Aku ingin meceritakan pengalaman sex dan ini adalah pertama kalinya aku
merasakan bagaimana rasanya melakukan hubungan sex dengan wanita apa
lagi dengan wanita yang umurnya dua kali lipat dengan umurku. Aku
seorang pria yang bernama Idan tapi teman-teman sering memanggil namaku
dengan sebutan Jangkis karena sesuai dengan kondisi badanku yang kurus,
tapi bukan karena jarang makan tapi memang sudah dari sananya, umurku 20
tahun dan saya tinggal di Gorontalo.
Ibuku punya seorang teman
akrab namanya Ibu Rima (Nama Samaran) dia sering datang ke rumah ataupun
ibuku juga sering datang kerumah Bu Rima. Bu Rima umurnya kira-kira
sekitar 42 tahun, dan kini statusnya janda dengan mempunyai 2 orang anak
yang umur anak pertamanya sebaya dengan aku dan anak keduanya umurnya
18 tahun. Suatu hari aku disuruh Ibu untuk mengantarkan uang Bu Rima
yang seminggu lalu dipinjam ibuku karena pada waktu itu Ibu kurang sehat
jadi aku langsung yang disuruh untuk mengantar uang Bu Rima. Dengan
menaiki sepeda milik sepupuku aku langsung pergi kerumahnya Bu Rima.
Sesampainya didepan rumah Bu Rima aku memarkir sepeda dibawah pohon yang
ada dihalaman rumahnya.
Lalu saya melangkahkan kaki menuju rumah
yang terlihat pintu depannya terbuka, langsung saja aku mengucapkan
salam. Selang beberapa menit aku kembali mengucapkan salam karena tidak
ada satu orangpun yang keluar dari dalam rumah, tak lama kemudian
terdengar suara dari ruang belakang suara balasan salam seorang wanita.
Dari ruang belakangpun suara yang tadi terdengar kembali berkata masuk
saja. Akupun dengan langkah agak lambat memaskui ruang tamu menuju
kebelakang dimana suara tadi terdengar. Sesampainya di belakang aku
terkejut ketika dari sebuah ruangan keluar sosok wanita yang setengah
telanjang sebagian tubuhnya ditutupi handuk tapi handuk itu terlihat
agak kecil ditubuh wanita itu hingga pahanya terangkat agak keatas yang
membuat aku jadi semakin menikmati pemandangan itu rupanya dia baru saja
keluar dari kamar mandi.
"Eh.. Nak Idan, Maaf tadi Ibu sementara
mandi, kamu disuruh Ibu kamu ya?"Tanya Bu Rima membuat aku tersadar
dari khayalanku yang sedang memandangi tubuh Bu Rima.
"Ii ya Bu, ini
ada titipan uang untuk Bu Rima dari Ibu, yang seminggu lalu pernah
dipinjam, kebetulan Ibu lagi kurang sehat jadi saya yang disuruh untuk
mengantarkan kepada Ibu"Jawabku sambil menyerahkan uang kepada Bu Rima
"Makasih yach, Nak Idan udah repot-repot, silahkan duduk Ibu buatkan kopi dulu"
"Biar saja Bu saya mau cepat pulang, soalnya saya masih ada kerjaan dirumah, kalo begitu saya permisi dulu"
Setelah
menyerahkan uang sayapun begrgegas pulang kerumah. Dalam perjalanan
pulang pikiran saya kembali mengkhayal kejadian tadi. Pikiranku jadi
ngeres, saya membayangkan tubuh Bu Rima walaupun sudah berumur 42 dan
berstatus janda yang ditinggal mati suaminya 3 tahun yang lalu hingga
sekarang tubuhnya masih terlihat padat, kulitnyapun masih halus belum
berkerut. Saya mempercepat kayuh sepedaku ingin rasanya cepat sampai
dirumah untuk melakukan onani karena sebenarnya sudah dari tadi saya
sudah tidak tahan.
Sesampainya dirumah aku langsung memberitahu
Ibu kalau uangnya sudah saya antar, dan langsung masuk kekamar dan
mengunci pintunya. Penis saya ternyata sudah berdiri dengan tegang
ketika celana jenas kubuka. Sambil membayangkan Bu Rima kalau saja ia
mengajak aku bermain sex dengan dia. Aku mengocok-ngocok penisku hingga
beberapa menit kemudian air maniku keluar hingga membuat aku lemas
terkulai. Beberapa saat kemudian aku membersihkan maniku yang tumpah
dicelanaku.
Aku kembali membayangkan kalau saja Bu Rima mau
mengajari aku bermain sex dengannya, mungkin itu hanya dalam mimpi saja.
Tapi bagiku aku cukup senang bisa mengingat tubuh Bu Rima sambil
beronani. Hingga tanpa sadar khayalan itu membuat aku tertidur lelap.
Hampir setiap hari setelah kejadian itu aku melakukan onani dengan
mengkhayal aku sedang bermain sex dengan Bu Rima.
Beberapa minggu
kemudian Ibu menyuruh saya kerumah Bu Rima untuk mengantarkan undangan
rapat dikantor kelurahan untuk Bu Rima. Tanpa banyak bicara lagi
bercampur hati yang girang aku langsung pergi kerumahnya Bu Rima dengan
berjalan kaki menuju rumahnya Bu Rima. Ketika aku sampai dirumahnya Bu
Rima pas ditengah perjalanan aku bertemu dengan salah satu anak Bu Rima
yang merupakan anak tertuanya. Dia menunggu angkot hendak pergi ke
kampus, sayapun langsung menyapa anaknya (sebut saja namanya Rini).
"Rin Ibunya ada dirumah?"Tanyaku.
"Ada, mau ketemu Ibu ya?" jawab Rini.
"Iya, aku disuruh ibuku mengantarkan undangan rapat untuk Bu Rima"
"Sudah kamu antar saja kerumah, aku lagi buru-buru pergi kekampus soalnya aku ada ujian"
"Iya, makasih ya kalau begitu saya kerumah kamu dulu"
Setelah
bercakap-cakap dengan anaknya Bu Rima akupun mulai melangkahkan kakiku
menuju rumah Bu Rima yang beberapa saat itupun anak Bu Rimapun sudah
pergi dengan menaiki angkot. Sesampainya didepan pintu rumah yang saat
itu terbuka lebar. Aku mengucapkan salam. 5 menit kemudian aku kembali
mengucapkan karena belum ada jawaban dari orang yang didalam, hingga
kira-kira hampir cukup lama aku menunggu balasan salam itu tetap tidak
terdengar aku langsung masuk saja kedalam barangkali Bu Rimanya lagi di
dapur hingga ia mungkin tidak mendengar kalau ada tamu. Aku berjalan
memasuki ruang tamu dan terus berjalan untuk kedapur kalau saja Bu
Rimanya lagi didapur.
Belum sempat aku sampai didapur dari sebuah
kamar aku mendengar suara seperti orang yang sedang mendesah dan
merintih kesakitan. Aku mencoba dan memastikan dari mana asal suara itu
hingga aku dapat memastikan suara itu ternyata dari dalam kamar yang
tertutup. Suara itu semakin terdengar jelas ditelingaku. Dalam hatiku
bertanya-tanya suara siapa itu? Aku jadi tambah penasaran ingin mencari
tahu siapa yang ada dikamar itu. Tak tahan mendengar suara desahan itu
saya mendekati kamar itu dengan sedikit keberanian saya mengintip dari
lubang pintu tapi sulit terlihat orang yang ada didalam kamar itu.
Semakin bertambah pula penasaranku untuk mencari tahu apa yang terjadi
dikamar itu sampai aku mencoba menarik gagang pintu kamar yang ternyata
pintunya tidak terkunci.
Dengan hati-hati aku membuka pintu
hingga akhirnya aku dapat melihat siapa orang yang ada dikamar itu.
Ternyata suara itu adalah suara Bu Rima, tapi kenapa dia merintih
kesakitan? Aku jadi ingin lebih untuk memastikan apa yang dilakukan Bu
Rima. Perlahan-lahan aku lebih mendekat hingga jelaslah apa yang
terlihat dimataku. Ternyata suara itu adalah suara Bu Rima yang sedang
melakukan masturbasi sambil memilin-milin buah dadanya yang dilapisi
daster sambil satu tangan kirinya sedang asik sedang asik memainkan
dibagian vaginanya yang menghadap kearah dinding kamar.
Pemandangan
itu membuat jantungku berdetak keras dan penisku langsung berdiri
tegak. Bu Rima tidak menyadari kalau aku sedang mengintip dia sudah dari
tadi dan dalam hatiku berkata mungkin ini kesempatan untukku dapat
bermain sex dengan Bu Rima akan jadi kenyataan. Maka timbullah niat
untukku untuk mengerjainya. Akupun nekat untuk mendekatinya dan aku
peluk dia dari belakang. Bu Rima terkejut ternyata ada orang yang sudah
lama mengintip apa yang dilakukannya dari tadi.
"Eh.. Idan.. ini apa-apaan.." hardik Bu Rima
"Bu.. tolongin saya dong, Bu.. Tolongin ajari saya bermain sex dengan Ibu" pintaku mencoba membujuknya.
"Ih.. apaan sih..?!" katanya lagi.
"Bu, udah lama saya pingin belajar ngesex sama Ibu" bujukku lagi.
"Tapi aku inikan teman Ibumu.." kata Ibu Rima.
"Bu.. tolong, Bu.. please banget, saya akan jaga rahasia ini baik-baik" rayuku sambil tanganku mulai beraksi.
Tanganku
meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34 b masih ditutupi
daster sambil jariku memelintir puting susunya. bibir dan lidahku
menjilati tengkuk lehernya. Bu Rima mencoba menepis tanganku dan
menghindari jilatan di dilehernya.
"Jangan Idan.. kita tidak boleh melakukan ini" kata Bu Rima sambil menepis tanganku yang mulai nakal menjalar kebuah dadanya.
Belum
habis dia memohon padaku tapi tanganku yang satu lagi kumasukkan
kedalam dasternya yang ternyata dia sudah tidak memakai CD lagi. Aku
memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku.
Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan.
Ibu
Rima mulai bereaksi tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku
kini sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua.
Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah.
"Nak Idan, tolong kamu kunci dulu pintunya, sekalian pintu depannya juga Ibu takut nanti ada yang lihat kita"
Dengan
cepat-cepat aku menuju depan untuk mengunci pintu dan balik lagi
kekamarnya langsung mengunci pintu kamar kembali menuju ranjang Bu Rima.
Aku langsung mendekati Bu Rima dan membuka seluruh pakaianku hingga
tiada yang tertinggal dan kami berduapun sudah telanjang bulat.
"Bu, dasternya dilepasin saja ya Bu?" Pintaku.
Dengan
beberapa gerakan saja Bu Rima langsung melepaskan dasternya hingga
tampaklah buah dada besar Bu Rima yang membuat nafsuku bertambah naik.
Dan aku mulai menghisap buah dadanya.
"Achh.. teruss.. nikmat Idan.. oh, ayo.."
Aku semakin bernafsu mendengar desahannya itu, sekitar 5 menit aku menikmati payudaranya.
"Bu, saya jilat anunya Ibu ya?"
"Enakkan, Bu..?" kataku.
"Kamu ternyata pintar juga ya, belajar dimana kamu?"
"Saya
biasa lihat-lihat di film porno Bu" ujarku sambil jari telunjukku terus
bermain di kelentitnya yang sudah mulai basah dan bibirku terus
mencumbui bibirnya, lehernya, dan buah dadanya yang sangat menantang.
"Bu, saya jilat vaginanya Ibu ya?"
Kemudian
aku mengangkat kedua kakinya dan mengarahkan mukaku ke liang vaginanya
dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada
klentitnya. Aku mulai menghisap vagina Bu Rima yang tidak terlalu lebat
itu, mungkin ia sering mencukurnya.
"Achh.. terus.. nikmat Idan.. oh.., ayo.. teruss.."
Aku semakin bernafsu mendengar desahannya itu, sekitar 10 menit aku menikmati vaginanya.
"Oh.. sstt.. jilat terus Vaginaku Idan.." Pintanya sambil gemetaran.
Bibirku
langsung menjilati selangkangannya. Lidahku menjilati vaginanya yang
super becek. Saat lubang kemaluan itu tersentuh ujung lidahku, aku agak
kaget karena lubang vaginanya itu selain mengeluarkan aroma mawar
rasanya pun agak manis-manis legit.
"Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf. hh.. ooghh.." Ibu Rima mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku.
Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja
dia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang
satu ini.
"Gimana Bu, nikmat kan, Bu..?" Kataku.
"Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. kok.. nggak jijik.. sih, Idan?" tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya.
"Enggak, Bu.. enak kok.. gimana enak nggak kalau vagina Ibu saya jilat?"
"Iyahh..
aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Dan.. sshhtt.." jawab Ibu Rima sambil
terus merintih dan mendesah sambil tubuhnya bergoyang kesana kemari
seperti cacing kepanasan.
Kali ini aku kulum-kulum klentitnya
dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat
sekujur tubuh Ibu Rima seperti tersetrum dan mengejang. Memang gaya ini
aku buat karena sering menonton film porno. Ia lebih mengangkat lagi
pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu
aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan
lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan
lidahku didalam liang vaginanya.
Seiring dengan liukanku pinggul Ibu Rima ikut juga bergoyang.
"Ough..
oughh.. ough.. ough.. hmh.. oufghh.." suara itu terus keluar dari mulut
Bu Rima menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan.
"Idan.. Idan.. lebih dalam lagi isapnya Ibu mau keluar", teriak Bu Rima.
Bu
Rimapun telah mencapai orgasmenya bibir Vaginanya yang sebelah kutarik
perlahan dengan bibirku, sambil kugigit dengan lembut. Dia benar-benar
menikmati.
"Aduh-aduh enak banget Idan".
Lidahkupun mengaduk-aduk
lubang vaginanya yang sudah basah sekali dan sekali-sekali cairan vagina
Bu Rima kuhisap tanpa rasa jijik walaupun hal ini baru pertama kali aku
lakukan.
Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut
dihadapan liang vaginanya. Baru aku arahkan batang penisku ke liang
vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu Rima memegang batang penisku dan
meremas-remasnya.
"Auw.. diapain, Bu..?" tanyaku.
"Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama.." katanya sambil mengurut batang penisku.
Rasanya
geli-geli nikmat bercampur sakit sedikit. Sepertinya hanya
diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut
urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah
sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama. Memang Bu Rima
tahu kalau penisku tidak terlalu besar dan panjang tapi bagi dia itu
tidak terlalu penting karena dia hanya ingin nafsunya dapat tercapai.
Aku
tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya. Aku angkat kedua
kaki Ibu Rima dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos
liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan
kencang. Dengan satu sodokan saja tiba-tiba.. sleb-sleb-bless! Batang
penisku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu
Rima.
"Aughh.. augh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Dan.." kata Ibu Rima ditengah-tengah deru nafasnya yang sudah mulai tidak teratur.
"Iya,
Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan kok.." kataku sambil perlahan-lahan
memaju mundurkan pantatku hingga penisku masuk semua keliang vaginanya
yang indah dan berwarna merah itu.
"Ohh.. ohh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang.." kata Ibu Rima yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru.
Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu Rima berputar-putar seperti penyanyi dangdut.
"Ough..,
Bu.. asyik.. banget.. baru kali ini saya merasakan kenikmatan sex!"
kataku yang merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya
dan jepitan vaginanya yang memutar-mutar penisku.
"Oogh.. sshtt..
egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. Ibu juga
merasa nikmat sekali soalnya baru ini kali Ibu ginian lagi" Ibu Rima
terus merintih dan mendesah sambil matanya terpejam menikmati kenikmatan
sexual yang nanti kali ini dia merasakan kembali setelah 3 tahun
ditinggal suaminya.
Baru sekitar 20 menit dia ingin aku berganti
posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Diaupun mau
menawarkan variasi lain padaku. Dia ingin berganti posisi diatas
tubuhku.
"Sayang.. kamu capek.. yah..?" tanya Bu Rima.
"Gak.." jawabku singkat.
"Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?" godanya sambil mencubit pantatku.
"Gak.. ih.. aku nggak bakalan keluar duluan deh.." kataku sesumbar.
"Awas.. yah.. kalo keluar duluan.." goda Ibu Rima sambil meremas-remas buah pantatku.
"Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku.." kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya.
"Auw.. hi.. hi.. hi.. pelan-pelan dong Idan"
Ibu
Rima memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny
dengan berguling ke samping kini Ibu Rima sudah berada diatas tubuhku.
Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk diatas pinggulku. Aku
bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada
seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih
kencang dengan puting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku juga
duduk dan meraih puting susu itu lalu ku jilat dan kukulum. Ibu Rima
mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia
yang pegang kendali. Ibu Rima kembali meliuk-liukkan pinggulnya
memutar-mutar seperti Inul Daratista.
"Gila, Bu.. nikmat banget..!" kataku sambil terus menikmati permainan sex yang diberikan Bu Rima.
Pinggulnya
memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya. Tanganku
meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak
tangan. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang
penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini
berkat pijatan dari Ibu Rima tadi itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku
sudah lama orgasme dari tadi.
"Sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt..
ough.. iyaahh.. eeghh.. enaxx.. ough.." liukan pinggul Ibu Rima yang
tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak
karuan.
"Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mau nyampe.." kata Ibu Rima.
"Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh.." kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.
"Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough.."
Ibu
Rima merespons gerakanku untuk membantunya orgasme. Aku mempercepat
goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk
keluar juga.
"Aaaughh.. ough.. ough.. ough.. iya.. teruss" Ibu Rima telah sampai pada orgasmenya.
Pada
batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras
membasahi batang penisku. Ibu Rima menggelepar dan diakhiri dengan
menggelinjang liar dengan erangan yang panjang dan nafasnya yang
tersengal-sengal seperti orang yang kelelahan. Ibu Rima telah berhenti
melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang didalam
liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti
menyedot-nyedot batang penisku
"Bu, saya juga sedikit lagi mau keluar, saya keluarin didalam aja Bu ya?"
Dan.. crot.. crott.. crott..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu Rima.
"Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?" tanyaku.
"Eh.. iya, Idan sayang.. Ibu udah lama pengen beginian.." kata Ibu Rima.
"Iya.. sekarang kan udah, Bu.." kataku sambil mengecup keningnya.
"Oh..
kamu.. hebat banget deh Idan, biar penis kamu nggak terlalu besar tapi
Ibu puas main dengan kamu" Kata Ibu Rima sambil membelai-belai rambutku
dan aku memainkan puting susunya.
"Itu semua kan karena Ibu, Ibu juga hebat apalagi baru kali ini saya juga pingin sekali ginian" kataku memujinya".
Ih.. bisa aja.. kamu.. kita istirahat dulu" sahut Ibu Rima sambil mencubit pinggulku dan turun dari tubuhku.
Ibu
Rima masih diatas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari ibuku
yang menanyakan kalo undangannya sudah aku antar kepada Bu Rima langsung
saja kujawab sudah dari tadi saya antar cuma sekarang aku masih di
rumah temanku. Setelah telepon aku tutup Bu Rima menanyakan kalo ibuku
tanya apa tadi, akupun bilang sebenarnya aku disuruh untuk mengantar
undangan untuk Bu Rima. Akupun mengambil kertas undangannya Ibu Rima dan
sebungkus rokokku yang ada di celana jeansku.
Ibu Rima langsung
membaca isi undangan itu sambil aku menghisap rokokku yang baru saja
kuambil dan tanganku yang satunya pun menjalar diputing susunya, sampai
akhirnya tanganku sampai kevaginanya dan mengaduk-ngaduk tanganku
didalam liang vaginanya. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan
melakukannya lagi sepanjang siang hingga menjelang malam kami sama-sama
kelelahan dan Bu Rima sangat senang sekali main denganku. Entah sudah
berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi.
Bu Rima
banyak mengajari banyak gaya padaku sampai kami masih melakukannya lagi
dikamar mandi. Sampai-sampai aku disuruhnya untuk memasukkan penisku
kelubang anusnya yang membuat dia lebih puas ngesex dengan aku, bahkan
ketika aku akan pulangpun dia masih mau kalau vaginanya saya jilati dan
kami melakukannya lagi sambil berdiri sampai Bu Rima orgasme dua kali.
Hal itu aku tidak mau lewatkan. Sebelum aku pulang Bu Rima berpesan
untuk menjaga rahasia ini baik-baik, dan setelah kejadian ini dia
meminta aku bahwa perbuatan ini hanya satu kali ini saja dilakukan
karena dia takut orang nanti akan tahu terlebih oleh kedua anaknya.
Akupun mengiyakan permintaan Bu Rima itu sambil mengucapkan terima kasih
karena sudah mau mengajari aku.
Setelah kejadian itu hubungan
saya dengan Bu Rima tetap baik-baik saja tapi aku tidak pernah meminta
Bu Rima melakukan itu lagi karena akupun sangat menghargai dia dan itu
adalah pengalaman yang tidak pernah aku lupakan hingga sekarang aku
tidak pernah melakukannya lagi baik dengan Bu Rima ataupun dengan orang
lain. Demikian kisah ini aku tulis. Bagi yang ingin kirim pendapat atau
tanggapan harap kirim email.
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar