Setelah sekian lama hanya menjadi pembaca setia dari situs ini akhirnya
muncul juga keberanian untuk membagi pengalaman pribadiku yang benar
benar aku alami di dunia nyata. Semua yang aku tulis adalah apa yang
benar-benar aku rasakan dan lakukan. Nama dan tempat aku samarkan untuk
menjaga privasi orang-orang dalam cerita ini. Sebut saja namaku Rony,
berumur 25 tahun, tinggi 170 cm berat 60 kg. Masih kuliah di sebuah
perguruan tinggi terkenal di kota Surabaya semester akhir dan bekerja
part time di sebuah perusahaan software house.
Sebagai perkenalan
aku dilahirkan di sebuah kota di jawa timur. Berasal dari keluarga
biasa-biasa saja, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Aku merasa
beruntung semua yang aku butuhkan di masa kecilku bisa terpenuhi walau
tidak bisa diartikan kebutuhan secara materi yang berlebih lebihan.
Hidup secara mandiri dan jangan memandang segala hal dari segi materi
itu yang aku camkan dalam nurani sebagai nasihat orang tua yang akhirnya
membuatku tumbuh sebagai seorang yang tidak materialis.
Semua
hal dalam masa pertumbuhanku berjalan normal, hanya satu hal yang aku
rasa lain dari kebanyakan sesama anak seusiaku. Aku selalu merasa lebih
tertarik dengan wanita yang umurnya lebih tua. Rasanya lebih asik bila
bisa dekat dengan wanita wanita yang umurnya diatas umurku sendiri.
Begitupun ketika ketika di sekolah aku selalu berusaha menarik perhatian
kakak-kakak kelasku tidak pada teman teman cewek yang seumuran.Walaupun
aku orangnya biasa-biasa saja dengan otakku yang tergolong encer
sehingga tidak begitu sulit menarik perhatian mereka. Aku selalu
dijajaran rangking 1-3 di sekolah sehingga aku selalu bersekolah di
sekolah favorit dan akhirnya bisa masuk di sebuah perguruan tinggi
favorit juga.
Petualanganku berawal ketika aku terlibat salam
sebuah forum mailing list tentang IT di internet dan aku aktif di
dalamnya. Dalam forum itu aku mengenal seseorang yang aktif juga di
dalamnya sebut saja Dina seorang wanita karir di perusahaan BUMN
terkenal di jakarta berumur 35 tahun dengan 2 anak. Dari sekedar saling
berdiskusi akhirnya kami saling berhubungan lewat email, dia juga sering
bercerita tentang kehidupannya juga tentang keluarganya. Dari permulaan
obrolan biasa saja kami jadi lebih dekat dan saling rindu jika sehari
tidak saling terima email. Kadang dia juga menelfon ku berjam-jam untuk
bercerita semua kisah kesehariannya. Hingga suatu hari tidak sengaja aku
berkirim email yang isinya bagaimana yah rasanya phonesex. Dan tak
kuduga dia menanggapi dengan serius dan akhirnya sepakat janjian sekitar
jam 7 malam dia akan menelfonku ketika suaminya ada dinas keluar kota.
Dengan hati berdebar debar aku menunggu teleponnya. Tepat jam 7 dia meneleponku:
"Hai Rony sudah siap belum nih?", sambil tertawa renyah.
"Sudah siap dari tadi Mbak", jawabku sambil tertawa kecil juga.
"Gimana mulainya ini Ron, Mbak kok bingung mo mulainya?",
"Hmm Mbak sekarang pakai baju apa nih"? tanyaku..
"Pake daster terusan warna putih", jawab Mbak Dina.
"Dalemnya Mbak?", tanyaku menyambung.
"Hmm atas warna krem bawahnya juga",
"Boleh Rony pegang yang atas Mbak?", tanyaku.
"Boleh Ron ohh Mbak bayangin kamu remasin Ron", jawab dia mulai serak.
"Aku bukain yah baju Mbak", jawabku.
"Iyah Ron bukain aja, Mbak dah kepingin ini", jawab Mbak Dina.
"Panjang penismu berapa Ron?", tanya Mbak Dina menyambung.
"17 cm Mbak kalo lagi tegang", jawabku.
"Rony juga bukain baju rony Mbak, boleh Rony masukin ndak Mbak?", tanyaku.
"Oh
Ron Mbak dah basah masukin aja Ron penis kamu ohh Mbak bayangin kamu
masukin penis kamu ke vagina Mbak ohh", jawab dia semakin bernafsu.
"Rony masukin sekarang Mbak.. ohh my god vagina Mbak enak sekali", jawabku kemudian.
