Namaku Heri, umurku sekarang ini 26 tahun. Ini adalah pengalamanku yang
benar-benar nyata dengan Ibu mertuaku. Umurnya belum terlalu tua baru
sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kawin. Ibu mertuaku
bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan langsing dan
singset seperti perawan. Tak heran sebab hingga kini ia masih
mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing.
Singkat
cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa
selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku.
Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu
pertamanya itu. Aku biasa mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu
turun hujan ditengah perjalanan. Karena sudah basah kuyup dan hari sudah
menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras
itu.
Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu
menghangatkan badan. Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena
kakak iparku tinggal ditempat lain. Sedangkan adik iparku yang biasa
menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku
untuk menjaga istriku.
"Kamu mandi aja deh sana, Her" Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi
"Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh" Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu
"Udah..
Ibu disini aja" Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan
cuci piring diluar kamar mandi. Karena disitu juga ada air keran.
"Yah.. udah deh" Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi.
Suasana
waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu
bohlam 5 watt. Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang
sebenarnya ketika ia telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu
kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah
basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia
membelakangiku.
Aku perhatikania mencopot kaus T-shirt-nya ke
atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit
pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas. Adegan
yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret..
celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya.
Jreng..! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu
menantangku.
Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan
lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Aku nekat
untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang.
"Eh.. Her.. ini apa-apaan.. Her" hardik Ibu mertuaku.
"Bu.. tolongin saya dong, Bu" rayuku
"Ih.. apaan sih..?!" Katanya lagi
"Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu" bujukku lagi
"Tapi aku inikan ibumu" Kata Ibu mertuaku
"Bu.. tolong, Bu.. please banget" rayuku sambil tanganku mulai beraksi.
Tanganku
meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku
memelintir puting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya.
Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging
kecil itu dengan jariku. Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya
tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai bereaksi. Tangannya yang
tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor. Dia
membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai
mendesah-desah.
"Dikamar aja yuk, Bu" bisikku
Aku papah Ibu
mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka kedua
kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan
batang penisku. Tapi aku belum mau memulai semua itu.
"Tenang aja dulu, Bu. Rileks aja, Ok?" Kataku.
Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya.
"Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh" Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku.
Dia
sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia
merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu
ini.
"Enak kan, Bu..?" Kataku
"Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?" Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya.
"Enggak, Bu.. enak koq.. gimana enak gak?"
"Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt" jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah.
"Itu baru awalnya, Bu" Kataku.
Kali
ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu
dengan lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum
dan mengejang. Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap
dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya
dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang
vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya.
Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang.
"Ough..
sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh..
oufghh.. sshhtt" suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku
menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan.
Aku sudahi oral sex
ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku
arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu
mertuaku memegang batang penisku dan meremas-remasnya.
"Auw.. diapain, Bu..?" Tanyaku
"Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama" Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku.
Rasanya
geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit. Sepertinya hanya
diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut
urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah
sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama.
"Guedhe.. juga.. punya kamu, Her" Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang penisku.
"Iya dong, Bu" Kataku.
Kali
ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang penisku. Tangan
yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti
mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya.
Tak lama kemudian..
"Egh.. yah.sudah.. pelan-pelan.. yah sayang"
Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan
mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang
vaginanya.
Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan
dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang
penisku yang sedari tadi sudah keras dan kencang.
"Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Her" Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya.
"Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq" Kataku sambil perlahan-lahan mendorong penisku masuk ke liang vaginanya.
"Ih.. punya kamu guedhe banget, sayang.. ini sih.. gak normal"Katanya
"Kan tadi udah diurut, Bu" Kataku.
Aku
teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku
tidak merasa istimewa dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm
dengan diameter sekitar 3 cm.
Dengan sedikit usaha.. tiba-tiba..
SLEB-SLEB-BLESS! Batang penisku sudah masuk semua dengan perkasanya
kedalam liang vagina Ibu mertuaku.
"Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang" Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru.
Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut.
"Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!" Kataku sambil merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya.
"Ough..
sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh" Ibu
mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus
mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual.
Baru sekitar 30
menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi.
Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan
variasi lain pada Ibu mertuaku..
"Eh.. Ibu yang di atas deh" Kataku.
"Kenapa, sayang.. kamu capek.. yah..?" Tanyanya.
"Gak" jawabku singkat.
"Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?" Godanya sambil mencubit pantatku.
"Gak.. ih.. aku gak bakalan keluar duluan deh" Kataku sesumbar.
"Awas.. yah.. kalo keluar duluan" Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah pantatku.
"Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku"Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya
"Auw.. hi.. hi.. hi" Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny.
Dengan
berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku.
Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku
bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada
seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih
kencang dengan puting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku juga
duduk dan meraih puting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum. Ibu
mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini
cukup ia yang pegan kendali. Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan
pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista.
"Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. ough.. egh.. hmf" desah Ibu mertuaku.
"Gila, Bu.. enak banget..!"
"Ough..
sshhtt.. ough.. sshtt.. ough" Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil
terus meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang penisku yang berada
didalam liang vaginanya.
Tanganku meremas buah dadanya yang tak
terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi
meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa
lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi
itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi.
"Ough..
sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enak..
ough" liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah
semakin liar naik turun maju mundur tak karuan.
"Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo nyampe" Kata Ibu mertuaku.
"Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh" Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.
"Egh..
iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough" Ibu
mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme.
Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga.
"Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh.. AAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH" Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya.
Pada
batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras
membasahi batang penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan
menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal. Ibu mertuaku telah
berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang
didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti
menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT.. CROTT.. CROTT..! muncrat
semua air maniku diliang vagina Ibu mertuaku.
"Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?" Tanyaku
"Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu udah lama pengen beginian" Kata Ibu mertuaku
"Iya.. sekarang kqn udah, Bu" Kataku sambil mengecup keningnya
"Oh.. kamu.. hebat banget deh, Her" Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku.
"Itu semua kan karena Ibu" Kataku memujinya
"Ih.. bisa aja.. kamu" sahut Ibu mertuaku sambil mencubit pinggulku.
Ibu
mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari
istriku yang menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku.
Setelah telepon di tutup aku memekik kegirangan. Setelah itu kami
melakukan pemanasan lagi dan melakukannya sepanjang malam hingga
menjelang subuh kami sama-sama kelelahan dan tidur. Entah sudah berapa
kali kami bersenggama dalam berbagai posisi. Pagi harinya kami masih
melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku
sarapan dan pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar