Minggu, 19 Agustus 2012

CERITA DEWASA AKHWAT DI GANGBANG : Dokter Qomarul 2 – Awalnya Titiek

CERITA DEWASA AKHWAT DI GANGBANG : Dokter Qomarul 2 – Awalnya Titiek, Titiek adalah seorang ibu rumah tangga beranak 1. Usianya baru 29 tahun. Tubuhnya montok dengan kulit kuning langsat. Bagaimana ia bisa bergabung dengan geng pemerkosa ini ?
Awalnya 6 bulan lalu. Titiek hanya sendirian di rumah kontrakannya. Anaknya sedang sekolah di TK. Lalu, dua orang lelaki mengetuk pintu rumahnya.
“Maaf Bu, kami dari Pertamina,” kata seorang dari mereka sambil memperlihatkan kartu identitas berwarna biru.
“Ada apa ya ?” kata Titiek sambil membenahi jilbab putihnya yang agak melorot sehingga beberapa helai rambutnya terlihat.
“Kami sedang survei tabung gas LPG, Bu. Sebab, ada laporan tabung gas di wilayah ini banyak yang bocor,” lanjut lelaki itu. Titiek terlihat ragu.
“Sebentar saja, Bu. Hanya melihat bagian segel tabung,” lanjut lelaki itu.
“Sebentar saja ya ?” kata Titiek sambil akhirnya membuka pintu.
Dua lelaki itu masuk. Titiek menunjukkan tempatnya menyimpan tabung gas di bagian belakang rumah. Seorang di antara lelaki itu mengeluarkan sebilah obeng.
“Kok sepi, Bu ? Bapak kerja ya ?”
“Iya. Sore baru pulang. Anak saya sekolah. 1 jam lagi saya jemput,” sahut Titiek.
“Nggak apa-apa. 1 jam cukup,” kata si pemegang obeng. Titiek tak begitu paham maksud kata-katanya.
Yang jelas, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya diringkus dan ditelikung ke belakang. Titiek hampir menjerit saat mulutnya dibekap.
“Kamu teriak, obeng ini menembus tubuhmu,” ancam lelaki di depannya sambil mengacungkan obeng ke lehernya. “Mengerti ?!” bentak lelaki itu.
Titiek mengangguk-angguk ketakutan. “Kalian, mau apa ?” katanya gemetar saat tangan yang membekap mulutnya dilepas.
“Jangan takut. Kami tak akan menyakitimu. Kamu cuma harus bekerjasama. Ngerti ?” Titiek menggeliat-geliat saat ujung obeng itu disodok-sodokkan ke kedua gundukan payudaranya yang tertutup jilbab.
“I…i…iya, tapi jangan…perkosa saya…” kata perempuan asal Jawa Timur ini ketakutan, sebab ujung obeng kini menekan selangkangannya dan terasa agak sakit.
“Tenang saja. Kalau kamu mau kerjasama, kamu nggak akan diperkosa,” sahut si pemegang obeng.
“Maaf ya, tadi kami bohong. Kami bukannya mau survei tabung gas. Tapi survei tetek dan memek perempuan berjilbab. Nah, sekarang buka pakaianmu. Jilbabmu nggak usah dibuka. Kan yang disurvei perempuan berjilbab,” lanjutnya.
Titiek terkejut dan spontan menyilangkan kedua tangan ke depan dadanya.
“Emoh, aku nggak mau,” katanya. Si pemegang obeng mendekat dan langsung mencengkeram pangkal pahanya.
“Kalau disuruh telanjang saja nggak mau, terpaksa kami memperkosamu !” ancamnya.
Titiek ketakutan. Ia tak punya pilihan lain. Dengan tangan gemetar, ia melepas blusnya. Kedua lelaki itu menonton sambil duduk di kursi di hadapannya. Seorang di antara mereka mengeluarkan sebuah handycam.
“Lho, jangan direkam dong…” katanya memelas.
“Ya, namanya survei harus ada bukti dong,” timpal operator handycam. Si pemegang obeng menyuruhnya melanjutkan melepas sisa pakaiannya.
Lalu, rok panjangnya pun lepas. Kedua lelaki itu menyuruhnya menyampirkan jilbab putihnya ke pundak. Kini Titiek tampak menggairahkan dengan hanya jilbab, bra dan celana dalamnya.
Wajahnya yang putih tampak merah padam saat ia mulai melepaskan kancing pengait bra-nya. Kamera meng-close up kedua payudaranya yang montok dengan puting kehitaman yang mengacung. Titiek makin gemetar saat ia menarik turun celana dalamnya. Akhirnya, ibu muda ini pun tampil hanya dengan jilbabnya. Vaginanya tampak tembam dengan rambut yang agak lebat tetapi seperti tersisir rapi.
Kedua lelaki itu kemudian mendekat. Titiek seperti kesetrum waktu kedua payudaranya disentuh. Diremas-remas dan ditarik-tarik. Putingnya dipilin-pilin dan sesekali ditarik, sementara kamera merekam semuanya. Tak urung ia protes saat seorang di antara mereka mengulum kedua putingnya. Tetapi percuma saja ia protes. Lelaki itu terus asyik mengulum putingnya.
Keduanya kini berlutut di hadapan Titiek. Kakinya direnggangkan. Lensa kamera pun difokuskan ke selangkangannya. Titiek dipaksa menguakkan bibir kelaminnya. Kamera pun merekam gambar bagian dalam vagina Titiek yang kemerahan dan basah.
Titiek kaget bukan kepalang ketika melihat 3 lelaki lain sudah ada di dalam. Spontan ia menutupi payudara dan vaginanya dengan kedua tangannya.
“Nggak apa-apa, mereka juga petugas survei,” kata si operator kamera.
Titiek masih khawatir. Apalagi ia melihat ketiga lelaki itu kini membuka celana masing-masing. Mereka pun mengocok penis masing-masing.
“Tapi kok pakai buka celana segala,” protes Titiek.
Namun, lagi-lagi, protesnya tak ditanggapi.
“Cepat brur, gue nggak tahan lihat memeknya,” kata seorang di antara mereka. Ketiganya kini ikut merubung Titiek. Tangan-tangan mereka langsung meraba payudara dan vagina Titiek.
“Emoh….emoh… tadi katanya cuma telanjang…” protes Titiek.
“Wah. sorry ya, kayaknya teman-teman nggak tahan nih,” kata si operator. “Begini saja. Bagaimana kalau kamu layani mereka baik-baik. Jadi, tidak diperkosa, begitu ?” lanjutya.
“Emoh…emoh…aku nggak mau!” pekik Titiek. Ia menggeliat karena merasa ada jari yang masuk ke liang vaginanya.
“Oke…oke… Begini saja. Kamu kami beri kesempatan agar tidak diperkosa. Kasihan kontol mereka udah pada ngaceng begitu. Kamu emut kontol kami semua. Kalau sampai 5 menit tidak orgasme, terpaksa dilanjutkan dengan memekmu ini. Kalau kamu nggak mau, ya terpaksa kami perkosa kamu. Jadi, berusahalah membuat kami orgasme di mulutmu, ya ?” lanjut si operator. Kali ini sambil memaksa Titiek berlutut.
Titiek tak bisa protes lagi. Kini ia dikelilingi lima lelaki yang menyodorkan penis-penis mereka.
“Ayo mulai !” perintah si operator handycam. Titiek serba salah. Kalau tak dilakukan, berarti 5 lelaki itu segera memperkosanya. Ia memang pernah mengoral suaminya, meski tak sampai orgasme di mulut. Tetapi terhadap lelaki lain ? Telanjang di hadapan lelaki lain saja tak pernah dibayangkannya !
Tetapi, akhirnya ia lakukan juga. Titiek berusaha sekuat tenaga agar lelaki pertama segera orgasme sebelum 5 menit. Ia berhasil ! Pada menit keempat setengah, lelaki itu orgasme, menumpahkan sperma ke mulutnya. Untuk pertama kali dalam hidup, ia mengetahui rasanya sperma !
Titiek senang, tetapi susah. Senang, karena ia berhasil membuat orgasme lelaki pertama. Susah, karena kini mulutnya penuh sperma. Titiek mual. Itu sebabnya ia tak bisa konsentrasi pada lelaki kedua, ketiga, keempat dan kelima. Lewat lima menit, tak seorang pun dari mereka yang orgasme.
“Aaaakkhhhh….. jangaaaaannn…. mmmfff…..mmppphhh….!” Titiek menjerit ketika kedua tangan dan kakinya dipegangi dan kini ia terlentang dengan kaki mengangkang. Jeritnya terhenti karena mulutnya kembali disumpal penis yang besar.
Akhirnya, keempat lelaki itu memperkosanya bergiliran. Ia bahkan juga disodomi. Dua lelaki menumpahkan sperma di rahimnya. Dua yang lain, masing-masing di anus dan mulutnya. Titiek tergolek tak berdaya. Terisak-isak menyesali nasibnya. Saat itulah lelaki yang tadi hanya bertahan empat menit memaksanya menungging. Tak ada gunanya lagi melawan. Tak ada bedanya diperkosa 5 atau 4 orang.
Sejak itulah, kelima lelaki itu menghantui hidupnya. Berbekal foto- foto telanjangnya, mereka leluasa mempermainkannya. Sejak itu, Titiek tak pernah kesepian. Saat suaminya bekerja, ada saja di antara mereka yang datang untuk menidurinya.
Sesekali, Titiek diajak keluar. Titiek tak kuasa menolak. Bahkan, tak hanya lima lelaki itu yang sudah menikmati tubuh montoknya. Titiek sadar betul bahwa ia kini jadi budak seks mereka. Cukup sering ia dipaksa melayani lelaki lain yang berani membayar mahal untuk tidur dengan ibu rumah tangga cantik berjilbab rapi.
Sampai suatu hari, ia diminta, tepatnya diperintah untuk menjalankan skenario perkosaan atas dokter Marul. Skenario itu berhasil berjalan dengan mulus. Kini dokter Marul pun jadi budak seks kelompok maniak ini, bersama Titiek dan Isnu.

CERITA DEWASA AKHWAT DI GANGBANG : Dokter Qomarul 2 – Awalnya Titiek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...