"Iya Ron penismu enak bangett.. maju mundurin sayang.. ohh Mbak gak tahan mo keluar nih", serunya.
"Aku juga Mbak keluar bareng bareng yah", kataku.
"Ohh Ronyy Mbak keluarr oh yess"
"Aduhh aku juga mbakk oh yeahh", kataku menyahut.
(phone sex ini tidak saya tuliskan keseluruhan karena terlalu panjang, hanya bagian penting yang saya tuliskan)
Setelah
kejadin itu kami jadi sering janjian lakuin phonesex. Hingga suatu saat
dia bilang akan ke surabaya dalam rangka ada tugas dari kantor. Mbak
Dina mengajak ketemuan, aku bilang dengan senang hati akan datang.
Akhirnya disepakati ketemu di lobi hotel tempat dia menginap di S***d
Hotel jam 7 malam setelah dia menyelesaikan tugasnya di kantor cabang.
Jam 6 sore aku bersiap-siap dan berusaha membuat diriku serapi mungkin.
Timbul keraguan juga jangan jangan dia kecewa setelah melihat aku karena
aku orangnya biasa-biasa saja tidak spesial, just ordinary people tapi
akhirnya aku beranikan diri. Tiba jam 7 malam tepat di lobi aku melepas
pandangan ke seluruh ruangan akhirnya mataku tertuju pada wanita
berkulit putih, berbaju blues hitam dengan rok hitam memakai kacamata,
akhirnya aku menyapa.
"Hai Mbak Dina yah", sapaku berdebar debar.
"Hai ini Rony yah", jawabnya sambil tersenyum manis .
"Ke my roomku aja yuk lebih enak ngobrolnya", kata dia sambil menarik tanganku.
Akhirnya
aku menurut saja ketika dia mengajakku menuju elevator dan menuju
lantai 4 hotel. Keluar elevator kami berjalan sampai di depan room 409
dan dia membuka pintu dan masuk.
"Ayo Ron masuk saja kok jadi malu malu gak kayak di telepon hehehehe", katanya mengejekku sambil bercanda.
Aku masuk dan duduk di pinggir single bed sambil memandangi punggung Mbak Dina yang mengambil minuman dingin.
"Nih minum dulu Ron pasti haus deh".
Aku
ambil gelas yang disodorkannya aku minum 2 teguk kemudian aku taruh di
meja. Akhirnya kami ngobrol sambil tiduran diatas bed dan nonton TV.
Setelah agak lama aku fikir ini saatnya untuk bertindak lebih jauh. Aku
coba pegang tangannya dia diam saja kemudian aku coba remas tangannya
dia balas meremas tanganku. Sinyal positif fikirku aku coba lebih jauh
dengan mendekatkan hidungku ke pipinya dan menggeser tubuhku lebih dekat
ke tubuhnya. Aku cium pipinya lembut dia hanya memejamkan mata. Aku
dekatkan bibirku ke bibirnya aku lumat bibirnya dia balas melumat
bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku.
Dia memelukku dengan erat sambil berkata, "Ron sudah lama Mbak ingin melakukannya denganmu sayang", desahnya
"Aku juga Mbak", jawabku sambil mulai meremas remas payudara Mbak Dina.
Mbak
Dina juga semakin agresif dia mulai meremas remas penisku dari luar
celana. Aku mulai membuka blues Mbak Dina dengan tetap melumat bibir
wanita berkulit putih ini. Sampai kemudian rok span dia juga aku
lepaskan hingga dia tinggal memakain bra dan celana dalamnya. Walau
kelihatan payudara nya agak turun (mungkin karena sudah beranak dua)
namun tetap membuat aku terangsang. Wanita-wanita berumur lebih
membuatku terangsang.
Akhirnya Mbak Dina tidak sabar dia membuka
celana jeans yang aku pakai sekalian dengan celana dalam ku hingga
tampak penisku berdiri tegang dengan panjang 17 cm dan Mbak Dina
mengocoknya dengan tangannya yang halus. Aku buka bra yang dia pakai,
aku kulumin payudaranya bergantian kiri dan kanan sementara Mbak Dina
hanya mendesah gak karuan. Aku mulai cium perutnya dan aku buka celana
dalam nya sampai kelihatan vagina yang ditutupi rambut di sekelilingnya.
Aku mulai cium pinggiran vaginanya aku teruskan dengan mencium setiap
sudut dari vagina Mbak Dina. Sementara Mbak Dina meremas remas kepalaku
sambil mendesah.
"Ohh sayang terus sayang enak banget.. lidah kamu nakal sekali ohh".
Salah
satu hal yang akhirnya menjadi kegemaranku yaitu membuat wanita
merasakan kenikmatan ketika aku meng oral meraka. Mbak Dina sudah merasa
tidak sabar dia segera menarikku ke atas dan mengarahkan penisku ke
vaginanya. Dan dia menuntun penisku ke lubang kenikmatannya. Aku
membantunya dengan mendorong pelan pelan sampai masuk semua sampai
mentok (fikirku saat itu hilang sudah keperjaanku).
Mbak Dina mendesah, "Oh sayang punya kamu panjang banget sampai mentok aduh enak banget sayang goyangin dong".
Akupun mulai memaju mundurkan penisku.
Selang 5 menit kemudian Mbak Dina mendesah, "Oh sayang aku mo nyampai".
Aku mulai mempercepat gerakanku.
Akhirnya dia menjerit "Ohh Rony aku sampai sayangg".
Aku
rasakan kakinya menjepit erat pinggulku seakan ingin menancapkan
sedalam dalamnya penisku ke dalam vaginanya. Aku memberi kesempatan Mbak
Dina meresapi kenikmatannya. 2 menit kemudian aku mulai memaju
mundurkan lagi penisku ke dalam vaginanya. Aku goyangin semakin cepat
sampai aku merasa ada sesuatu yang ingin segera meledak dalam penisku.
"Ohh Mbak Dina aku mo keluar, dikeluarin di dalam apa diluar?"
"Di dalam saja sayang", katanya.
Akhirnya
aku kerahkan sekuat tenaga ketika nikmat yang membawaku melayang ke
angkasa. Kami berpelukan sampai beberapa saat. "Terimakasih yah Ron".
"Sama sama Mbak", jawabku.
"Masak baru pertama ini ML Ron?", tanyanya gak percaya.
"Iyah Mbak emang kenapa?", aku berkata.
"Kok sudah pinter banget?", tanyanya lagi.
"Masak sih Mbak?, Dari VCD aku belajarnya Mbak, hehehe", aku menimpali.
"Kok tahan lama juga biasanya cowok yang baru pertama ML nempel langsung keluar kamu kok bisa lama?", tanyanya lagi.
"Ya
gak tau Mbak ya kenyatannya gitu", (suatu saat aku paham gimana cara
menahan agar orgasme bisa ditahan lebih lama dan kapan harus di
keluarkan, aku juga gak tau kok bisa nahan orgasme lebih lama, yang
pasti sudah bisa dari dulunya, dari lahir kali hehehe)
Malam itu
aku gak boleh pulang oleh Mbak Dina. Kami menikmati malam dengan
pergulatan tiada henti berbagai style kami coba. Sampai kami akhirnya
kelelahan dan baru tidur jam 3 pagi. Jam 9 kami baru bangun, kami mandi
bersama kemudian Mbak Dina berkemas kemas karena jam 11 siang harus
check out dan pergi ke bandara untuk kembali ke jakarta. Setelah
mengemasi travel bag nya Mbak Dina memelukku erat erat.
"Aku sangat menikmati saat saat bersama kamu Ron", katanya.
"Aku juga Mbak", jawabku.
Mbak Dina menyelipkan amplop ke sakuku aku segera mencegahnya.
"Mbak, ini apa?"
Mbak Dina berkata, "Buat kamu".
Aku segera mengembalikannya sambil berkata, "Mbak aku bukan cowok materialistis dan bukan cowok yang mencari uang dengan sex".
Mbak Dina berkata lagi, "Please ambil Ron sebagai tanda terima kasih Mbak".
Aku
berjalan mendekati travel bagnya dan memasukkan amplop itu ke dalamnya,
sambil berkata "Gak usah dibahas lagi, nanti Mbak terlambat sampai di
bandara".
Dia tersenyum manis dan berkata, "Ok deh, yuk".
Kami
naik taksi di depan pintu hotel, dan taksi meluncur ke arah bandara, 30
menit kami sampai di bandara. Aku mengantar sampai di pintu
pemberangkatan dan Mbak Dina memelukku erat-erat. Aku kemudian memanggil
taksi yang mengantarku pulang. Di dalam taksi ketika aku merogoh sakuku
aku terkejut ternyata ada amplop berisi uang dan didalamnya ada tulisan
tangan berbunyi, "Ron aku tau kamu bakal menolak pemberian Mbak,
makanya Mbak taruh dalam sakumu, janji untuk menerimanya atau kamu
berarti tidak sayang sama Mbak jika menolaknya, TTD Dina". Aku hanya
menggeleng-geleng kepala.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar