Pada akhir tahun 2002, saya mengikuti Rapat Kerja (Raker) yang
diselenggarakan oleh Group Perusahaan saya. Kegiatan Raker seperti itu
sebenarnya hampir setiap tahun di adakan, namun baru kali ini saya
diajak sekaligus menjadi panitia dalam kegiatan tersebut. Saya berharap
dapat mengulang kejadian sebagaimana ketika mengikuti Kursus Kearsipan
(baca: Bonus Mengikuti Kursus). Pucuk dicnita ulam tiba, begitulah
peribahasa yang pas diucapkan, karena dari daftar peserta yang masuk
terdapat nama Wiwik, cewek yang pernah saya ajak kencan kira-kira 3
bulan yang lalu sebelum Raker ini.
*****
Sebenarnya Rapat
Kerja hanya diadakan selama 2 hari, namun atas usul para peserta minta
untuk diperpanjang 1 hari lagi guna memberi waktu bagi peserta berwisata
menikmati pemandangan alam Tawangmangu, suatu tempat rekreasi yang
sejuk di kaki Gunung Lawu.
Rapat Kerja ini diikuti para manajer
yang ada di Kantor Pusat maupun kantor perwakilan. Selain para manajer
dan pimpinan, masing-masing kantor perwakilan boleh menyertakan seorang
staf administrasi sebagai penghubung peserta dengan panitia dan juga
sekaligus membantu panitia menyiapkan berbagai peralatan yang diperlukan
peserta Raker.
Untuk berangkat menuju ke Tawangmangu, perusahaan
menyediakan sarana tranportasi berupa bus full AC, full musik, namun
banyak diantara para peserta yang membawa kendaraan pribadi, termasuk
saya. Tujuan adalah dengan membawa mobil pribadi maka mobilitasnya lebih
tinggi.
Sebagai panitia, saya datang lebih awal untuk menyiapkan
segala keperluan Raker serta mengurus akomodasi bagi para peserta.
Sengaja saya memilih kamar yang agak mojok, dan hanya single bed. Karena
hari Jum'at para peserta diharapkan sudah check in sebelum Jum'atan,
sedang Raker-nya sendiri baru akan dimulai setelah Jum'atan.
Rombongan
bus telah datang, nampak Wiwik dengan pakaian kantor yang cukup serasi
kelihatan lebih seksi dan cantik daripada waktu dulu pertama ketemu.
Payudaranya nampak lebih montok dan menantang. Hatiku jadi berdebar
juga, dag dig dug rasanya. Membayangkan seandainya punya kesempatan
untul ML dengan Wiwik.
"Siang Wuk" sapaku sambil mengulurkan tangan ketika Wiwik memasuki lobby.
"Oh.., siang Om" jawabnya agak terkejut.
"Om disini, sudah lama ya" lanjutnya.
"Ya.., cukup lama juga, kan aku ikut panitia, jadinya datang lebih awal" jawabku agak sombong.
Setelah
mendaftar ulang, kuberi tahu nomor kamar Wiwik ada beseberangan dengan
kamarku. Kebetulan pula bahwa peserta wanitanya ganjil, sehingga satu
kamar yang mestinya untuk 2 orang, maka kamar untuk Wiwik hanya satu
orang saja. Ini memang sudah kuatur agar aku dapat mengulang berkencan
dengan Wiwik lagi.
"Dasar buaya darat" aku bergumam sendiri.
Waktu
menunjukkan pukul 11.45. Semua peserta yang akan ber-Jum'atan sudah
meninggalkan penginapan menuju tempat ibadah. Hanya beberapa peserta
yang tidak Jum'atan, termasuk aku dan Wiwik.
"Tok, tok, tok", kuketuk pintu kamar Wiwik.
"Masuk, nggak dikunci kok" terdengar jawaban dari dalam.
Aku
perlahan-lahan membuka pintu dan ternyata Wiwik sedang santai saja
menata barang bawaannya. Wiwik sudah melepas blazernya dan hanya memakai
atasan you can see serta nampak kalau tak memakai bra.
"Wuk, aku kangen padamu lho" kataku.
"Ngrayu nih ye, siang saja sudah merayu, gimana entar malam ya?" Wiwik menggodaku.
"Kalau malam ya nggak perlu ngerayu, kamu kan udah tanggap sendiri, iya kan?"
"Idiih.., Om kok semakin nakal kelihatannya" lanjutnya.
"Habis.., susu kamu itu lho, yang bikin aku.." kataku lagi.
"Udahlah Om, kalau hanya itu ambil sendiri aja, tapi jangan lama-lama lho" katanya lagi.
Jam
di dinding kamar menunjukkan puul 12.00, berarti ada waktu kurang lebih
45 menit untuk berkencan dengan Wiwik siang itu. Ini waktu yang lumayan
lama untuk satu permaninan panas. Tanpa banyak cakap lagi mulai kukecup
keningnya, lalu kucium matanya, hidungnya, pipinya, dan mulutnya. Wiwik
membalas dengan semangat pula. Makin lama makin intensif aku
meraba-raba seluruh tubuhnya, meremas-remas susunya, dan Wiwik kelihatan
semakin menikmati permainan ini.
Akhirnya mulai kulepas pakaian
atasnya sehingga tampak dua bukit kembar yang montok menantang. Segera
kuemut-emut kedua bukit itu, kupermainkan lidahku di putingnya,
kugigit-gigit, dan kutarik-tarik dengan gigiku, nampak Wiwik
merintih-rintih menahan rasa antara sakit dan enak.
"Oh.. Om.. oh.. " desahnya pelan.
"Oh.. Wuk, kau semakin cantik dan menggairahkan" rayuku pula.
"Oh.. Om, terus-terusin Om.., Om.. teruus" Wiwik terus merengek.
Kami
berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir, saling
meremas, entah berapa lama. Permainan terus berlanjut, Wiwik pun segera
mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar
celanaku. Tahu bahwa "Adik"Ku telah bangun, Wiwik pun segera melepaskan
sabuk dan selanjutnya memelorotkan celanaku. Segera dikeluarkannya
batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Wiwik mengemot-emot,
memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat. Hal ini untuk
sementara membuatku lupa dengan istri dirumah yang setia menungguku.
"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. enak Wuk, teruuss.. aku akan keluar Wuk!"
Dan
crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya dan sebagian
lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
"Enak Om?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk, mulutku rasanya sulit berkata.
"Aku
bersihkan ya Om" dan tanpa berkata lagi Wiwik mengulum-ulum batang
kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih
menempel sampai bersih, sih.
"Ouch.. ouch.., Wuk" aku mendesah keenakan.
Setelah
merapikan pakaian aku segera meninggalkan kamar Wiwik dan menuju
kamarku. Kami telah dua kali melakukan oral seks namun tidak berlanjut
dengan ML. Dan keinginan untuk meniduri cewek itu tetap terpatri dalam
benakku.
Dua hari sudah (lebih tepat hanya satu setengah hari)
para peserta Raker berdiskusi, membahas berbagai macam persoalan yang
ada serta menyusun strategi untuk tahun mendatang. Untuk melepas lelah
pada hari Minggunya para peserta diberi kesempatan untuk rekrasi atau
belanja oleh-oleh khas tawangmangu. Aku dan Wiwik pun juga turut jalan
bersama teman-teman lain. Sampai di pasar para peserta Raker pun
menyebar mencari apa yang dibutuhkan. Aku dan Wiwik pun berjalan berdua
untuk belanja.
"Wuk, belanjanya nanti saja, ya!" kataku.
"Kenapa Om?" Wiwik pun bertanya.
"Kita naik ke Hutan Wisata dulu yuk!" aku mengajaknya.
"Dimana Om lokasinya?" Wiwik bertanya lagi.
"Kesana
itu lho, dari sini menjuju Grojogan Sewu, selanjutnya terus kita naik,
disana ada pemandangan yang sangat indah, kita bisa naik ke menara
pengawas" lanjutku lagi.
"Tapi ada syaratnya lho Om" Wiwik pun berkata lagi.
"Apa syaratnya?" aku balik bertanya.
"Nanti kalau aku kedinginan, Om tanggungjawab lho!" pintanya.
"Oke, kalau itu syaratnya, saya akan cari korek api dulu" sahutku.
"Untuk apa Om? Wiwik pun bertanya lagi.
"Ya untuk menghangatkan, kalau kamu kedinginan" jawabku.
"Om mulai nakal ya!" Wiwik pun berkata sambil mencubit lenganku.
