Namaku Ridwan, umurku 25 tahun, wajahku biasa-biasa saja, postur tubuhku
juga standar, tinggi 168 cm dan berat 55 kg. Tapi entah kenapa sejak
sekolah dulu banyak sekali wanita yang mengejar-ngejarku. Mungkin karena
otakku yang cerdas dan kepandaianku bergaul atau karena aku memang
memiliki daya tarik sendiri. Aku tinggal di suatu daerah strategis di
jakarta selatan. Aku seorang wiraswastawan. Aku membuka sebuah toko
handphone (HP) di wilayah perkantoran di Jakarta Selatan.
Kisahku
berawal kurang lebih 2 tahun yg lalu. Dengan kepandaianku berdagang,
saat itu aku telah memiliki banyak pelanggan di tokoku. Kebanyakan dari
mereka adalah para karyawan yg bekerja di wilayah perkantoran itu. Salah
satunya sebut saja Mbak Ella, usianya 37tahun. Ia adalah seorang
manager di suatu perusahaan. Wajahnya cukup menarik, dengan kulit putih
bersih. Tubuhnya sangat seksi, padat, dan berisi. Maklum karena dia
sering aerobik dan olahraga. Yang menjadi pusat perhatianku adalah
payudaranya. Bentuknya tidak terlalu besar, tapi terlihat serasi dengan
postur tubuhnya. Aku sering membayangkan jika suatu saat bisa meremas
bahkan meminum susunya.
Setiap jam makan siang Mbak Ella selalu
mampir ke tokoku. Terkadang membeli voucher, cashing HP, atau sekedar
ngobrol denganku. Mungkin karena wawasanku yg luas, aku bisa mengimbangi
pembicaraannya. Karena itulah ia senang menghabiskan jam istirahatnya
di tokoku. Aku akui, aku sering grogi bila dekat dengannya. Gayanya
sedikit centil dan genit. Tapi yg membuatku salah tingkah adalah postur
tubuhnya. Kadang aku tak tahan untuk melahap tubuh yg seksi itu. Apalagi
bentuk bibirnya ketika berbicara, uhh aku ingin segera mengulumnya.
Mbak Ella adalah fantasi seksku ketika beronani.
Aku masih ingat
betul, hari itu adalah hari minggu, kurang lebih jam 5 sore. Aku sedang
istirahat di rumah ketika HPku berdering.
"Hallo Ridwan, selamat sore. Maaf mengganggu, kamu lagi sibuk gak?" ternyata Mbak Ella yang menelponku.
"Enggak
kok Mbak. Saya sedang istirahat. Kalo boleh tahu, ada apa nih sore-sore
telepon, mau ngajak makan apa nonton. He.. he..?" candaku.
"Ah kamu, kalo masalah itu sih gampang. Tapi ada yg lebih penting nih?"
"Ada apa Mbak?" aku jadi penasaran.
"Begini,
tadi tiba-tiba saja HPku rusak, tidak ada suaranya. Kamu bisa gak ke
rumahku sekarang? Masalahnya besok pagi-pagi aku harus berangkat ke luar
kota, kalo gak ada HP, wah bisa kacau dong. Kamu bisa kan?"
"Ok deh, demi Mbak saya selalu siap. Tapi dimana alamat rumah Mbak?"
Setelah mendapat alamat yg diberikan aku segera berangkat kesana.
Jam
tujuh tepat, aku telah sampai di depan sebuah rumah mewah di suatu
kawasan elit di jakarta selatan. Hujan turun rintik-rintik. Setelah
diperbolehkan masuk oleh satpam, aku segera memasuki rumah itu. Mbak
Ella menyambutku dengan senang hati. Aku benar-benar terpesona melihat
bentuk tubuhnya. Saat itu ia mengenakan pakaian senam yg sangat seksi,
buah dadanya terlihat begitu menonjol, seperti mau keluar dari
tempatnya, dan bongkahan pantatnya benar-benar menggiurkan.
"Hallo keren, silahkan masuk. Kamu santai aja dulu disini, Mbak mau mandi dulu, panas bangat nih!"
Ketika
ia berjalan, mataku tak terpejam melihat bentuk tubuhnya dari belakang.
Indah sekali. Sampai kemudian pembantunya datang membawa segelas jus
jeruk. Aku langsung meminumnya. Ah segar sekali.
Lima belas menit
kemudian Mbak Ella keluar lagi dari kamarnya. Wow, benar-benar
pemandangan yg luar biasa. Kali ini Mbak Ella hanya mengenakan daster yg
sangat tipis. Dengan daster itu sampai-sampai aku bisa mengetahui kalau
ia tidak memakai BH lagi dan mengenakan CD warna pink. Kemudian ia
duduk di depanku dan menyerahkan HPnya.Aku langsung membukanya.
Saat
aku menservis HPnya, sering kali badannya membungkuk melihat apa yg
sedang kukerjakan. Ketika aku menoleh, ya ampun kedua bukit kembarnya
terlihat begitu jelas, begitu menantang. Sepertinya ia sengaja
memperlihatkan bukit kembarnya itu. Kemudian ia duduk disebelahku untuk
melihat lebih jelas apa yg sedang kukerjakan. Ia masih juga suka
membungkuk. Sampai suatu saat lenganku refleks menyenggol buah dadanya.
"Aduh, maaf Mbak, gak sengaja."
"Oh, gak apa-apa kok. Aku yg sorry nih udah ngeganggu". Ia pun sedikit menjauh.
Jam
21.00, HP Mbak Ella telah selesai kuservis. Setelah basa-basi aku pamit
pulang tapi ia melarangku karena hujan diluar deras sekali. Mbak Ella
kemudian mengajakku makan malam. Kebetulan sekali, perutku memang sudah
lapar. Sambil makan kami mengobrol kesana kemari, sampai Mbak ella
menceritakan kehidupan pribadinya. Ternyata ia adalah seorang istri
nahkoda kapal. Tapi entah kenapa sudah 5 tahun lebih suaminya tak
memberi kabar apapun. Selesai makan kami kembali ke ruang tamu.
"Wan,
Mbak merasa kesepian. Maukah kamu menolong Mbak?" Bagai disambar petir
aku kaget sekali dengan kata-katanya itu, walaupun aku sudah faham
maksudnya.
"Menolong gimana maksud Mbak?"
"Ya mengobati rasa sepi Mbak, kamu mau kan Wan, please?"
"Iya, tapi bagaimana ya Mbak, saya belum pernah melakukannya, saya gak bisa"
"Gak usah khawatir, nanti akan Mbak ajarkan."
Sambil
berkata begitu ia langsung menghampiriku dan mulai mencium bibirku.
Sebagai lelaki normal, akupun langsung membalas ciumannya. Bibir kami
saling berpagut, lidah kami saling menggigit, saling sedot. Cukup lama
kami menikmatinya.
"Ayo puaskan Mbak sayang.. ah.. ah." suaranya
hanya mendesis ketika ciumanku berpindah ke pipi, kening, turun ke leher
dan telinganya.
Akupun gak mau ketinggalan. Tangan kiriku mulai
menjalar di pahanya. Kusingkapkan dasternya, benar-benar mulus sekali
pahanya. Kuremas-remas sampai ke pangkal pahanya. Ketika sampai ke
CD-nya, kumasukkan kedua jariku, dan ku garuk-garuk memeknya.
"Ah sayang. Kamu nakal ya"
Aku
tidak menghiraukannya. Sementara itu tangan kananku memeras halus buah
dadanya dari luar. Tangannya pun tak mau ketinggalan memegang bahkan
mencengkram keras kontolku dari luar. Terasa sakit tapi aku
menikmatinya.
Tapi tiba-tiba ia melepaskan pelukannya dan memegang tanganku.
"Jangan disini, gak enak kalo terlihat pembantuku, di kamarku aja."
Setelah
menutup pintu kamar, ia langsung menarikku dan menjatuhkanku di
ranjangnya. Dengan ganasnya ia menciumiku, seperti seekor macan yg
sedang melahap mangsanya. Terus ke bawah dan ke bawah. Setiap jengkal
tubuhku tak luput dari ciumannya. Kemudian ia membuka resleting celanaku
dan langsung mencengkram rudalku.
"Wan, punya kamu boleh juga. Apa ada wanita lain yg pernah memegang kontol kamu ini Wan?"
"Belum Mbak, kecuali ibuku waktu kecil dulu. Apa Mbak mau.."
Belum
selesai kata-kataku, ia telah mengulum, menghisap, kadang meremas
kontolku. Pintar sekali ia memainkan adik kecilku. Beberapa menit
kemudian, aku sudah merasakan seperti ada lahar panas yg mau keluar.
"Mbak, aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ahh.. nikmat sekali Mbak".
Aku
pegang kepalanya dan aku tahan agar ia tidak melepaskan kulumannya.
Crot.. crot.. crot keluarlah air pejuku di dalam mulutnya.
"Terus sayang, terus.. ah.. Peju kamu enak sekali, keluarin terus, ah peju kamu asin tapi uenak tenan"
Dengan rakusnya ia meminum habis pejuku. Kemudian kami istirahat sejenak.
"Mbak, sekarang giliran saya yg akan puaskan Mbak" Kemudian akupun langsung menerkam tubuhnya.
"Sabar sayang, buka bajunya dulu donk."
Kamipun
membuka pakaian kami masing-masing. Setelah telanjang bulat, langsung
kubaringkan ia. Kuciumi senti demi senti tubuh mulusnya. Dari atas ke
bawah sampai kepada memeknya. Kurenggangkan kedua pahanya.
"Ayo
sayang.. puaskan.. Mbak.. ya.. ohh.. oohh." Kata-katanya terus meracau,
apalagi ketika aku melahap habis memeknya dengan mulutku, kadang
kusedot, kuhisap, dan kugigit dengan lembut itilnya.
"Ah.. ennak ssayang.. kamu ppinnttarr.. ohh.. oohh"
Aku
sudah tidak mempedulikan kata-katanya. Aku makin asyik dengan mainan
baruku. Kumasukkan kedua jariku kedalam lubang memeknya. Kukocok
perlahan lahan. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang kesetanan, kedua
teteknya bergoyang kencang. Aku pun meraih teteknya itu. Dengan tangan
kiriku, aku pelintir puting susunya yg sebelah kiri dan mulutku kini
menggigit halus puting kanannya. Sementara kedua jari tangan kananku
tetap mengocok lubang memeknya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat
pula ia meronta. Kedua kakinya ia jepitkan diatas tubuhku. Sampai
akhirnya ia menggelinjang hebat, kedua tangannya mencengkram keras
kepalaku. Akhirnya ia mencapai orgasmenya. Ia terkulai lemas.
Ditekan-tekannya kepalaku. Aku mengerti maksudnya.
Sekarang
giliranku meminum cairan kenikmatannya. Kutelan habis semuanya dan
dengan lidahku, kubersihkan daerah memeknya. Kemudian aku naik keatas
dan mulai mencium bibir, leher dan telinganya. Akupun turun menghisap
kedua susunya. Terkadang kugigit putingnya bergantian. Ia hanya mengeluh
merasakan nikmatnya. Beberapa menit kemudian ia sudah terangsang lagi.
"Ayo sayang. Aku sudah tak tahan lagi. Masukin sayang, Masukin yah please.."
"Iya Mbak, aku juga sudah tidak sabar ingin merasakan memek Mbak yg nikmat ini"
Ia
mengangkangkan kedua pahanya, dan membimbing burungku memasuki
sarangnya. Perlahan lahan kontolku masuk, sampai..bless. Aku berhenti
sejenak ketika seluruh kontolku masuk ke memeknya.Oh hangatnya.
"Ayo sayang, goyang sayang ohh.. ohh" Kedua tangannya memegang pantatku dan membantu gerakan pinggulku.
Cukup lama aku mengocoknya, akhirnya kupercepat kocokanku ketika kurasakan lahar panas akan keluar lagi dari kontolku.
"Mbak, oh..aku mau keluar. Di keluarin dimana nih ohh.. oohh"
"Mbak
juga mau keluar, ohh.. oohh sama-sama ya sayang.. ohh.. di dalam aja
gak apa-apa. Ohh barengan yah." Akhirnya bersama-sama kami mencapai
orgasme.
Tubuhku kurebahkan disampingnya. Ia memelukku dan menciumku.
"Terima kasih ya sayang. Kamu benar-benar hebat."
"Mbak
juga hebat. Terima kasih Mbak telah mengajarkan saya. Mbak, kalo boleh
saya tau, kenapa Mbak memilih saya? Bukankah banyak gigolo diluar sana
yg lebih hebat dari saya?"
"Ha.. ha.. Mbak pilih kamu karena Mbak
suka kamu. Kamu mempunyai daya tarik sendiri yg aneh Wan. Mbak juga
yakin kamu pasti bersih"
Ia tersenyum kemudian menciumku dan
merebahkan kepalanya di dadaku. Malam itu kami masih melakukannya lagi
beberapa kali sampai pagi. Bahkan ketika paginya kami mandi
bersama-sama. Mbak Ella benar-benar kagum dengan keperkasaan dan
permainan ranjangku. Padahal, itu adalah pengalaman pertamaku. Mungkin
karena aku sering nonton film BF, karena yg aku lakukan hanya meniru apa
yg aku tonton. Tapi kuakui, aku juga banyak belajar dari Mbak Ella.
Dialah yg telah merenggut keperjakaanku.
Kemudian kami sarapan bersama. Sekali lagi ia mengucapkan banyak terima kasih padaku. Akupun pamit pulang.
Jam 12 siang HPku berdering, ada SMS masuk. Oh ternyata Mbak Ella.
"Hai sayang, Mbak pergi dulu yah, gak lama kok. Jaga diri baik-baik yah. Sampai ketemu lagi. Daag"
Bagiku seminggu adalah waktu yg lama. Aku benar-benar merindukannya.
Dua hari kemarin, saya benar-benar lelah, karena saya harus melayani Ci
Virra. Siapakah Ci Virra? Ia adalah seorang warga keturunan. Ia seorang
wanita karir. Umurnya sekitar 42 tahun. Tubuhnya gemuk dan nafsu seksnya
sangat tinggi. Saya benar-benar kewalahan melayaninya. Tapi dia
benar-benar kagum dengan kehebatan saya. Ia ketagihan, kapanpun kalau ia
sedang horny, ia minta saya harus siap melayaninya.
Saya pasti
akan menceritakan bagaimana hubungan saya dengan Ci Virra di lain waktu.
Sekarang saya akan melanjutkan kisah saya dengan Mbak Ella. Masih ingat
kan?
Seminggu sudah berlalu. Saya benar-benar merindukan Mbak
Ella. Setiap hari kalau saya lagi horny, saya cuma bisa beronani dengan
membayangkan tubuh seksinya. Entahlah, semenjak usia 12 tahun saya sudah
sering beronani, dan yang menjadi fantasi seks saya pasti wanita-wanita
dewasa. Saya lebih bergairah bila mengkhayalkan mereka. Dan khayalan
itu pertama kali terwujud dengan Mbak Ella. Saya memang memiliki
beberapa pacar, tapi tak ada gairah sedikitpun untuk ngeseks dengan
mereka. Mungkin saya mengidap penyakit sindroum complex, kalau tidak
salah.
Hari itu sekitar pukul 6 sore. Aku sedang di toko, sepi sekali, benar-benar BT. Tiba-tiba HPku berdering.
"Hallo sayang, apa kabar? Kangen ga sama Mbak? Kamu lagi ngapain?", suara merdu yang sedang kutunggu-tunggu.
"Ah enggak kangen kok. Biasa aja tuh. Mbak lagi dimana?"
"Ih
kamu jahat deh. Mbak lagi di Jakarta, di kafe XX. Mbak juga enggak
kangen sama kamu, Mbak cuma kangen sama burung kamu. Apa burung kamu gak
rindu sama sarangnya? Kesini yah? Mbak tunggu!"
"Ok deh Mbak, nanti saya suruh burung saya terbang kesana."
Mbak
Ella hanya tertawa. Aku pun segera menutup toko lalu bergegas mandi.
Aku mambayangkan betapa indahnya malam nanti. Aku akan bertempur
habis-habisan dengan Mbak Ella. Membayangkannya saja sudah nikmat,
apalagi mencicipinya.
Sebelum jam 8 malam aku telah sampai di
kafe itu. Setelah masuk ke dalam dari sudut kafe ada wanita sedang
melambaikan tangan. Itulah Mbak Ella, wanita yang kurindukan selama ini.
Dia tidak sendiri, disebelahnya ada seorang wanita lagi. Dari raut
wajahnya terlihat kalau dia sudah berumur, mungkin hampir 50 tahun.
Namun begitu ia terlihat begitu anggun dan berwibawa dengan menggunakan
kemeja biru dan rok panjang.
Mbak Ella memperkenalkanku padanya.
Ibu Lis namanya. Beliau adalah direktur utama di tempat Mbak Ella
bekerja. Pantas saja kalau Mbak Ella terlihat begitu hormat padanya.
Setelah lama berbincang-bincang, tiba-tiba saja Mbak Ella pamit pergi.
"Wan, Mbak pergi dulu ya, ada urusan mendadak, kamu tolong temani Ibu Lis ya!" Aku hanya menganggukkan kepala.
Setelah mencium keningku ia langsung pergi. Aku hanya terdiam dan menunduk karena kulihat Ibu Lis memperhatikanku dengan serius.
"Hey, kok diam aja. Jangan takut donk, memangnya Ibu mau menerkam kamu. Kita jalan yuk, cari udara segar."
Aku
hanya tertawa kecil ketika ia mencubit pipiku kemudian menggandeng
tanganku keluar dari kafe itu. Selama dua jam kami keliling kota. Ibu
Lis menceritakan pengalaman hidupnya, dari bisnis sampai keluarga. Kini
ia telah menjanda dengan dua orang anak yang tinggal di luar negeri dan
sudah menikah. Menurutnya semua telah diraihnya, kecuali satu, belaian
hangat dan kasih sayang dari seorang pria. Suaminya telah meniggalkannya
lima tahun yang lalu. Ah seperti yang kuduga akhirnya ia megutarakan
maksudnya. Ia ingin malam ini aku mengobati kesepiannya, memuaskan
hasrat biologis yang selama ini tersimpan. Ia akan memberikan apa yang
kuminta asal aku dapat memuaskannya. Aku hanya mengganggukkan kepala,
tak kusangka wanita yang sebelumnya terlihat begitu tegar, angkuh, kini
menangis di depanku.
Tepat jam 12 kami check in di sebuah hotel
mewah di kawasan kota. Begitu sampai di kamar, tak kusangka bagaikan
macan kelaparan ia langsung menerkamku, menjatuhkanku diatas kasur.
Dengan kasar ia melepas pakaianku, membuka celanaku, dan langsung
memakan kontolku.
"Ah.. ohh pelan-pelan Bu, sakit nih, ohh.. hisap Bu, hisap!"
"Maaf
Wan, ahh Ibu sudah lama gak ngemut barang yang enak ini. Kontolmu gede,
panjang lagi, ohh beruntung sekali istri kamu nanti. Ehmm enak Wan."
Ibu
Lis memang hebat memanjakan kontolku. Baru sepuluh menit, sudah
kurasakan lahar panas akan keluar. Kutekan kepalanya kedalam ketika
pejuku keluar dan langsung masuk ke dalam mulutnya. Ia meminum
seluruhnya, lalu membersihkan kontolku dengan lidahnya.
"Ahh enak Wan. Peju kamu nikmat sekali. Nanti kasih Ibu lagi ya?"
Kemudian
ia berdiri dan melepaskan seluruh pakaiannya. Wow hebat juga, walaupun
usianya hampir setengah abad, terlihat payudaranya yang besar hanya
sedikit mengendur, kulit tubuhnya pun masih kencang, bulu-bulu
kemaluannya juga terlihat rapi. Sepertinya ia merawat tubuhnya dengan
baik.
Aku langsung menarik tangannya, kurebahkan ia, kuciumi
senti demi senti tubuhnya. Kulumat vaginanya, kusedot, hisap, kadang
kumainkan lidahku di itilnya. Sementara kedua tanganku memijat halus
payudaranya. Belum sampai lima menit, ia menekan-nekan kepalaku, ia
hendak orgasme, kutekan pangkal pahanya keras-keras. Ahh keluarlah
cairan kenikmatannya, ia mengerang keras, kemudian kusedot habis cairan
itu dan kubersihkan memeknya dengan lidahku.
Aku kemudian bangkit
dan pergi ke kamar mandi. Entah kenapa, diruangan ber-AC itu badanku
terasa panas, mugkin karena lelah berkeliling kota tadi. Aku pun mandi,
kupikir sekalian memberi waktu bagi Ibu Lis untuk istirahat sebentar.
Begitu keluar dari kamar mandi, kulihat tubuh mulus terpampang di
depanku. Gairahku bangkit lagi, kudekati ia. Alamak, ternyata ia sudah
tertidur, mungkin ia benar-benar lelah, tak tega hatiku untuk
membangunkannya. Aku berpikir keras, gairahku makin memuncak. Akhirnya
aku teringat Mbak Ella, aku menelponnya dan kuceritakan kejadiannya.
Ternyata
ia sedang berada di sebuah apartemen di Jl.Gotot Subroto. Aku segera
berpakaian dan meluncur kesana. Setengah jam kemudian aku sudah sampai
disana. Aku benar-benar sudah tak tahan, ingin segera kulumat habis
setiap jengkal tubuh mulus Mbak Ella.
Kuketuk perlahan kamar
nomor 634. Terdengar langkah orang mendekat. Pintu pun dibuka, di
depanku berdiri seorang wanita bertubuh gemuk berumur kira-kira 40
tahun. Ia hanya mengenakan daster tipis, dibalik dasternya itu terlihat
kedua payudaranya, sangat besar tapi sudah kendur.
Aku
dipersilahkan masuk. Ketika berjalan kedua belah pantatnya juga terlihat
jelas, besar sekali.Sampai di dalam kulihat seorang wanita lagi
kira-kira berumur sama sedang tidur telanjang di kasur.Ya ampun, ia
tengah memainkan memeknya dengan tangan kanannya. Kedua jarinya
disodok-sodok ke dalam lubang memeknya. Sementara tangan kirinya memeras
kencang payudaranya sendiri.
Aku begitu terkesima melihatnya.
Tiba-tiba saja wanita bertubuh gemuk yang tadi langsung mendorongku dan
menjatuhkanku ke atas kasur. Ternyata ia sudah telanjang bulat. Sedikit
ngeri dan takut, tapi juga lucu melihat tubuh gemuk telanjang di
depanku. Lucu sekali, kedua pahanya begitu lebar, sampai-sampai memeknya
tidak terlihat.
Wanita gemuk itu menindihku. Kemudian membuka
paksa baju dan celanaku. Setelah telanjang, dengan rakus ia menciumi
seluruh tubuhku. Ia memijat halus kontolku. Ah nikmat sekali pijatannya.
Dengan cepat kontolku menegang keras. Ia pun langsung menelan habis,
terkadang mengulum, menyedot, dan mengocok-ngocok kontolku.
Sepuluh
menit kemudian ia bangkit dan mengangkangiku. Perlahan-lahan kontolku
dibimbing masuk ke memeknya. Setelah masuk, ia diam saja, hanya matanya
terpejam menikmati sesuatu barang yang besar memenuhi lubang
kenikmatannya. Kemudian ia mulai memainkan pantatnya, turun naik
perlahan, terkadang pinggulnya digoyang-goyang.
Tiba-tiba saja
wanita kurus disampingku bangkit, dan langsung mengangkangiku diatas.
Memeknya tepat berada di depan mukaku. Ia menunjuk kearah memeknya.
Tanpa dikomando, aku langsung melumat memek yang ternyata sudah basah
itu. Kusedot habis, sementara kedua tanganku meremas-remas payudaranya.
Badanku
terasa remuk ditindih oleh dua orang wanita. Beberapa menit kemudian
wanita gemuk itu mengerang hebat, kedua tangannya mencengkram keras
badanku. Ia mendapatkan orgasmenya yang pertama. Bersamaan dengan itu
laharku juga meletus di rongga rahimnya. Ah nikmat sekali. Ini yang
kutunggu-tunggu karena tadi sempat tertunda.
Mulutku masih
memainkan memek wanita kurus diatasku. Semenit kemudian ia juga
mengerang keras sambil menjambak rambutku. Keluarlah cairan
kenitmatannya, dan langsung kusedot habis, kubersihkan memeknya dengan
lidahku. Kemudian ia berbaring disebelah kiriku, sementara wanita gemuk
itu berbaring di sebelah kananku.
Kemudian aku bangkit dan
berjalan menuju dapur. Haus sekali rasanya setelah bertempur tadi. Yah
baru pertama kali aku melawan dua wanita sekaligus. Aku duduk di kursi
dapur, meminum segelas jus jeruk dingin. Lama aku terdiam membayangkan
kejadian tadi. Sampai tiba-tiba gairahku bangkit lagi. Aku segera
bergegas kembali ke ranjang. Ternyata kedua wanita itu sudah tertidur
pulas. Aku bingung harus memilih yang mana.
Akhirnya kuhampiri
wanita yang bertubuh kurus karena belum kurasakan kehangatan memeknya
dan ia pun belum mencoba kehebatan kontolku. Kusibakkan kedua pahanya.
Terlihat memeknya sudah kering, kubasahi dengan air liurku. Perlahan
tapi pasti, kuhujamkan batang kejantananku. Ia terbangun dan merintih,
kemudian hanya tersenyum kecil dan memejamkan matanya lagi. Kubiarkan
sebentar kontolku di dalam. Aku ingin merasakan kehangatan memeknya.
Perlahan-lahan kumaju-mundurkan pantatku, sambil sesekali menggoyangkan
pinggulku.
"Ahh.. ohh. Terus Mas, enak Mas, ohh.. ohh. nikmat sekali. Ayo Mas, sekalian cobain susuku donk!"
Sesuai
perintahnya, segera kusedot payudara kirinya, sementara tanganku
memelintir puting payudara kanannya. Ia mengerang kecil ketika kugigit
putingnya. Pinggulku tetap menggenjotnya. Semakin lama semakin
kupercepat ketika aku tahu ia akan orgasme. Bibir memeknya terasa
menjepit keras kontolku ketika ia orgasme. Kuperlambat genjotanku,
kemudian kucabut kontolku. Ia berbaring lemas.
Kulirik wanita
gemuk disampingku. Ternyata ia telah terbangun dan sedang memainkan
memeknya dengan tangannya. Rupanya dari tadi ia melihat permainanku
dengan wanita yang kurus. Ia menatapku dan menunjuk-nunjuk memeknya.
"Ayo Mas, masukin dong, aku sudah gak tahan nich. Memekku sudah gatel lagi kepengin ngerasain kontol Mas yang gede."
"Sabar sayang, enak yah kontolku ini, kepingin lagi yah?"
"Ayo dong Mas, jangan bercanda ah."
Kontolku
masih meneras dan tegang. Segera kuhujamkan ke liang kenikmatan wanita
gemuk itu. Ternyata ia memang lebih pintar dari wanita yang kurus.
Sambil kugenjot, ia memainkan sendiri pinggulnya memutar berlawanan
dengan pinggulku.
Tiba-tiba ia mengangkat kedua kakinya dan
disenderkan di pundakku. Aku pun duduk mengangkang, namun kontolku tetap
menancap di lubang memeknya. Ah pintar sekali ia memilih gaya. Secara
perlahan aku mulai menggenjot lagi.
Wanita yang kurus tiba-tiba
bangkit dan langsung melumat payudara wanita yang gemuk. Pandai juga ia
memainkan payudara itu satu persatu. Aku senang karena ada yang
membantuku agar wanita gemuk ini cepat mencapai klimaks. Yah saat itu
memang kurasakan laharku akan keluar, sementara wanita gemuk ini masih
asyik menggoyang-goyang pinggulnya.
Kemudian kepalaku dicengkram
keras oleh kedua kaki wanita yang gemuk. Ah rupanya ia akan orgasme.
Kedua tangannya menjambak keras rambut wanita yang kurus.
"Ayo Mas, goyang yang kencang, ayo cepat, ohh.. ohh.. aahh"
"SAya juga sayang, dikeluarin di dalam aja yah, biar lebih enak."
"Tersserraahh kammuu.. ahh."
Ia
mengerang hebat. Sampai-sampai wanita yang kurus berteriak juga menahan
sakit sambil memegang rambutnya yang dijambak. Kepalaku juga sakit oleh
jepitan kedua kakinya.
Aku segera mencabut kontolku. Laharku
belum keluar. Segera kutarik kepala wanita yang bertubuh kurus. Kupaksa
ia untuk mengoralku. Ternyata pintar juga ia memakan kontolku. Semenit
kemudian meletuslah laharku di dalam mulutnya. Ia langsung meminum habis
sampai bersih. Aku langsung terlentang lemas sampai akhirnya tertidur.
Aku
baru terbangun kira-kira jam 8 pagi. Benar-benar lemas badanku ini,
serasa mau copot tulang-tulangku. Aku segera berpakaian dan menuju dapur
karena kudengar suara kedua wanita itu sedang bercakap-cakap.
"Selamat
pagi sayang, cape yah. Ini Tante sudah buatkan susu dan nasi goreng
untuk kamu.", Wanita yang gemuk ini menggandeng tanganku untuk duduk.
"Perkenalkan nama saya Erna, panggil saja Tante Erna. Nah, yang ini Tante Dian. Kami berdua adalah teman bisnisnya Ella."
Ya
ampun, aku baru teringat kalau tujuanku kesini unuk bertemu dengan Mbak
Ella. Karena nafsuku yang tertahan semalam aku jadi lupa.
Kami
pun sarapan bersama. Tante Erna menceritakan kalau mereka suka berjudi,
siapa yang menang harus menghadiahkan seorang gigolo sebagai pembayaran
pajak kepada yang kalah. Mungkin maksudnya agar yang kalah tidak terlalu
emosi karena kekalahannya. Dan semalam Mbak Ella telah menang besar,
dan menjadikanku sebagai pajaknya. Selain mereka bertiga sebenarnya
masih ada dua orang lagi, namun tidak bisa datang. Aku tidak bisa
membayangkan bagaimana jika kedua orang itu datang, berarti aku harus
bertempur habis-habisan dengan empat orang. Wah mana tahan.
Tepat
pukul 10 aku pamit pulang. Mereka mengucapkan banyak terima kasih.
Mereka benar-benar puas dengan pelayananku semalam. Mereka memberiku
uang dalam sebuah amplop. Aku menolaknya, karena dipaksa aku menerimanya
juga.
Ingin rasanya cepat tiba di rumah, badanku benar-benar
remuk, aku ingin segera dipijat oleh Bik Inah pembantuku. Di perjalanan
kubuka amplop itu. Wow isinya satu juta rupiah. Kupikir tak sia-sia
perjuanganku semalam.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar