang lalu kembali terbersit.
“aa…ada apa nggih Pakdhe?” tanya Rika, berusaha untuk tenang.
“Pakdhe mau ke kota. Mungkin pakdhe akan mampir ke kostmu sebentar, diminta bapakmu. Ada titipan. Cuma mau ngabari itu.” Kata pakdhe Mitro.
“oh.. nggih pakdhe.” Kata Rika. Suaranya masih terdengar sedikit bergetar.
“Si otong juga rindu sama remesanmu.” Kata pakdhe, datar saja seolah tidak bermaksud apa-apa, namun hati Rika kembali terasa berhenti. Perasaan bingung menderanya. Sebagian marah oleh perbuatan pakdhenya yang telah menghancurkan kegadisannya bertahun2 yang lalu, namun hasrat biologisnya bereaksi mendengar kata rangsangan dari pakdhenya tadi. Rika terdiam, tak mampu berkata apa2.
“ya sudah, besok kalau pakdhe sampai di terminal, tolong dijemput nggih. Assalamu alaikum.” Ujar pakdhe menyudahi pembicaraan.
Rika pun menutup teleponnya tanpa berkata apa2. Segera ia naik ke motornya, pulang dengan hati yang bimang dan bingung. Dalam perjalanan, ingatannya kembali kemasa saat ia masih SMA, ketika ia masih menjadi seorang gadis alim yang sangat lugu, saat ia berlibur ke rumah Pakdhenya.
**************************
pada suatu hari ketika liburan, Rika yang saat itu masih kelas 2 SMA berlibur selama dua pekan dirumah pakdhe Mitro di desa. Pakdhe Mitro adalah kakak dari bapaknya yang sudah menduda 0setelah ditinggal mati istrinya, budhe Murni setahun yang lalu. Sekarang ia tinggal bersama anaknya, Rika memanggilnya Mbak Santi, seorang gadis cantik yang berjilbab dan punya senyum manis, lulusan SMEA berumur 20 tahun yang bekerja di kelurahan. Rika memandang mbak Santi sebagai seorang yang cantik, berjilbab dan solehah, aktif di remaja masjid di desanya. Dia juga supel dan manis juga berkulit putih, membuat banyak lelaki di desa tersebut jatuh hati padanya. Namun dengan lembut mbak Santi menolaknya. Mbak Santi tidak mau pacaran yang tidak jelas, begitu alasannya.
Kejadian mengejutkan Rika adalah ketika suatu malam ketika Rika masih liburan dirumah pakdhe Mitro, Rika terbangun dan tidak menjumpai Mbak Santi disampingnya. Dengan pelan Rika bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Sebenarnya bukan untuk mencari mbak Santi, namun untuk mencari air minum karena haus. Rika mengira mbak Santi hanya ke kamar mandi. Rika kaget saat mendengar suara mencurigakan terdengar dari kamar Pakdhe Mitro yang setengah terbuka. Rika dengar suara Mbak Santi mengerang-ngerang disertai suara seperti berkecipak. Dengan langkah mengendap-endap Rika dekati pintu kamarnya dan mengintip melalui pintu yang setengah terbuka. Astaga!! Rika benar-benar kaget!! Ternyata di kamar Rika ada Mbak Santi dan Pakdhe. Yang lebih mengejutkan, pakaian keduanya sudah berantakan.
Saat itu pakaian bagian atas Mbak Santi sudah terbuka sama sekali, begitu pula dengan Pakdhe Mitro. Keduanya sedang bergumul di atas tempat tidur. Pakdhe hanya mengenakan sarung dan kain yang menutupi tubuh Mbak Santi hanyalah celana dalam dan jilbab coklat saja. Kacamata mbak santi masih bertengger diwajahnya.
Apa yang Rika lihat benar-benar membuat hati Rika tercekat. Rika lihat Pakdhe dengan rakus meneteki payudara Mbak Santi kanan dan kiri berganti-ganti, sementara tangan Mbak Santi, wanita berjilbab yang Rika anggap alim itu meremas-remas rambut Pakdhe yang sudah mulai memutih. Kepala Mbak Santi yang tertutup jilbab coklat bergoyang-goyang sambil terus mengerang. Begitu pula dengan Pakdhe yang dengan lahap terus menetek kedua payudara Mbak Santi secara bergantian. jilbab Mbak Santi yang menutupi disibak keatas.
Rika yang mengintip perbuatan mereka menjadi panas dingin dibuatnya. Tubuh Rika gemetar dan lututnya lemas. Hampir saja kepala Rika terbentur daun pintu saat Rika berusaha melihat apa yang mereka perbuat lebih jelas. Tak lama kemudian Rika lihat Pakdhe menarik celana dalam yang melekat di tubuh Mbak Santi dan melemparkannya ke lantai. Kini hanya jilbab satu2nya kain yang masih melekat ditubuh Mbak Santi di bawah dekapan tubuh bapaknya sendiri yang kelihatan masih berotot walau usianya sudah kepala lima.
Erangan Mbak Santi semakin keras saat Rika lihat wajah Pakdhe menyuruk ke selangkangan Mbak Santi yang terbuka. Tangan Mbak Santi yang memegang kepala Bapaknya sendiri lihat semakin kuat menekan ke arah kemaluannya yang sedang diciumi Pakdhe. Rika yang baru kali ini melihat pemandangan seperti itu menjadi terangsang. Rika membayangkan seolah-olah tubuhnya yang sedang digumuli Pakdhe.
Kedua kaki Mbak Santi melingkar di leher Pakdhe. Suara napas Pakdhe terdengar sangat keras seperti kerbau. Mbak Santi semakin keras mengerang dan tubuh sintalnya Rika lihat melonjak-lonjak saat Rika lihat wajah Pakdhe menggesek-gesek bagian selangkangan Mbak Santi. Beberapa saat kemudian tubuh Mbak Santi, aktifis mesjid berjilbab itu mulai melemas dan terdiam.
Kemudian Rika lihat Pakdhe melepas sarungnya. Dan astaga! Rika lihat batang kemaluan Pakdhe yang sangat besar dan berwarna coklat kehitaman mengacung tegak menantang langit. Pakdhe langsung mengangkangi wajah Mbak Santi dan mengosek-ngosekan batang kemaluannya yang dipeganginya ke wajah Mbak Santi, yang terlihat sangat cantik dengan jilbab yang masih ia pakai.
Mbak Santi yang masih lemas Rika lihat mulai memegang batang kemaluan Pakdhe dan menjulurkan lidahnya menjilati batang kemaluan itu. Pakdhe pun kembali menyurukkan wajahnya ke arah selangkangan Mbak Santi. Kini posisi mereka saling menjilati selangkangan lawan dengan posisi terbalik.
Pakdhe yang mengangkangi wajah Mbak Santi menjilati selangkangan Mbak Santi yang telentang dengan lutut tertekuk dan paha terbuka. Tubuh Rika mulai meriang. Vagina dan buah dadanya terasa gatal seolah-olah membayangkan kalau vaginanya sedang diciumi Pakdhe. Tanpa sadar tangan Rika bergerak ke arah vaginanya sendiri yang tertutup rok panjang dan mulai menggaruk-garuk. tangan Rika yang lain menyusup ke balik jilbab putih dan kaosnya, meremas2 buah dadanya sendiri, mendesah2 sambil terus mengintip perbuatan zina mbak santi, aktifis pengajian di masjid yang berjilbab yang sedang dirangsang oleh ayahnya sendiri.
Kejadian yang Rika lihat berikutnya membuat hatinya semakin mencelos. Setelah puas saling menciumi selangkangan masing-masing lawan, tubuh Pakdhe berbalik lagi sejajar dengan Mbak Santi. Mereka saling berhadap-hadapan dengan tubuh Pakdhe menindih Mbak Santi. mbak santi masih terus medesah seperti kepedasan.
Kemudian Rika lihat Pakdhe menempatkan diri di antara kedua paha Mbak Santi yang mengangkang. Lalu dengan memegang batang kemaluannya Pakdhe menggosok-gosokkan ujung batang kemaluannya ke selangkangan Mbak Santi. Rika lihat kepala Mbak Santi yang nasih terlilit jilbab mendongak-dongak ke atas dengan kedua tangan meremas-remas payudaranya sendiri saat Pakdhe mendorong pantatnya dan menekan ke arah selangkangan Mbak Santi. Mereka terdiam beberapa saat ketika tubuh mereka pada bagian kemaluan saling lengket satu sama lain.
Mbak Santi mulai merintih dan mengerang saat Pakdhe mulai memompa pantatnya maju-mundur dengan mantap. Rika lihat pantat Mbak Santi bergerak mengayun menyambut setiap dorongan pantat Pakdhe. Dan setiap kali tulang kemaluan Mbak Santi dan Pakdhe beradu selalu terdengar seperti suara tepukan. Suara deritan dipan tidur Rika pun semakin nyaring terdengar mengiringi irama gerakan mereka.
Tubuh Mbak Santi menggelepar-gelepar semakin liar. Kepalanya yamh terbungkus jilbab yang sudah mulai basah oleh keringatpun semakin liar bergerak ke kanan dan kekiri, mulutnya tak henti-hentinya mengerang. Akhirya Rika dengar Mbak Santi merintih panjang disertai tubuhnya yang tersentak-sentak, pantatnya terangkat menyambut dorongan pantat Pakdhe. Lalu beberapa detik kemudian tubuh Mbak Santi mulai melemas, tangannya terlempar melebar ke samping kanan-kiri tubuhnya dan matanya terpejam.
Pakdhe lalu menarik pantatnya dan Rika lihat dari arah Rika yang persis di samping kirinya, batang kemaluan Pakdhe yang hitam kecoklatan masih kencang. Kemudian Pakdhe menarik tubuh Mbak Santi agar merangkak di kasur. Dengan bertumpu pada lututnya, Pakdhe menempatkan diri di belakang pantat Mbak Santi yang menungging. Pakdhe memegang batang kemaluannya dan mengarahkannya ke belahan pantat Mbak Santi.
Rika lihat kepala Mbak Santi terangkat saat Pakdhe mulai mendorong pantatnya. Kembali Rika lihat pantat Pakdhe mengayun dari depan ke belakang dengan posisi Mbak Santi merangkak dan Pakdhe berlutut di belakang pantat Mbak Santi. Batang kemaluan Pakdhe kelihatan dari tempat Rika berdiri saat Pakdhe menarik pantatnya dan hilang dari penglihatan Rika saat ia mendorong pantatnya. Rika yang mengintip menjadi tidak tahan lagi. Tangan Rika secara refleks mulai menyusup kedalam celana dalam memegang vaginanya dan meremas-remasnya. Vagina Rika mulai basah oleh cairan. Jari tangahnya Rika tekankan pada daerah sensitifnya dan Rika gerakkan memutar.
Rika dengar Pakdhe mulai menggeram. Tangan pakdhe meremas payudara anaknya sendiri yang berayun-ayun seirama dengan dorongan pantat Pakdhe yang menyodok-nyodok. Gerakan Pakdhe semakin cepat dan geramannya semakin keras. Mbak Santi pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pakdhe dengan memutar-mutar pantatnya. Gerakan mereka semakin liar. Derit dipan kayu pun Rika dengar semakin keras. Lalu keduanya merintih panjang.
Tubuh keduanya yang menyatu mengejat-ngejat. Kepala keduanya seolah-olah terhantam sesuatu hingga mendongak ke atas. Lalu tubuh Pakdhe ambruk dan menindih Mbak Santi yang ambruk tengkurap di kasur. Rika pun merasa ada sesuatu yang meledakdi bawah perutnya. Tubuhnya seperti melayang dan akhirnya Rika merasa lemas.
Rika yang takut ketahuan melihat perbuatan keduanya segera berjingkat-jingkat dan kembali kekamarnya, berpura-pura tidur. Paginya Rika pura-pura bersikap seperti biasa. Rika bersikap seolah-olah tidak mengetahui perbuatan Mbak Santi dan bapaknya tadi malam. Selama beberapa hari itu pikiran Rika selalu terganggu dengan bayangan apa yang dilakukan Mbak Santi dengan Bapaknya sendiri di kamar itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...