Belum sampai lepas cubitannya, tangannya kupegang, dan kugandeng melanjutkan perjalanan.
Kami
berdua kadang bergandeng tangan dan tidak berjalan menyelusuri jalan
setapak menuju hutan wisata di atas grojogan sewu. Setelah sampai di
menara pengawas, aku mengajak Wiwik naik ke puncak menara melalui tangga
yang cukup tinggi.
"Hati-hati lho Wuk, tangganya licin, karena kena embun" perintahku kepadanya.
Walaupun
hari itu Hari Minggu, namun kelihatannya tidak banyak pengunjung yang
sampai ke hutan wisata, sehingga suasana cukup sepi. Hanya terlihat
beberapa pasang muda-mudi yang agak jauh dari lokasi kami berada.
Terlebih lagi pada saat itu mulai turun hujan rintik-rintik. Untuk waktu
itu kami sudah ada di puncak menara, sehingga tidak kehujanan. Dari
puncak menara ini kami bisa menikmati pemandangan sekitar hutan.
Disamping tidak kehujanan, juga kecil kemungkinannya bertemu dengan
binatang buas maupun yang lain. Yang kami sangat senang pada waktu itu
belum ada yang naik ke menara, sehingga kami hanya bedua saja di menara
pengawas itu.
"Gimana Wuk, indah kan?" aku mulai membuka pembicaraan.
"Iya, sungguh indah, menakjubkan sekali pemandangan alam dari sini ya Om" sahutnya.
"Iya,
sungguh indah terlebih ada kamu disini, hal Ini mengingatkan aku waktu
pacaran dulu, di sini di tempat ini juga aku melakukan kissing, necking,
dan etting untuk pertama kali" sambungku pula.
"Hayo Om mulai nakal ya, kalu sekarang ada aku apa Om mau melakukan hal yang sama?" Wiwik bertanya.
"Siapa takut!" sahutku.
Aku segera memegang kedua tangan Wiwik, lalu mendekapnya, selanjutnya kesentuh dengan jari bibirnya yang mungil.
"Aku ingin mengulangnya, Wuk? Mau kan kamu?" bisikku di telinganya.
Wiwik pun menganggukkan kepalanya.
Aku
segera mengecup keningnya, kemudian mencium bibirnya, serta sekitar
leher. Cukup lama kami berciuman. Kuremas-remas kedua payudaranya yang
mulai menegang. Selanjutnya kutanggalkan jaketnya, terlihatlah
pemandangan yang indah karena Wiwik ternyata hanya memakai kaos singlet,
sehingga kedua bukitnya sedikit mulai, kuning langsat, bersih, sangat
menggairahkan.
"Dingin Wuk?" tanyaku.
"Ya dingin, mana ada tempat yang panas di Tawangmangu" katanya ketus.
"Oke, tempat ini akan segera kubuat menjadi lebih panas" kataku lagi.
Wiwik
pun tak berkata lagi. Mulutku segera kuarahkan ke belahan dadanya.
Kucium, kukecup, dan kucupang hingga nampak merah dibeberapa tempat
sekitar payudaranya.
"Berapa umurmu, Wuk?" aku coba bertanya.
"Ngapain tanya umur segala?" Wiwik balik bertanya.
"Ketika pacaran dulu, cupangku di sekitar payudara dan pusar sebanyak umurnya" sahutku.
"Tebak, ayo berapa, kalau benar nanti selain boleh menyupang sejumlah umurku juga akan kuberi bonus!" perintahnya.
"Bonusnya apa?"
"Tebak dulu dong!"
Aku
sebenarnya tahu umurnya, karena waktu mendaftar kulihat biodatanya.
Umurnya 25 tahun, belum kawin. Mungkin Wiwik sengaja bertanya atau
memang tidak memperhatikan ketika pendaftaran ulang kulihat biodatanya.
Aku justru bertanya-tanya dalam hati. Ah, persetan dengan itu.
"Dua puluh lima!" jawabku mantap.
"Kok Om tahu, hayo dari mana? Kalau ketahuan curang, nanti akan kutuntut!"
"Lho katanya suruh menebak, ya aku tebak saja, betulkan jawabanku, mana bonusnya?"
"Bonusnya terserah Om, pilih mana bagian tubuhku!"
"Oke, aku minta ini, tapi nanti malam" jawabku sambil memegang selangkangannya.
"Nanti malam Om?" tanya Wiwik bengong.
