CERITA DEWASA AKHAT DI GANGBANG : Dokter Qomarul 3 – Awalnya Isnu, Nasib Isnu tak beda dengan Titiek. Tetapi komplotan ini tak sengaja menemukan Isnu. Ketika itu, mereka dalam perjalanan pulang sehabis mengantarkan Titiek ke seorang pemesan di Pantai Parangtritis.
Mobil Kijang yang mereka tumpangi sedang berhenti di sebuah traffic light. Saat itulah Isnu melintas dari arah persimpangan yang lain dengan sepedanya.
“Eh lihat-lihat ! Gila, cakep banget tuh cewek !” teriak sopir yang tampaknya pimpinan komplotan ini.
Kontan keempat lelaki lainnya melotot. Isnu memang cantik. Ada lesung pipit di kedua pipinya. Kulitnya putih mulus. Kira-kira, Luthfiah Sungkar waktu masih gadis, begitulah wajah Isnu.
Meski berjubah lebar dan berjilbab panjang, sekilas bisa terlihat tubuh di baliknya sungguh montok. Dari celah jilbab di bawah pangkal lengannya juga terlihat tonjolan dadanya yang lumayan besar.
“Sikat nggak ?” tanya sopir.
“Gila kalau nggak ngaceng lihat cewek itu !” komentar temannya. Sopir pun membelokkan Kijang ke arah Isnu.
Mobil berjalan pelan di belakang Isnu yang terus menggenjot sepedanya. Kelima lelaki itu menikmati pemandangan bokong Isnu yang menjepit jok sepedanya. Tentu saja di kepala mereka terbayang kalau yang terjepit bokong itu adalah penis mereka !
Senario pun disusun. Kijang itu segera menyalip Isnu. Gadis berusia 24 tahun itu sempat melirik lelaki-lelaki di dalam mobil Kijang yang menyalipnya. Tetapi, ia segera menundukkan pandangannya. Pada dasarnya, Isnu memang gadis pemalu.
Isnu tak terlalu ambil pusing. Toh, saat itu ia memang sedang sakit kepala. Capek seharian mengajar anak-anak TK yang banyak ulahnya.
Kijang itu melaju jauh ke depan, sampai tak terlihat oleh Isnu. Kelima lelaki itu tahu, jauh di depan sana ada lokasi yang agak sepi. Dua lelaki diturunkan. Lalu kijang itu berbalik arah kembali ke Isnu.
Isnu tak tahu mobil Kijang yang tadi menyalipnya, kini sudah berada di belakangnya lagi. Ia terus mengayuh sepedanya. Sampai di tempat yang agak sepi tadi, ia melihat dua lelaki di tepi jalan, melambaikan tangan, memintanya berhenti.
“Maaf mbak, numpang tanya,” sapa lelaki yang terlihat sopan, ketika Isnu berhenti.
“Ya ?”
“Ini benar jalan ke Imogiri ?” lanjut lelaki itu.
“Betul, Pak. Lurus ke sana,”
“Ada angkutan umum ke sana, nggak ya ?”
“Wah, nggak ada Pak,”
“Terus, bagaimana kalau saya mau ke sana ?”
“Bagaimana ya ?” Isnu menggumam sendiri.
Tepat saat itu, mobil kijang tadi berhenti di sisi mereka. Seorang di antara penumpangnya turun.
“Numpang tanya, Mbak, Mas, ke Imogiri lewat mana ya ?” tanya orang itu.
“Lurus saja, Pak,” sahut Isnu. Heran juga dia. Hari ini kok berturut-turut ada orang tanya jalan ke Imogiri.
“Eh Pak, anda mau ke Imogiri ya ? Bisa numpang ?” sela lelaki yang tadi menyetop Isnu.
“Oh ya, dua bapak ini ikut saja. Nggak ada angkutan umum, Pak,” Isnu tampak senang karena persoalan ini bakal selesai.
“Mbak sekalian ikut deh, buat nunjukin jalan,” kali ini lelaki kedua turun dari mobil dan langsung nimbrung bicara.
“Wah, saya naik sepeda, Pak,” kata Isnu.
“Sepedanya ditinggal saja, Mbak. Kapan-kapan diambil lagi,” sahut lelaki itu sambil mendekat.
Sampai di sini, Isnu mulai curiga. Akhirnya ia sadar, orang-orang ini yang tadi dilihatnya memandanginya dari mobil kijang yang menyalipnya. Curiga berubah jadi khawatir melihat situasi yang sepi.
“Iya Mbak, ikut sekalian saja. Daripada capek genjot sepeda. Biar nanti kami yang nggenjot Mbak, he he he…” kata lelaki yang tadi menunggu di tepi jalan.
“Eh, eh, apa ini… eh….” Isnu berusaha menaiki sepedanya kembali. Tetapi terlambat. Keempat lelaki itu telah mengurungnya.
“Tolong…toloooonngg….mmmffff….mmmppfff.. .” Isnu menjerit ketika seorang yang bertubuh besar memeluknya erat dari belakang dan menyeretnya ke mobil. Sepedanya terguling ke selokan. Meski sepi, mulut Isnu dibekap juga.
Isnu terus meronta. Tetapi kini kedua pergelangan kakinya dipegang. Dengan mudah tubuhnya diangkat masuk ke mobil. Lima lelaki itu tertawa-tawa. Isnu dibaringkan di atas paha tiga lelaki yang duduk di jok tengah. Mereka membiarkannya berteriak-teriak. Toh tak ada yang akan mendengar.
Suara Isnu nyaris habis. Yang terdengar kini tinggal isak tangisnya. Kedua tangannya pun telah terikat ke belakang punggungnya.
“Jangan…tolong… hik… jangan… aahnngghhh…. ampuunnn….huhuhu…huuu…” Isnu merintih, mengerang dan terus menangis.
Jilbab putih lebarnya tersingkap. Ketiga lelaki itu kini bisa melihat gundukan besar di dadanya yang masih tertutup jubah biru tua. Isnu menjerit histeris ketika dua telapak tangan kasar meremasnya.
“Uhhh… kenyal dan padat. Aku bisa bayangkan hangatnya kontolku dijepit tetek cewek ini. Siapa namamu sayang ?” kata lelaki yang meremas payudaranya sambil memperkeras remasan.
“Aaakhhh…. aduhhhh…akkhhh… Is…Isnuuuu….!” Isnu menjerit.
“Kamu tadi darimana ?” lelaki itu bisa menemukan puting Isnu dari luar bajunya. Dipilinnya kuat-kuat. Isnu pun menjerit lagi.
“Aakkhh…. saya… akkhhh… dari mengajar….adududuhhhhh….” pekik kesakitan Isnu.
“Ooo, jadi kamu bu guru ya ? Guru apa ? TK ?” pilinan di putingnya diperkeras lagi.
“Iya….iyaa….aaawwwwhhh….”
Lelaki yang duduk di tengah menarik turun ritsleting di bagian muka jubah Isnu. Panjang sampai ke perutnya yang ramping. Di baliknya, ada kaus dalam putih. Isnu terisak-isak. Kaus dalamnya ditarik ke atas meliwati dadanya. Di baliknya ada bra putih yang tampak sesak.
“Aiiiiihhhh….” Isnu memekik. Bra itu pun ditarik ke atas dengan kasar. Tiga lelaki itu berebut komentar melihat payudara telanjang Isnu yang montok. Luar biasa putih dan mulus. Saking putihnya sampai urat-uratnya yang biru kehijauan terlihat membayang. Putingnya amat kontras. Agak merah jambu warnanya. Mungil, tetapi tegak dengan areola yang sempit. Kedua putingnya pun langsung jadi sasaran mulut lelaki yang memangku kepalanya. Isnu menjerit sejadinya.
Putingnya kini makin mengacung. Wajahnya merah padam karena malu, takut dan marah yang bercampur jadi satu.
“Kamu sudah kawin, sayang ?” kali ini lelaki yang memangku kakinya yang bertanya. Jemarinya mengelus-elus pinggiran gundukan di pangkal paha Isnu.
“Ooohhh…aakkhhh….aduhhhh…. belum….beluuumm….!” Isnu menjerit lagi. Sebabnya, gundukan kecil itu dicubit keras-keras.
Isnu meronta waktu bagian bawah jubah biru tuanya ditarik sampai ke pinggang. Ada rok dalam putih berenda di baliknya. Rok dalam ini pun dengan mudah ditarik lepas. Kaki kirinya kini dijepit di belakang punggung lelaki itu. Sementara kaki kanannya dipangku. Posisi itu membuat kakinya agak terbuka.
Kedua payudaranya masih diremas-remas. Putingnya terus dipilin-pilin dan ditarik-tarik. Kini kedua pahanya yang mulus pun jadi sasaran raba. Malah kini vaginanya yang tertutup celana dalam putih pun mulai diremas-remas.
“Belum kawin ya ? Tapi sudah pernah ada kontol mampir ke sini belum ?” tanya seorang lelaki sambil menarik bagian muka celana dalam Isnu hingga terselip di antara dua bibir vaginanya. Bagian daging yang menyembul itu tampak putih mulus. Hanya sedikit rambut halus tumbuh di situ.
“Sudah ada kontol masuk memekmu ini belum ?!” bentak lelaki itu sambil menarik sehelai rambut kelamin Isnu. Kulit kelaminnya terangkat sampai akhirnya rambut itu tercabut.
