aku tertarik untuk membagikan ceritaku dengan harapan mungkin di antara
pembaca ada yang dapat memberikan solusi dan tanggapan-tanggapannya.
Panggil saja aku Ade, umur 20 tahun dengan ciri-ciri tinggi 162 cm,
berat 60 kg, dada 36B, kulitku putih, aku sendiri campuran Medan-Solo.
Saat ini aku sedang berkuliah di salah satu PTS di Bandung. Dalam
keluarga, sikap orang tuaku sangat keras, mereka memberi peraturan yang
harus diingat oleh kami sebagai anak-anaknya, yaitu "DILARANG BERPACARAN
SEBELUM BERES KULIAH", jika dilanggar kami tidak akan dikuliahkan lagi.
Hal itu dapat kuatasi hingga aku lulus SMA aku tak pernah berhubungan
dengan laki-laki atau berpacaran. Sebenarnya aku sering tertarik
terhadap laki-laki, tapi jika ingat peraturan dari orang tuaku aku tidak
akan berani melangkah lebih jauh. Tapi ketika semester baru tahun 2001
ada kejadian yang tidak bisa aku lupakan.
Waktu itu tepatnya
ketika aku pulang kuliah dan sedang menunggu angkutan umum (jam 8.00
malam). Waktu itu hujan turun lumayan deras, aku menunggu tapi mobil
angkutan selalu saja penuh dan jalanan pun semakin sepi dan aku sudah
basah kuyup tak karuan. Tiba-tiba aku melihat sebuah mobil sedan
berhenti tepat di depanku. Aku melihat pengemudinya kira-kira berumur 45
tahun, beliau menawarkan tumpangan kepadaku, aku pun menerimanya karena
takut tidak bisa pulang. Beliau memperkenalkan dirinya sebagai Pak
Budi. Di sepanjang perjalanan beliau mengajakku berbicara kesana kemari.
Beliau menawarkan kepadaku untuk berganti pakaian di rumahnya
karenabeliau mempunyai putri yang seusia denganku. Aku menerima tawaran
beliau karena percaya kepadanya. Akhirnya kami sampai di sebuah komplek
perumahan, ketika aku masuk rumah itu gelap gulita, tak ada penghuninya.
Pak Budi mengatakan mungkin putrinya belum kembali dari kuliah. Aku
mengangguk tanpa curiga. Pak Budi membawakan aku piyama putrinya, beliau
menyuruhku untukmengganti bajuku di kamar putrinya. Aku mengganti
pakaianku tanpa menanggalkan BH dan CD-ku.
Ketika aku keluar, Pak
Budi sedang duduk di sofa sambil meminum teh, beliau mempersilakan aku
duduk di sebelahnya. Kami pun mengobrol tanpa canggung lagi. Tiba-tiba
Pak Budi menjamah keningku. "Aduh.. badanmu hangat begini?" ucap beliau
sambil menatapku tajam. Aku hanya tersenyum sekaligus kaget. Entah
kenapa Pak Budi mengelus-elus rambutku yang masih basah, aku pun hanya
terdiam karena kaget dan tak kuasa menolaknya. Sentuhan-sentuhan beliau
turun keleherku. Aku merasakan sensasi aneh yang mampu membuatku
merinding geli, dan akhirnya Pak Budi mendaratkan bibirnya di bibirku,
setengah kaget mataku melotot memandang Pak Budi. Tapi Pak Budi malah
menciumku lagi, aku berontak, tapi tak berhasil, malah rengkuhan
tangannya semakin kuat kurasakan. Lama kelamaan aku mulai terhanyut dan
membalas ciuman Pak Budi walaupunciumanku belum sempurna. Mungkin karena
didorong rasa ingin tahu aku membiarkan Pak Budi bertindak lebih jauh.
Ciumannya mulai turun ke leherku, aku merasa geli sekaligus kenikmatan
yang tiada duanya. Rasanya sarafku akan putus saat lidahnya menjilati
leherku. Pak Budimendorongku hingga aku terbaring di lantai permadani,
sambil terus menciumi dan menjilati wajahdan leherku. Dengan lincah
tangan-tangan Pak Budi kurasakan sedang bermain-main di atas dadaku,
beliau membuka kancing piyamaku. Entah mengapa aku tak melawannya saat
Pak Budi berhasil meloloskan semua pakaianku hingga aku telanjang.
Aku
berteriak pelan bagai disengat sesuatu saat lidahnya kurasakan mendarat
di atas putingsusuku. Pak Budi meremas susuku yang kiri dan mengulum
yang kanan, mm.. aku bergetar tak karuan. Belum selesai dengan
kenikmatan yang aku rasakan Pak Budi meneruskannya dengan menghisap
susuku seperti bayi. Aku menggelinjang kenikmatan, ahh.. birahiku
semakin naik. Pak Budi berdiri melepaskan pakaiannya hingga telanjang.
Aku hanya terdiam menatap wajah PakBudi. Kemudian beliau berjongkok di
samping tubuhku dan mulai menjilati dari samping sambil terus
meremas-remas susuku, hingga aku lemas tak berdaya. Nafasku semakin tak
beraturan karena tak tahan akan ciuman dan jilatan Pak Budi. Ciumannya
turun ke perutku dan.."Akhh.." aku menjerit keras saat kurasakan
lidahnya menjilati selangkanganku. Kakiku berontak dengan berusaha
menendangnya. Tapi tangan Pak Budi begitu kuat mencengkram kedua pahaku.
Aku mendesah semakin kuat saat kurasakan lidah Pak Budi menyentuh
vaginaku.
Pak Budi seakan tak peduli, beliau terus menjilati
vaginaku, dan mengobok-oboknya dengan tempo yang teratur.
Teriakan-teriakan kenikmatan keluar dari bibirku saat Pak Budi menghisap
vaginakudenga kuat. "Ohh.. uuhh.. ohh.." aku merasakan enak sekaligus
geli yang amat sangatdahsyat. Pak Budi mempercepat tempo jilatan dan
ciumannya di vaginaku, hingga aku merasa akan meledak. Aku berteriak
seenaknya, "Sial.. aduh.. ohh.. aduhh.. sayangg.." teriakankumalah
membuat Pak Budi semakin bernafsu, beliau menghisap klitorisku dengan
kuat hingga tubuhkumengejang, "Oohh.. hh.." aku merasakan orgasme. Aku
merasakan vaginaku berdenyut-denyut, tubuhku lemas dan kakiku menjepit
kepala Pak Budi. Pak Budi bangkit dan berjongkok di samping tubuhku
beliau menyuruhku menyetubuhi penisnya yang lumayan besar itu. Aku yang
sudah lupasegalanya menurutinya. Aku mulai menjilati dan mengocok-ngocok
penisnya di mulutku. Tangan beliau pun masih tetap meremas-remas
susuku. Aku hisap dan kucium-cium kepala penisnya. Pak Budi melenguh
seiring hisapanku yang semakin kuat, beliau pun meremas susuku semakin
kuat, hingga aku semakin bersemangat dan liar.
Desahan Pak Budi membuatku tak tahan, karena aku mulai merasakan vaginaku pun mulai basah.
"Ohh..
sayangg.. pinter.. isepp.. teruss.. ohh.. isepp.. sayangg.. ohh.."
desahan Pak Budi membuatku semakin gila, dan Pak Budi berteriak keras.
"Ahh.."
"Crot.. crott.."
Sperma
Pak Budi menyemprot masuk ke mulutku, aku tersedak dan terbatuk-batuk,
aku melepaskan penis Pak Budi. Cairan aneh yang kurasakan ada di
mulutku, membuat aku mual dan ingin memuntahkannya, tapi Pak Budi malah
mencium bibirku dan menjilati cairan sperma yang tersisadi wajah dan
bibirku.
Pak Budi kemudian merenggangkan kedua pahaku, beliau
mengarahkan penisnya ke vaginaku dan menggesek-gesekkanya, aku merasakan
nikmat-nikmat geli. Beliau mencoba memasukannya lebih dalam tapi aku
berteriak. "Aduhh.. sakitt.." ucapku sambil meringis. Pak Budi tidak
meneruskannya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya lagi. Aku
menggelinjang tak tahan, akhirnya Pak Budi mencobanya lagi. Aku tetap
kesakitan dan berteriak hingga aku meneteskan air mata. Pak Budi pun
tidak meneruskannya beliau mencium bibirku dengan lembut sambil berkata,
"Bapak tidak akan mengambil keperawanan kamu." Lalu beliau bangkit dan
membersihkan vaginaku dengan handuk hangat. Aku berkaca dan melihat
tubuhku yang berubah menjadi merah, karena bekas hisapan-hisapan Pak
Budi. Setelah itu aku diantar pulang Pak Budi. Jam 11.00 malam aku
sampai di rumahku, akhirnya orang tuaku marah-marah dan mengetahui
perbuatanku. Mereka memeriksa tubuhku dan akhirnya aku mendapat
ganjaranya pada semester depan aku tidak akan dikuliahkan lagi,
sebenarnya aku ingin meneruskan sekolahku, tapi apa daya orang tuaku
sudah kesal dan tidak mempedulikanku lagi. Sebenarnya aku ingin bekerja,
tapi pembaca tahu kan mencari kerja saat inisangat sulit.
Terakhir-terakhir ini aku malah berpikir menikah saja tapi sama siapa?
Entahlah aku bingung sekali pembaca yang budiman. Yang jelas jika ada di
antara pembaca yang bisa membantu, aku akan sangat senang sekali.
Adakah di antara pembaca yang bisa memberiaku solusi?
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar