Senin, 15 Juli 2013

Cerita Seru : Pengalaman Pertamaku

Aku ingin meceritakan pengalaman sex dan ini adalah pertama kalinya aku merasakan bagaimana rasanya melakukan hubungan sex dengan wanita apa lagi dengan wanita yang umurnya dua kali lipat dengan umurku. Aku seorang pria yang bernama Idan tapi teman-teman sering memanggil namaku dengan sebutan Jangkis karena sesuai dengan kondisi badanku yang kurus, tapi bukan karena jarang makan tapi memang sudah dari sananya, umurku 20 tahun dan saya tinggal di Gorontalo.

Ibuku punya seorang teman akrab namanya Ibu Rima (Nama Samaran) dia sering datang ke rumah ataupun ibuku juga sering datang kerumah Bu Rima. Bu Rima umurnya kira-kira sekitar 42 tahun, dan kini statusnya janda dengan mempunyai 2 orang anak yang umur anak pertamanya sebaya dengan aku dan anak keduanya umurnya 18 tahun. Suatu hari aku disuruh Ibu untuk mengantarkan uang Bu Rima yang seminggu lalu dipinjam ibuku karena pada waktu itu Ibu kurang sehat jadi aku langsung yang disuruh untuk mengantar uang Bu Rima. Dengan menaiki sepeda milik sepupuku aku langsung pergi kerumahnya Bu Rima. Sesampainya didepan rumah Bu Rima aku memarkir sepeda dibawah pohon yang ada dihalaman rumahnya.

Lalu saya melangkahkan kaki menuju rumah yang terlihat pintu depannya terbuka, langsung saja aku mengucapkan salam. Selang beberapa menit aku kembali mengucapkan salam karena tidak ada satu orangpun yang keluar dari dalam rumah, tak lama kemudian terdengar suara dari ruang belakang suara balasan salam seorang wanita. Dari ruang belakangpun suara yang tadi terdengar kembali berkata masuk saja. Akupun dengan langkah agak lambat memaskui ruang tamu menuju kebelakang dimana suara tadi terdengar. Sesampainya di belakang aku terkejut ketika dari sebuah ruangan keluar sosok wanita yang setengah telanjang sebagian tubuhnya ditutupi handuk tapi handuk itu terlihat agak kecil ditubuh wanita itu hingga pahanya terangkat agak keatas yang membuat aku jadi semakin menikmati pemandangan itu rupanya dia baru saja keluar dari kamar mandi.

"Eh.. Nak Idan, Maaf tadi Ibu sementara mandi, kamu disuruh Ibu kamu ya?"Tanya Bu Rima membuat aku tersadar dari khayalanku yang sedang memandangi tubuh Bu Rima.
"Ii ya Bu, ini ada titipan uang untuk Bu Rima dari Ibu, yang seminggu lalu pernah dipinjam, kebetulan Ibu lagi kurang sehat jadi saya yang disuruh untuk mengantarkan kepada Ibu"Jawabku sambil menyerahkan uang kepada Bu Rima
"Makasih yach, Nak Idan udah repot-repot, silahkan duduk Ibu buatkan kopi dulu"
"Biar saja Bu saya mau cepat pulang, soalnya saya masih ada kerjaan dirumah, kalo begitu saya permisi dulu"

Setelah menyerahkan uang sayapun begrgegas pulang kerumah. Dalam perjalanan pulang pikiran saya kembali mengkhayal kejadian tadi. Pikiranku jadi ngeres, saya membayangkan tubuh Bu Rima walaupun sudah berumur 42 dan berstatus janda yang ditinggal mati suaminya 3 tahun yang lalu hingga sekarang tubuhnya masih terlihat padat, kulitnyapun masih halus belum berkerut. Saya mempercepat kayuh sepedaku ingin rasanya cepat sampai dirumah untuk melakukan onani karena sebenarnya sudah dari tadi saya sudah tidak tahan.

Sesampainya dirumah aku langsung memberitahu Ibu kalau uangnya sudah saya antar, dan langsung masuk kekamar dan mengunci pintunya. Penis saya ternyata sudah berdiri dengan tegang ketika celana jenas kubuka. Sambil membayangkan Bu Rima kalau saja ia mengajak aku bermain sex dengan dia. Aku mengocok-ngocok penisku hingga beberapa menit kemudian air maniku keluar hingga membuat aku lemas terkulai. Beberapa saat kemudian aku membersihkan maniku yang tumpah dicelanaku.

Aku kembali membayangkan kalau saja Bu Rima mau mengajari aku bermain sex dengannya, mungkin itu hanya dalam mimpi saja. Tapi bagiku aku cukup senang bisa mengingat tubuh Bu Rima sambil beronani. Hingga tanpa sadar khayalan itu membuat aku tertidur lelap. Hampir setiap hari setelah kejadian itu aku melakukan onani dengan mengkhayal aku sedang bermain sex dengan Bu Rima.

Beberapa minggu kemudian Ibu menyuruh saya kerumah Bu Rima untuk mengantarkan undangan rapat dikantor kelurahan untuk Bu Rima. Tanpa banyak bicara lagi bercampur hati yang girang aku langsung pergi kerumahnya Bu Rima dengan berjalan kaki menuju rumahnya Bu Rima. Ketika aku sampai dirumahnya Bu Rima pas ditengah perjalanan aku bertemu dengan salah satu anak Bu Rima yang merupakan anak tertuanya. Dia menunggu angkot hendak pergi ke kampus, sayapun langsung menyapa anaknya (sebut saja namanya Rini).
"Rin Ibunya ada dirumah?"Tanyaku.
"Ada, mau ketemu Ibu ya?" jawab Rini.
"Iya, aku disuruh ibuku mengantarkan undangan rapat untuk Bu Rima"
"Sudah kamu antar saja kerumah, aku lagi buru-buru pergi kekampus soalnya aku ada ujian"
"Iya, makasih ya kalau begitu saya kerumah kamu dulu"

Setelah bercakap-cakap dengan anaknya Bu Rima akupun mulai melangkahkan kakiku menuju rumah Bu Rima yang beberapa saat itupun anak Bu Rimapun sudah pergi dengan menaiki angkot. Sesampainya didepan pintu rumah yang saat itu terbuka lebar. Aku mengucapkan salam. 5 menit kemudian aku kembali mengucapkan karena belum ada jawaban dari orang yang didalam, hingga kira-kira hampir cukup lama aku menunggu balasan salam itu tetap tidak terdengar aku langsung masuk saja kedalam barangkali Bu Rimanya lagi di dapur hingga ia mungkin tidak mendengar kalau ada tamu. Aku berjalan memasuki ruang tamu dan terus berjalan untuk kedapur kalau saja Bu Rimanya lagi didapur.

Belum sempat aku sampai didapur dari sebuah kamar aku mendengar suara seperti orang yang sedang mendesah dan merintih kesakitan. Aku mencoba dan memastikan dari mana asal suara itu hingga aku dapat memastikan suara itu ternyata dari dalam kamar yang tertutup. Suara itu semakin terdengar jelas ditelingaku. Dalam hatiku bertanya-tanya suara siapa itu? Aku jadi tambah penasaran ingin mencari tahu siapa yang ada dikamar itu. Tak tahan mendengar suara desahan itu saya mendekati kamar itu dengan sedikit keberanian saya mengintip dari lubang pintu tapi sulit terlihat orang yang ada didalam kamar itu. Semakin bertambah pula penasaranku untuk mencari tahu apa yang terjadi dikamar itu sampai aku mencoba menarik gagang pintu kamar yang ternyata pintunya tidak terkunci.

Dengan hati-hati aku membuka pintu hingga akhirnya aku dapat melihat siapa orang yang ada dikamar itu. Ternyata suara itu adalah suara Bu Rima, tapi kenapa dia merintih kesakitan? Aku jadi ingin lebih untuk memastikan apa yang dilakukan Bu Rima. Perlahan-lahan aku lebih mendekat hingga jelaslah apa yang terlihat dimataku. Ternyata suara itu adalah suara Bu Rima yang sedang melakukan masturbasi sambil memilin-milin buah dadanya yang dilapisi daster sambil satu tangan kirinya sedang asik sedang asik memainkan dibagian vaginanya yang menghadap kearah dinding kamar.

Pemandangan itu membuat jantungku berdetak keras dan penisku langsung berdiri tegak. Bu Rima tidak menyadari kalau aku sedang mengintip dia sudah dari tadi dan dalam hatiku berkata mungkin ini kesempatan untukku dapat bermain sex dengan Bu Rima akan jadi kenyataan. Maka timbullah niat untukku untuk mengerjainya. Akupun nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang. Bu Rima terkejut ternyata ada orang yang sudah lama mengintip apa yang dilakukannya dari tadi.
"Eh.. Idan.. ini apa-apaan.." hardik Bu Rima
"Bu.. tolongin saya dong, Bu.. Tolongin ajari saya bermain sex dengan Ibu" pintaku mencoba membujuknya.
"Ih.. apaan sih..?!" katanya lagi.
"Bu, udah lama saya pingin belajar ngesex sama Ibu" bujukku lagi.
"Tapi aku inikan teman Ibumu.." kata Ibu Rima.
"Bu.. tolong, Bu.. please banget, saya akan jaga rahasia ini baik-baik" rayuku sambil tanganku mulai beraksi.

Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34 b masih ditutupi daster sambil jariku memelintir puting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Bu Rima mencoba menepis tanganku dan menghindari jilatan di dilehernya.
"Jangan Idan.. kita tidak boleh melakukan ini" kata Bu Rima sambil menepis tanganku yang mulai nakal menjalar kebuah dadanya.
Belum habis dia memohon padaku tapi tanganku yang satu lagi kumasukkan kedalam dasternya yang ternyata dia sudah tidak memakai CD lagi. Aku memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku. Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan.

Ibu Rima mulai bereaksi tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah.
"Nak Idan, tolong kamu kunci dulu pintunya, sekalian pintu depannya juga Ibu takut nanti ada yang lihat kita"
Dengan cepat-cepat aku menuju depan untuk mengunci pintu dan balik lagi kekamarnya langsung mengunci pintu kamar kembali menuju ranjang Bu Rima. Aku langsung mendekati Bu Rima dan membuka seluruh pakaianku hingga tiada yang tertinggal dan kami berduapun sudah telanjang bulat.

"Bu, dasternya dilepasin saja ya Bu?" Pintaku.
Dengan beberapa gerakan saja Bu Rima langsung melepaskan dasternya hingga tampaklah buah dada besar Bu Rima yang membuat nafsuku bertambah naik. Dan aku mulai menghisap buah dadanya.
"Achh.. teruss.. nikmat Idan.. oh, ayo.."
Aku semakin bernafsu mendengar desahannya itu, sekitar 5 menit aku menikmati payudaranya.
"Bu, saya jilat anunya Ibu ya?"
"Enakkan, Bu..?" kataku.
"Kamu ternyata pintar juga ya, belajar dimana kamu?"
"Saya biasa lihat-lihat di film porno Bu" ujarku sambil jari telunjukku terus bermain di kelentitnya yang sudah mulai basah dan bibirku terus mencumbui bibirnya, lehernya, dan buah dadanya yang sangat menantang.
"Bu, saya jilat vaginanya Ibu ya?"

Kemudian aku mengangkat kedua kakinya dan mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya. Aku mulai menghisap vagina Bu Rima yang tidak terlalu lebat itu, mungkin ia sering mencukurnya.
"Achh.. terus.. nikmat Idan.. oh.., ayo.. teruss.."
Aku semakin bernafsu mendengar desahannya itu, sekitar 10 menit aku menikmati vaginanya.
"Oh.. sstt.. jilat terus Vaginaku Idan.." Pintanya sambil gemetaran.
Bibirku langsung menjilati selangkangannya. Lidahku menjilati vaginanya yang super becek. Saat lubang kemaluan itu tersentuh ujung lidahku, aku agak kaget karena lubang vaginanya itu selain mengeluarkan aroma mawar rasanya pun agak manis-manis legit.
"Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf. hh.. ooghh.." Ibu Rima mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku.

 Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja dia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini.
"Gimana Bu, nikmat kan, Bu..?" Kataku.
"Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. kok.. nggak jijik.. sih, Idan?" tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya.
"Enggak, Bu.. enak kok.. gimana enak nggak kalau vagina Ibu saya jilat?"
"Iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Dan.. sshhtt.." jawab Ibu Rima sambil terus merintih dan mendesah sambil tubuhnya bergoyang kesana kemari seperti cacing kepanasan.

Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu Rima seperti tersetrum dan mengejang. Memang gaya ini aku buat karena sering menonton film porno. Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya.

Seiring dengan liukanku pinggul Ibu Rima ikut juga bergoyang.
"Ough.. oughh.. ough.. ough.. hmh.. oufghh.." suara itu terus keluar dari mulut Bu Rima menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan.
"Idan.. Idan.. lebih dalam lagi isapnya Ibu mau keluar", teriak Bu Rima.
Bu Rimapun telah mencapai orgasmenya bibir Vaginanya yang sebelah kutarik perlahan dengan bibirku, sambil kugigit dengan lembut. Dia benar-benar menikmati.
"Aduh-aduh enak banget Idan".
Lidahkupun mengaduk-aduk lubang vaginanya yang sudah basah sekali dan sekali-sekali cairan vagina Bu Rima kuhisap tanpa rasa jijik walaupun hal ini baru pertama kali aku lakukan.

Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu Rima memegang batang penisku dan meremas-remasnya.
"Auw.. diapain, Bu..?" tanyaku.
"Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama.." katanya sambil mengurut batang penisku.
Rasanya geli-geli nikmat bercampur sakit sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama. Memang Bu Rima tahu kalau penisku tidak terlalu besar dan panjang tapi bagi dia itu tidak terlalu penting karena dia hanya ingin nafsunya dapat tercapai.

Aku tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya. Aku angkat kedua kaki Ibu Rima dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan kencang. Dengan satu sodokan saja tiba-tiba.. sleb-sleb-bless! Batang penisku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu Rima.
"Aughh.. augh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Dan.." kata Ibu Rima ditengah-tengah deru nafasnya yang sudah mulai tidak teratur.
"Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan kok.." kataku sambil perlahan-lahan memaju mundurkan pantatku hingga penisku masuk semua keliang vaginanya yang indah dan berwarna merah itu.

"Ohh.. ohh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang.." kata Ibu Rima yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru.
Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu Rima berputar-putar seperti penyanyi dangdut.
"Ough.., Bu.. asyik.. banget.. baru kali ini saya merasakan kenikmatan sex!" kataku yang merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya dan jepitan vaginanya yang memutar-mutar penisku.
"Oogh.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. Ibu juga merasa nikmat sekali soalnya baru ini kali Ibu ginian lagi" Ibu Rima terus merintih dan mendesah sambil matanya terpejam menikmati kenikmatan sexual yang nanti kali ini dia merasakan kembali setelah 3 tahun ditinggal suaminya.

Baru sekitar 20 menit dia ingin aku berganti posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Diaupun mau menawarkan variasi lain padaku. Dia ingin berganti posisi diatas tubuhku.
"Sayang.. kamu capek.. yah..?" tanya Bu Rima.
"Gak.." jawabku singkat.
"Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?" godanya sambil mencubit pantatku.
"Gak.. ih.. aku nggak bakalan keluar duluan deh.." kataku sesumbar.
"Awas.. yah.. kalo keluar duluan.." goda Ibu Rima sambil meremas-remas buah pantatku.
"Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku.." kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya.
"Auw.. hi.. hi.. hi.. pelan-pelan dong Idan"

Ibu Rima memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny dengan berguling ke samping kini Ibu Rima sudah berada diatas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk diatas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan puting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku juga duduk dan meraih puting susu itu lalu ku jilat dan kukulum. Ibu Rima mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegang kendali. Ibu Rima kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista.
"Gila, Bu.. nikmat banget..!" kataku sambil terus menikmati permainan sex yang diberikan Bu Rima.

Pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya. Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu Rima tadi itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi.
"Sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enaxx.. ough.." liukan pinggul Ibu Rima yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan.
"Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mau nyampe.." kata Ibu Rima.
"Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh.." kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.
"Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough.."

Ibu Rima merespons gerakanku untuk membantunya orgasme. Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga.
"Aaaughh.. ough.. ough.. ough.. iya.. teruss" Ibu Rima telah sampai pada orgasmenya.
Pada batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang penisku. Ibu Rima menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dengan erangan yang panjang dan nafasnya yang tersengal-sengal seperti orang yang kelelahan. Ibu Rima telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku

"Bu, saya juga sedikit lagi mau keluar, saya keluarin didalam aja Bu ya?"
Dan.. crot.. crott.. crott..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu Rima.
"Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?" tanyaku.
"Eh.. iya, Idan sayang.. Ibu udah lama pengen beginian.." kata Ibu Rima.
"Iya.. sekarang kan udah, Bu.." kataku sambil mengecup keningnya.
"Oh.. kamu.. hebat banget deh Idan, biar penis kamu nggak terlalu besar tapi Ibu puas main dengan kamu" Kata Ibu Rima sambil membelai-belai rambutku dan aku memainkan puting susunya.
"Itu semua kan karena Ibu, Ibu juga hebat apalagi baru kali ini saya juga pingin sekali ginian" kataku memujinya".
Ih.. bisa aja.. kamu.. kita istirahat dulu" sahut Ibu Rima sambil mencubit pinggulku dan turun dari tubuhku.

Ibu Rima masih diatas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari ibuku yang menanyakan kalo undangannya sudah aku antar kepada Bu Rima langsung saja kujawab sudah dari tadi saya antar cuma sekarang aku masih di rumah temanku. Setelah telepon aku tutup Bu Rima menanyakan kalo ibuku tanya apa tadi, akupun bilang sebenarnya aku disuruh untuk mengantar undangan untuk Bu Rima. Akupun mengambil kertas undangannya Ibu Rima dan sebungkus rokokku yang ada di celana jeansku.

Ibu Rima langsung membaca isi undangan itu sambil aku menghisap rokokku yang baru saja kuambil dan tanganku yang satunya pun menjalar diputing susunya, sampai akhirnya tanganku sampai kevaginanya dan mengaduk-ngaduk tanganku didalam liang vaginanya. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya lagi sepanjang siang hingga menjelang malam kami sama-sama kelelahan dan Bu Rima sangat senang sekali main denganku. Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi.

Bu Rima banyak mengajari banyak gaya padaku sampai kami masih melakukannya lagi dikamar mandi. Sampai-sampai aku disuruhnya untuk memasukkan penisku kelubang anusnya yang membuat dia lebih puas ngesex dengan aku, bahkan ketika aku akan pulangpun dia masih mau kalau vaginanya saya jilati dan kami melakukannya lagi sambil berdiri sampai Bu Rima orgasme dua kali. Hal itu aku tidak mau lewatkan. Sebelum aku pulang Bu Rima berpesan untuk menjaga rahasia ini baik-baik, dan setelah kejadian ini dia meminta aku bahwa perbuatan ini hanya satu kali ini saja dilakukan karena dia takut orang nanti akan tahu terlebih oleh kedua anaknya. Akupun mengiyakan permintaan Bu Rima itu sambil mengucapkan terima kasih karena sudah mau mengajari aku.

Setelah kejadian itu hubungan saya dengan Bu Rima tetap baik-baik saja tapi aku tidak pernah meminta Bu Rima melakukan itu lagi karena akupun sangat menghargai dia dan itu adalah pengalaman yang tidak pernah aku lupakan hingga sekarang aku tidak pernah melakukannya lagi baik dengan Bu Rima ataupun dengan orang lain. Demikian kisah ini aku tulis. Bagi yang ingin kirim pendapat atau tanggapan harap kirim email.

E N D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...