“Aaakhhhh…. awwwhhhhh… belum…. belum…. oohhhh…ampuuunn…huhuuuuu,” Isnu menangis makin keras.
“Berarti kamu masih perawan ya ?” lelaki itu melanjutkan sambil mencubit kedua bibir kelamin Isnu.
“I…iyaa….aduh, jangan… sakiiiit….aiiiihhhh…” Isnu menjerit lagi ketika celana dalamnya dicabik-cabik. Vaginanya kini telanjang. Gundukan mulus dengan belahan yang rapat di tengahnya.
“Coba kita cek !” kata lelaki itu sambil mengangkat kaki kanan Isnu. Akibatnya kini pinggul Isnu mendongak. Isnu menjerit-jerit terus. Tiga lelaki itu mendekatkan wajah mereka ke pangkal pahanya.
Isnu bisa merasakan bibir vaginanya dikuakkan jari-jari kasar. Tiga lelaki itu melihat liang vagina Isnu terbuka lebar. Bagian dalamnya pink. Agak ke dalam terlihat sebentuk selaput yang menutupi liang itu. Mereka bersorak mengetahui Isnu masih perawan. Lalu, ketiganya berebut menciumi vagina gadis itu. Menjilati dan sesekali menggigit-gigitnya. Isnu menjerit-jerit histeris.
“Hoi, sudah sampai ! Sudah, berhenti dulu. Kita lanjutkan di dalam,”
***
Isnu masih menangis waktu didorong turun. Tampaknya ini rumah yang besar. Garasinya saja begitu luas dan memuat tak kurang 5 mobil. Tetapi Isnu tak terlalu memperhatikan itu. Yang ia khawatirkan adalah keselamatannya sendiri. Dan bajunya yang terbuka di sana-sini. Bagian muka jubahnya terbuka lebar. Branya terangkat ke atas dadanya. Payudaranya yang lumayan besar pun berayun-ayun. Lelaki yang duduk di jok depan pun menyempatkan meremas dada dan menarik putingnya.
Isnu digiring ke sebuah ruang yang luas dan terang benderang. Komplotan pemerkosa gadis berjilbab ini pun mengulang strategi yang biasa mereka jalankan. Pertama, melepas ikatan tangan gadis itu. Mereka sungguh menikmati saat gadis-gadis berjilbab yang pemalu dengan tergesa-gesa menutup kembali bagian tubuh mereka yang terbuka.
Lalu, mereka mempermainkan perasaannya dengan memberi dua pilihan. Menurut atau diperkosa beramai-ramai. Menurut artinya, terpaksa menerima pelecehan hebat. Biasanya itu berupa aksi menelanjangi diri sendiri di depan mereka dan direkam kamera, lalu dilanjutkan dengan mengulum penis mereka semua hingga mereka semua orgasme di dalam mulutnya.
Para gadis berjilbab korban mereka biasanya pilih menurut. Lalu, yang tak pernah diperhitungkan oleh para gadis ini. Selalu saja, sekalipun mereka sudah menurut, mereka tetap diperkosa. Dan mereka tak bisa berbuat apapun. Apalagi, rekaman aksi sukarela mereka ada dalam kekuasaan para pemerkosa.
Gadis berusia 22 tahun ini pun mengalami hal tersebut. Ia masih terengah-engah dengan mulut dan wajah belepotan sperma setelah dengan terpaksa membuka seluruh pakaian kecuali jilbabnya, lalu mengoral mereka semua. Di luar dugaannya, kedua tangannya lalu dipegangi dan ia dibaringkan di lantai yang dingin.
Isnu menjerit-jerit histeris. Tetapi sia-sia. Lelaki yang penisnya paling besar jadi orang yang pertama menjebol kegadisannya. Lalu, 4 lainnya segera menyusul. Isnu pingsan saat anusnya untuk pertama kali disodomi. Tetapi itu tak membuat mereka semua berhenti. Bahkan, saat ia siuman, tiga lubang di tubuhnya dimasuki tiga penis sekaligus.
Hampir 5 jam Isnu diperkosa. Tiap orang melakukannya 2-3 kali. Menjelang petang, Isnu dipaksa mandi bareng. Lalu, ia kembali berjilbab dan berjubah. Tetapi, kali ini tanpa pakaian dalam. Ia kemudian dikembalikan ke tempat semula ia diculik. Tetapi, sepanjang jalan ke sana, masih ada yang menyempatkan memaksanya mengulum penisnya hingga sperma kembali harus ditelannya.
Sepedanya masih di sana. Isnu dengan menahan pedih, mengayuh sepedanya pulang. Hari itu, adalah awal penderitaan panjangnya
CERITA DEWASA AKHAT DI GANGBANG : Dokter Qomarul 3 – Awalnya Isnu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar