Setelah selesai mandi, Tika aku gandeng ke meja makan dan ternyata Intan
sudah mulai mencicipi sarapan paginya. Aku lihat di meja makan sudah
ada makanan lengkap dan aku pikir pasti Mbok Inemku yang masak dari
bahan-bahan yang ada di kulkas.
"Selamat pagi.., Intan..".
"Pagi
om..". Oh iya, Intan ini memang agak lain, dia memanggilku dengan
sebutan om dan kalau aku perhatikan, Intan ini sedikit lebih dewasa
dibandingkan Tika. Tika memang sifatnya agak sedikit manja.
"Intan.., mana Ibu kamu, kok nggak kelihatan..".
"Ibu lagi mandi om.., Mbak Tika makan yuk bareng Intan..".
"Iya dik.., Mbak Tika juga udah lapar banget..".
Aku
dengar memang di kamar mandi belakang ada suara orang yang lagi mandi.
Aku ke kamarku untuk ambil handuk buat Mbok Inemku. Terus aku menuju ke
belakang dan kuketuk pintunya. Mbok Inemku mungkin mengira yang mengetuk
pintu adalah Tika sehingga pintunya dibuka lebar-lebar.
"Aaa.. deen..".
Mbok
Inemku berteriak keras banget sampai aku kaget. Dan yang bikin aku
lebih kaget lagi adalah tubuh polosnya. Kepala Mbok Inem hanya bisa
menunduk dengan wajah kemerahan menunjukkan rasa malu yang luar biasa.
Tangan kanannya berusaha menutupi kedua payudara namun tidak bisa
menampung semua kedua gundukan daging yang ada didadanya. Sedangkan
tangan kirinya berusaha menutupi kemaluannya yang dipenuhi jembut yang
luar biasa lebatnya.
Aku sendiri tidak beranjak dari pintu dan
terus saja kuperhatikan Mbok Inemku ini. Adegan ini berlansung agak
lama, sampai Mbok Inemku sendiri nggak tahan aku liatin terus.
"Aaa.. deen..".
Sambil
berkata itu, Mbok Inemku membalikkan badan berusaha menutupi bagian
tubuh depannya. Aku sendiri tambah terpana setelah melihat bongkahan
pantat Mbok Inemku. Aku terus berusaha untuk tidak meremas pantatnya dan
memang aku berhasil.
Aku yakin kalau pembaca yang berada diposisiku, pasti sudah nggak tahan untuk menjamah tubuh montok Mbok Inemku.
Pembaca: "Uh.. dasar penulis sombong..".
Eh..
bukannya aku sombong, memang aku sudah lama BERUSAHA latihan
mengendalikan emosiku dengan meditasi. Kalau pembaca berusaha latihan
terus, aku yakin pasti juga bisa seperti aku.
Tetapi pembaca sedikit benar kok tentang aku. Aku akhirnya melakukannya juga. Tetapi tidak sampai yang macem-macem lho.
Aku hanya mencubit pantatnya saja, nggak lebih dari itu.
"Aaa.. deenn..". Mbok Inemku kaget sekali, tetapi dia tidak bergerak dan tetap dalam posisi membelakangiku.
Aku akhirnya punya ide yang sangat cemerlang. Aku yakin pembaca tidak akan mampu menciptakan ide sehebat ideku.
Pembaca: "Uuh.. dasar penulis sombong.. sok pinter..".
Begini
nih ideku. Tapi pembaca jangan nyontek ideku ya, sebab sudah aku hak
patenkan, ya walaupun belum masuk MURI. Disaat dia masih terus
membelakangiku, baju dan CDnya yang sudah lusuh aku ambil dari gantungan
tanpa sepengetahuannya dan aku bawa kekamarku. Dikamar, ketika aku cium
CDnya yang sudah tidak berbentuk itu, aduuh bau kewanitaannya sangat
menyengat dan lagi-lagi aku mau muntah. Mungkin sudah berhari-hari tidak
dicuci, ya karena hanya itu baju dan CDnya sehingga tidak ada gantinya.
Aku
langsung ke meja makan ikut menikmati sarapanku bersama Tika dan Intan.
Sambil menyantap hidangan di meja, aku arahkan pandangan mataku ke
kamar mandi belakang dan aku masih bisa mendengar suara Mbok Inemku yang
melanjutkan acara mandinya. Selang beberapa saat aku lihat kamar mandi
sedikit terbuka dan aku perhatikan Mbok Inemku kelihatan binggung
mencari bajunya. Disaat Mbok Inem menuju ke kamarnya, aku berdiri menuju
ke arahnya dan dia kaget sekali, terus dialari ke arah garasi dalam
keadaan telanjang bulat, bugiil.. giil.. giil.. giil! Bener lho
pembaca..!
Pembaca: "Iya.. iya.. aku tahu.. bikin aku ikut horny saja..".
Terus
aku ikuti dia dan aku lihat Mbok Inemku binggung mau sembunyi dimana.
Aku terus mendekat dan Mbok Inemku semakin tambah nervous dan tanpa
pikir panjang lagi langsung masuk ke mobilku. Aku tanpa basa-basi lagi
langsung membuka pintu belakang dan aku lihat Mbok Inemku duduk di jok
belakang sambil memeluk kedua kakinya untuk menyembunyikan bagian
sensitifnya.
Disaat aku ikut masuk dan duduk disebelahnya, Mbok
Inemku mau lari keluar. Langsung saja aku tarik tangannya dan aku peluk
Mbok Inemku dan aku belai lembut rambut panjangnya yang masih basah.
"Adeen.. si Mbok mau diapain Den.., si Mbok takuut..".
"Kenapa musti takut Mbok.., aku nggak akan menyakitimu kok Mbok..". Aku lihat Mbok Inemku mulai menangis.
"Si Mbok malu Den.., si Mbok kan nggak pakai baju..".
Kemudian
aku pegangi wajahnya dan aku mulai hapus air mata yang terus saja
menetes. Setelah mulai agak reda tangisnya, aku angkat dagunya, terus
aku lumat bibirnya yang terlihat masih sangat seksi. Mbok Inemku
berontak lagi sehingga aku harus memeluknya lagi dan aku jelaskan kalau
aku tidak akan menyakitinya. Setelah agak tenang, aku mulai lagi
mengulum bibirnya dan tangan kananku mulai meremas bongkahan
payudaranya. Mbok Inemku hanya bisa mendesah dalam kuluman mulutku dan
ketika tanganku mulai mengusap-usap vaginanya, Mbok Inemku berontak lagi
dan bisa lari ke kursi depan dan berusaha membuka pintu. Usahanya
sia-sia, karena pintunya sudah aku central lock.
Aku ikut ke
depan dan sandaran kursi yang diduduki Mbok Inem aku tarik kebelakang
sehingga Mbok Inemku jatuh telentang dikursinya. Aku lansung menindih
tubuh Mbok Inemku dan berusaha melepas celana pendek dan CDku.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok takut Den..".
"Nggak apa-apa kok Mbok.., jangan nangis gitu dong mbook..".
"Jangan perkosa si Mbok deenn.., si Mbok khan sudah tua deen..".
"Kamu masih cantik kok Nem..".
Aku
sendiri sudah mulai kurang ajar dengan hanya memanggil namanya saja.
Terus kuregangkan kedua kakinya, penisku yang sudah semakin keras,
secara pelan pelan aku dorong menembus bibir vaginanya. Lalu kutekan
lagi memeknya sampai kedua kakinya bergetar ketika penisku masuk
semuanya kedalam lobang kelaminnya.
"Aduuh deen.., memek si Mbok sakiit deen..". Ya mungkin sudah lama sekali bibir memeknya tidak dimasuki penis lelaki.
Setelah
agak lama aku memompa memeknya, tiba-tiba ada suatu kekuatan besar yang
hendak keluar dari penisku. Dan beberapa saat kemudian, tubuhku
meregang, dan.. "croott.. croott.. creep.. cruuoott.." Spermaku muncrat
kedalam rahim Mbok Inemku. Tubuhnya pun iku mengejang ngejang pertanda
dia juga sudah orgasme. Aku terus perhatikan wajahnya yang masih
menikmati gelombang orgasmenya. Setelah agak tenang, barulah Mbok Inemku
tersadar dari orgasmenya. Mbok Inem langsung menutup wajahnya
menyembunyikan rasa malunya.
"Mbook.., teteknya kok nggak ditutupin..". Aku memang sengaja menggodanya.
Dan
secara reflek, dia berusaha menutupi payudaranya dengan kedua
tangannya. Sehingga aku dengan leluasa menikmati wajah cantiknya. Merasa
aku perhatikan terus, wajahnya mulai memerah menahan malu. Aku sendiri
yang masih menindih tubuhnya, merasa kasihan dan aku cabut kontolku yang
masih betah menancap di memeknya. Lalu aku keluar dari mobil untuk
mengambilkan bajunya. Dan aku masih sempat melihat ada air mata yang
membasahi pipinya.
Setelah Mbok Inem mamakai baju dan ikut duduk
di sofa tengah, aku pamit kepadanya untuk mengajak Tika dan Intan
belanja baju di mall. Hampir 1 jam aku belanja di mall untuk membelikan
baju Intan, Tika dan Mbok Inemku. Masing-masing aku belikan 4 stel baju.
Tika dan Intan aku belikan juga CD, dan bra-nya tidak, karena aku pikir
nanti hanya akan menghambat pertumbuhan payudaranya. Sedangkan Mbok
Inemku tidak aku belikan CD dan bra karena aku belum tahu ukurannya.
Ketika
aku serahkan bajunya, Mbok Inemku kelihatan bahagia sekali dan aku
minta untuk mencobanya. Mbok Inemku langsung lari kekamarnya, sedangkan
Tika dan Intan tanpa malu-malu mencoba satu-persatu bajunya di depanku.
Aku sempat perhatikan bibir memek Tika sudah agak membelah sedangkan
memeknya Intan hanya membentuk garis vertikal. Tetapi untuk kemulusan
kulitnya,
si Intan sedikit lebih putih dibandingkan Tika.
Aku
sendiri merasa ikut senang bisa membahagiakannya. Disaat aku sedang
memperhatikan Tika dan Intan, dari arah kamar belakang muncul Mbok
Inemku dengan daster barunya. Aku sempat terpana, melihat lekuk-lekuk
tubuhnya dibalik dasternya yang agak diatas dengkul dan pas banget
dibadannya. Bongkahan bokongnya sangat sekal dan kedua tonjolan
payudaranya sangat menantang untuk diremas.
Aku juga sempat melihat Mbok Inemku menangis bahagia melihat kedua anaknya senang.
"Matur nuwun deen.., si Mbok sudah dibelikan baju..".
"Iya Mbok.., sini duduk di sofa dekat aku..".
Sedangkan Tika dan Intan sendiri sudah sibuk menonton film kartun dari vCD yang aku belikan tadi.
"Mbook.., maaf ya aku belum sempat membelikan CD dan bra buat kamu.., aku khan belum tahu ukurannya..".
"Nggak apa-apa Den.., CD si Mbok yang lama mana Den.., si Mbok mau pakai lagi..".
"Ada di kamarku Mbok.., ambil saja sendiri..".
Aku
ikuti dia dari belakang, dan Mbok Inem menemukan CDnya diranjangku dan
mulai memakainya. Baru sampai dipahanya, aku masuk dan dia kaget sekali.
"Deen..".
"Mbok CDnya kan sudah bau.., jangan dipakai lagi yaa.., nanti aku belikan yang baru..".
Kemudian aku dudukkan dia di tepi ranjangku.
"Aku lepasin lagi ya Mbok CDnya..".
Tanpa seijinnya, aku singkap dasternya dan CD yang baru sampai dipahanya itu mulai aku tarik kebawah sampai terlepas.
Kemudian aku duduk disebelahnya dan mulai memeluk dia.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok sudah tua deen..".
Mbok
Inemku ini usianya memang sudah 42 tahun, tetapi dibandingkan
teman-teman kerjaku ataupun mahasiswi-mahasiswi kenalanku, mereka semua
nggak ada apa-apanya.
"Siapa bilang Mbok.., kamu masih cantik kok.., dan juga badan Mbok masih seksi kok..".
Akupun
mulai membelai rambut dan wajahnya dan aku lihat dia hanya memejamkan
matanya. Aku angkat dagunya dan aku mulai melumat bibirnya dengan rakus.
Mbok Inemku sempat berontak dan setelah aku beri pengertian, dia mulai
pasrah. Ini membuat saya sedikit lebih berani untuk meremas tonjolan
payudaranya. Saya mencoba untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini
tangan saya perlahan-lahan saya arahkan ke bagian selangkangannya. Dia
masih tidak menolak, jadi saya bisa merasakan lembutnya bibir
kemaluannya.
Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran
saya. Tangan saya mulai menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali
meremas-remas payudaranya secara langsung. Kali ini langsung menyentuh
permukaan kulitnya. Saya lakukan sambil mencium lehernya dengan lembut.
Suara desahan lembut mulai terdengar dari bibirnya. Disaat saya mulai
meremas belahan memeknya,
agak sulit memang mencari lubang vaginanya
karena jembutnya sangat lebat. Jari tengahku, saya tekan sedikit demi
sedikit dan perlahan ke belahan kemaluannya. Saat itulah dia tersentak
dan berusaha menahan tangan saya. Dia menatap mata saya.
"Deen.., si Mbok malu deenn..".
"Tenang saja Mbok.., Mbok boleh aku panggil namamu saja..". Dia cuma diam saja.
"Oh.. iya nem.., aku cukur ya jembut kamu biar bersih..". Dia juga cuma diam saja.
Memang
Inemku ini sifatnya agak pemalu. Aku ambil silet cukur dan menyuruhnya
untuk tiduran. Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku
singkap daster yang dipakainya sampai ke pinggang. Setelah pahanya aku
kangkangkan, dibalik jembut lebatnya itu terdapat bongkahan daging merah
dengan celah yang sempit dan dari situ tersembul seonggok daging kecil
seperti kacang merah merekah yang mencuat keluar.
Aku pun mulai mencukur habis jembut Inemku sampai bersih dan aku cuci memeknya sampai bersih.
"Nem.., dasternya dibuka ya.., aku mau cukur sekalian bulu ketek kamu..".
"Nggak usah deen.., si Mbok malu..".
"Nggak usah malu nem.., ayo berdiri sini..".
Terus
aku angkat dia dan dasternya mulai aku lucuti sampai terlepas. Inemku
langsung menutupi payudara dan vaginanya. Dengan sedikit paksa, akhirnya
aku berhasil mencukur habis bulu keteknya.
Titanium Hair Clipper | Titsanium Arts | TITanium Accessories
BalasHapusTITanium Arts This titanium earrings sensitive ears durable and flexible seiko titanium razor, created with Titanium man titanium bracelet scissors, titanium nitride coating delivers precise, effective shave control. mens titanium watches The design is