"Terus gimana, nanti sore kan sudah selesai acaranya dan rombongan bus akan pulang?"
"Begini
aja, kamu telpon do'i, malam ini tidak pulang, karena menyelesaikan
tugas merangkum hasil-hasil Raker, dan jangan kuatir aku bawa mobil
sendiri kok, besuk saya antar, oke!" kataku.
"Oke deh, sudah terlanjur kalah taruhan sama Om" lanjutnya.
Perlahan-lahan
kupelorotkan kaos singletnya, kucopot kait BH-nya. Kini Wiwik sudah
tidak memakai pakaian atas. Pemandangan yang lebih indah kini terlihat
nyata. Dua bukit kembar, kuning langsat, sangat menarik untuk segera
kukecup dan kucupang sebagai tanda kemenanganku. Tak berlama-lama aku
memandangi kedua bukit itu, segera kuemut-emut, kugigit-gigit,
kutarik-tarik putingnya dengan gigiku.
"Oh.. Om.. jangan kuat-kuat gigitnya, sakit, Ouh.. trus Om.. teruuss Om"
Wiwik
mulai merengek-rengek. Kuremas, kukecup, kuemut dan terus kuemut bagai
bayi yang kehausan dan menetek ibunya. Untuk beberapa lama kegiatan ini
kulakukan. Selanjutnya aku berdiri, bersandar pada salah satu tiang
penyangga dan Wiwik pun jongkok di depanku terus melepas sabukku,
melepas kancing celanaku, serta menarik ritsluitingnya, segera
memelorotkan celanaku. Batang kemaluanku sudah berdiri menantang bagai
tongkat komando. Wiwik pun tanpa banyak bicara segera mengocok-ngocok
dan mengemut-emut batang kontolku. Menjilat-jilat mulai dari kedua buah
pelir sampai pucuk kontol. Mengemut-emut lagi dan lagi.
"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.." aku meronta-ronta geli keenakan.
Segera kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.
"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. aku akan keluar Wuk"
Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya lagi.
"Enak Om?" tanyanya.
Aku
hanya mengangguk. Kali ini aku bercumbu di tengah hutan, di atas
menara, didiringi rintik hujan yang sudah mulai mereda. Dari arah
tenggara sesekali terdengar deru mobil. Hari semakin siang, hujan suah
reda, beberapa pasang muda-mudi mulai berdatangan di hutan wisata dan
sekitar menara. Aku dan Wiwik segera membetulkan dan merapikan pakaian
masing-masing dan segera turun kembali ke penginapan. Sepanjang
perjalanan menuju penginapan Wiwik kugandeng, kadang kupeluk dengan
mesra. Sampai di penginapan hampir semua peserta telah berkemas-kemas
bahkan ada yang sudah meninggalkan penginapan menuju rumah
masing-masing.
Kulihat Wiwik berjalan menuju Wartel dekat
penginapan. Aku boleh merasa gembira, karena akan dapat bonus dari
Wiwik. Aku segera bergegas menuju kantor penginapan, menginformasikan
kepada penjaga bahwa aku dan seorang peserta lagi pulangnya besok siang.
Pemilik penginapan pun mengijinkan aku tetap bermalam di penginapannya
sampai esok hari. Bahkan masih disediakan makan malam dan sarapan pagi.
Kulihat
Wiwik telah selesai telpon di Wartel, namun tidak segera menuju
penginapan, tetapi mampir ke toko di seberang jalan. Kiranya Wiwik
membeli beberapa makanan kecil dan beberapa botol minuman suplemen.
Wiwik pun berjalan menuju tempat di lobby penginapan, setelah dekat
kuminta dia untuk memindah barang-barangnya ke kamarku.
Udara
sore itu cukup dingin, aku tidak berani mandi, karena pemanas air di
penginapan rusak. Aku hanya membasuh muka, tangan dan kaki saja. Wiwik
pun demikian juga. Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.00. Jatah makan
malam yang biasanya di restoran kali ini kuminta pada petugas untuk
diantar ke kamar saja, karena akan kumakan setelah berita TV jam 21.00,
sebab sore ini aku telah makan bakso di seberang jalan.
Kini di kamarku hanya aku dan Wiwik.
"Wuk, mana bonusnya?" tanyaku membuka percakapan.
"Nih, ambil sendiri!" perintahnya.
Aku
segera memeluknya, menciumnya, dan mulai melepaskan pakaiannya satu
bersatu. Kini Wiwik telah telanjang bulat. memeknya kelihatan kayak
apem, bulat, empuk. Payudaranya yang cukup besar, kenyal segera
kuemut-emut, kesedot-sedot. Wiwik pun mulai mengerang-erang. Kuhitung
cupang yang ada disekitar payudaranya, ternyata baru 24.
"Wuk, cupangannya baru 24, belum genap 25 lho" kataku.
"Mau genepin atau tidak terserah Om" katanya pula.
"Nih. tak tambahi satu tempat lagi, biar genap 25" kataku.
Segera
kecupannya kuarahan ke memeknya. Kukecup-kecup memeknya, kusedot-sedot
lubang kewanitaanya. Wiwik pun menjerit-kerit dan tak lama kemudian
mengalir lendir dari vaginanya. Wiwik telah orgasme. Selanjutnya
kupermainkan lidahku dibibir vaginanya, menjilat-jilat klitorisnya dan
lidahku terus mengobok-obok vaginanya.
Aku mengambil napas sebentar. Kutinggalkan dia yang telanjang bulat ditempat tidurku.
"Mau kemana Om?" tanyanya.
"Mau minum dulu, kulihat tadi kamu beli minuman suplemen?" aku balik bertanya.
"Oh, iya, tuh ambil di tas kresek hitam!" perintahnya"jangan lama-lama lho Om, dingin nih" katanya lagi.
Aku
segera mengambil sebotol dan meminum habis. Aku mulai menanggalkan
pakaianku. Kini aku dan Wiwik telah sama-sama telanjang bulat. Segera
kudekati Dia dari arah kepala kucium mulai keningnya, matanya, bibirnya,
susunya, terus turun ke pusar dan akhirnya tepat di vaginanya
kuobok-obok lagi dengan lidahku. Wiwik pun segera menangkap kontolku
yang sudah tegang di atas mulutnya. Lidahku kumainkan di lubang
kewanitaanya, wiwik pun mengerang-erang namun kurang jelas katanya
karena kini sudah tersumbat oleh batang kontolku. Aku terus
menjilat-jilat bibir vaginanya, dan kontolku pun dikemot-kemot,
disedot-sedot.
"Ouh Wuk.. Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. aku akan keluar Wuk"
Dan tumpahlah spermaku dalam mulutnya untuk kesekian kalinya dan semua cairannya ditelan habis.
Setelah
istirahat dan minum suplemen, tak berapa lama aku segera berbalik dan
melanjutkan mengambil bonus. Perlahan-lahan kubuka pahanya yang putih
mulus dengan selangkangan yang sangat menantang. Perlahan-lahan
kumasukkan batang kontolku ke liang senggamanya. Sedikit demi sedikit
masuklah kumasukkan batang kontolku dan akhir semua batang kontolku
masuk ke dalam memeknya. Kuangkat sedikit lalu kusodokkan lagi, terus
dan terus. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.
"Om, perih om, berhenti dulu Om" rintihnya.
Namun aku tak mempedulikannya. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.
Segera kugenjot lagi kontolku dalam vaginanya, terus dan terus..
"Ouh.. Ouh.. Omm.. Omm.. terus, teruss Om.. aku akan keluar lagi Om.."
"Ouh Wuk.. Oh.. Wuk, aku juga akan keluar Wuk, kita bareng-bareng Wuk".
Akhirnya aku dan Wiwik mncapai puncak bersama-sama.
Malam
itu kami bermain sepuas-puasnya, dengan berbagai gaya dan posisi.
Kemudian kami tidur dengan satu selimut tebal masih dalam keadaan
telanjang bulat sampai pagi, lupa makan malamnya. Setelah kami berdua
mandi dan sarapan pagi, segera berkemas meninggalkan penginapan. Tak
lupa kuberi tips pada petugas jaga pagi itu. Kemudian kami menuju mobil
dan segera melesat kembali ke kota. Aku antar dulu Wiwik ke terminal
bus. Sesampai di terminal bus, kami segera berpisah. Kujabattangannya
dengan erat.
"Terimakasih ya Wuk atas bonusnya" kataku.
"Terimakasih kembali, Om, sampai jumpa di lain kesempatan" katanya sambil melambaikan tangannya.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar