Teh Endang memandangku dengan pandangan sinis. Ia memandangi badan saya
dari ujung rambut ke ujung kaki. Memang badan saya atletis, maklum saya
rajin fitness. Tanpa aba-aba terlebih dahulu, Teh Endang langsung
mengarahkan ciumannya kearah bibir saya. Tangannya meremas kedua pantat
saya. Ciumannya sangat ganas dan liar. Mendapat perlakuan itu saya kaget
sambil sedikit senang. Ternyata saya tidak dimarahi seperti yang telah
saya bayangkan sebelumnya. Saya secara spontan membalasnya dengan liar
pula. Pada waktu tangan saya hendak menyusup ke arah payudaranya dia
menepis tangan saya.
"Gus masa cuma si Yuyun doang yang kebagian,
Endang juga mau..", katanya sambil memegang penis saya yang dari tadi
sudah berdiri.
"Belum apa-apa udah mau pegang punyaku, kamu nakal Gus..", katanya sambil tersenyum padaku.
"Abis Teh Endang duluan sih.. tuh liat punya saya sampe bediri gini..", kataku.
"Gus ayo ke kamar Endang aja, malu kalo ada si Yuyun", katanya sambil menggandeng tanganku menuju kamarnya.
Setelah sampai kamar Teh Endang, ia menyuruhku untuk melepaskan pakaiannya.
"Gus
kamu bukain baju Endang ya, ga usah malu-malu, BH dengan CD-nya juga
ya.. sampe Endang telanjang.. kaya kamu", katanya sambil tertawa kecil
padaku.
Saya langsung membukakan pakaian Teh Endang. Pertama
kemejanya, roknya, lalu terlihat BH dengan payudara yang menantang dan
CD yang menutupi gundukan vaginanya. Penis saya seperti ingin meledak
ketika saya mencopot BH dan CD-nya. Terlihatlah payudara yang sexy dan
vaginanya yang mulus tanpa bulu. Ternyata Teh Endang rajin mencukur
bulu-bulu disekitar vaginanya. Belahan vaginanya terlihat jelas membagi
dua kedua pahanya. Lalu dengan jalan yang dibuat-buat, Teh Endang
melangkah ke kasurnya dan langsung berbaring sambil mengangkangkan kedua
pahanya. Terlihat jelas vaginanya terbelah dan terlihat bibir bagian
dalamnya tentu saja klitorisnya. Secara tidak sengaja saya memperhatikan
sekitar ruangan kamar itu dan di meja riasnya terdapat beberapa penis
mainan dari karet yang membuat saya tertegun sejenak.
"Gus kamu mau liatin kamar Endang aja atau mau sama Endang?", katanya yang membuat aku sadar sejenak.
"Masa body Endang dianggurin sih.. kamu ga mau sama ini..", katanya sambil menggosok-gosok vaginanya.
"Ayo Gus buat Endang puas, masa si Yuyun dikasih tapi Endang nggak..", rayunya.
"Cepet Gus..", katanya. Terlihat vaginannya sudah mulai basah karena gosokannya sendiri.
"Teh Endang, siap ya..", kataku sambil menindih badannya.
Kami
berdua langsung berciuman dengan liar dan tangan kami masing-masing
mencari bagian dari badan kami yang kami anggap dapat memuaskan nafsu.
Lidah kami beradu dan liur kami pun sudah menyatu. Ternyata Teh Endang
memiliki ciuman yang hebat. Saya tak kuasa dibuatnya. Ia mengambil alih
setiap ciuman kami. Saya hanya bisa menggunakan tangan saya untuk
menyentuh dan meremas payudaranya sehingga terkadang ciumannya terhenti
saat saya tangan saya bergelut dengan puting payudaranya.
"Ehhmm..
yaahh.. ssiipp.. truss.. Gus.. ayo.. ter.. rus.. remes.. yang..
kenceng.. dua.. duanya.. jugaa.. ehhmm.. oohh..", desahnya dibalik
ciumannya.
Ciumanku terus berlanjut ke leher dan telinganya. Setiap
bibir saya menyentuh telinganya, badannya langsung bergelinjang.
Ternyata titik rangsangannya terbesar ada di sana.
"Gus jangan di kuping terus.. gelii.. gellii.. ehhmm.. ge.. llii.. eehheemm.. aahh..", desahnya.
Lalu saya berpindah menciumi payudaranya dan sedikit menggigit putingnya.
"Ahh.. iyyaahh.. ahh.. iyyaahh.. iyahh.. iyyaahh.. oohh.. iyyaahh..", desahnya dan lama-lama menjadi sebuah teriakan.
"Gus Endang mau pipis.. pii.. ppiiss.. eehh.. eehh.. eehheehh.. aa", desahnya panjang.
Ternyata
Teh Endang orgasme, badannya naik ke atas lalu dibanting ke bawah dan
ini dilakukannya berkali-kali sambil berteriak. Badan saya terdorong ke
atas berkali-kali. Lalu badannya menegang dengan teriakan panjang,
sesudah itu terdiam sejenak sambil merasakan orgasmenya. Tubuhnya
memerah dan banyak keringat yang keluar.
"Gus udah ga usah diciumi lagi, cepet masukin punya kamu ke memek Endang.. cepet.. cepet..", katanya sambil memeluk badanku.
Tetapi saya langsung menuju vaginanya dan menjilat permukaan vaginanya yang telah basah akibat orgasmenya tadi.
"Gus kamu ngapain.. oohh.. jangan.. eehh.. eehh.. eehhmm..", desahnya karena perlakuanku itu.
"Ka.. mmu.. jahh.. hat.. Endang.. dahh.. gak.. eehh.. kuat.. ka.. mmuu.. nyiksa.. eehhmm..", katanya.
"Ahh nikmat.. eenn.. nakk.. ehhmm.. eehhee.. trus.. jilat.. jilat.. jilat.. jiillaat.. memek Endang..", desahnya.
Lidah saya terus memburu vagina Teh Endang. Klitorisnya saya gigit,
jilat, hisap dan sekali-sekali saya jepit dengan bibir saya.
"Iyahh..
heehh.. hhee.. eehhmm.. hhmm.. isep.. kacangnya.. kacang.. Endang..
trus.. oohh.. aahh.. ss.. ss.. eehhmm", desahnya sambil menggerakkan
badannya kekiri dan kekanan.
"Aahh..", teriaknya panjang.
Teriakan
itu mengangetkan saya dan ternyata ia orgasme lagi. Cairan di vaginanya
banyak sekali dan membuat sekitar bibir dan mulutku basah. Langsung
saya jilat sampai habis cairan itu. Terasa asin tetapi lama-kelamaan
rasanya hilang. Cakaran Teh Endang menghujam punggung dan leher saya.
Dalam hati saya berkata bahwa hari ini saya mendapat banyak sekali
cakaran dari dua orang wanita.
Lalu Teh Endang menarik kepala
saya dan kamipun berciuman dengan lebih liar. Tiba-tiba Teh Endang
membalikan badan saya sehingga dia berada diatas saya. Melihat penis
saya yang berdiri tegak, Teh Endang langsung melebarkan pahanya sehingga
vaginanya tepat berada di atas penis saya. Langsung ia mendorong
vaginanya ke arah penis saya dan lama-kelamaan penis saya sudah hilang
di telan vaginanya. Saya lupa memakai kondom yang tersisa dua buah lagi.
Tetapi saya meyakinkan diri bahwa saya dan dia bersih. Teh Endang
menggerak-gerakan pinggulnya naik turun dan kanan kiri. Terasa sangat
nikmat dan tak terbayangkan rasa yang saya alami, maupun dia.
"Gus.. gimana.. ennakk.. ga.. memek.. Endang.. eehhmm.. eehh..", katanya.
Saya
hanya mengangguk dan berusaha menaikkan pinggul saya agar penis saya
masuk lebih dalam lagi. Setiap gerakan kami berdua selalu dibarengi
dengan bunyi seperti "Pok.. pok.. pok.. cplak.. cplak".
Kejadian itu
berlangsung lama sehingga Teh Endang orgasme sebanyak dua kali lagi. Dua
kali pula penis saya disiram oleh cairan hangat di dalam vaginanya.
Lalu selang beberapa lama Teh Endang akan orgasme lagi.
"Gus Endang.. mau.. pipiss.. pi.. piss.. eehh..", katanya.
"Bareng ya, saya juga dah mau nih..", kataku.
"Keluarin.. di.. luar.. aja.. ya.. ehhmm..", kataku.
"Teh
saya keluar..", kataku. Pada saat saya hendak menarik penis saya, Teh
Endang menjatuhkan badannya dan memeluk dengan erat, sambil mencium
saya, dan kakinya merangkul kedua kaki saya.
"Croott.. crroott..
crroott..", sperma saya muncrat di dalam vaginanya dengan tertancap
sempurna. Seluruh batang penis saya berada di dalam vaginanya. Cairan
kami menyatu dan banyak sekali. Terasa hangat batang penis saya.
"Gus
di dalem memek Endang ada yang anget-anget.. eehh.. ennak banget
rasanya.." Katanya setelah merasakan muncratnya sperma saya di dalam
vaginanya.
Langsung saya terbangun dan menarik penis saya. Saya
kaget karena kaluarnya sperma si dalam vaginanya. Saya takut apabila Teh
Endang dalam masa subur dan akibatnya, HAMIL! Dalam otak saya terbayang
apabila Teh Endang hamil maka saya harus bertanggung jawab atas hal
itu.
"Gus kamu knapa.. kamu nyesel main sama Endang?", tanyanya melihat tingkahku yang gugup.
"Teh
Endang maaf ya.. tadi keluarnya di dalem.. kan bisa hamil.. maaf saya
khilaf.. tapi saya akan bertanggung jawab koq", kataku menjelaskah
dengan tidak pasti.
Teh Endang hanya tersenyum dan menatapku penuh keluguan. Melihat itu saya bertambah gugup dan malu.
"Koq Teh Endang cuma senyum doang, ada yang salah ya?", kataku keheranan.
"Kamu emang anak yang baek, tapi kamu gak usah kuatir, Endang pake KB loh..", katanya menjelaskan.
"Kamu lucu yah kalo lagi gugup.. makanya Endang ketawain kamu.. maap ya Gus..", tambahnya lagi.
Mendengar
itu rasanya pikiran saya seperti lega dan akan meledak. Saya baringkan
badan saya karena puas atas jawaban Teh Endang dan saya terus membodohi
diri sendiri sekaligus menutupi rasa malu saya. Teh Endang menindih
badan saya dan mencium dada saya yang bidang lalu kami berdua berciuman
mesra. Lalu kami mandi bersama dan di sana kami melakukannya lagi
berberapa kali.
Setelah itu kami berdua makan bersama. Teh Endang
menyuruh Yuyun memasakkan hidangan nasi goreng yang menurut Teh Endang
masakan Yuyun sangat enak. Selama makan Teh Endang bercerita bahwa dia
dan teman-teman sebayanya adalah hypersex. Yang lebih gila lagi,
teman-temannya rela membayar seorang gigolo untuk memuaskan nafsu
mereka. Tetapi Teh Endang tidaklah demikian. Teh Endang lebih
berhati-hati dalam memilih teman kencannya dan tidak sembarangan
dibandingkan mereka. Dan kadang-kadang teman-temannya sering mengunjungi
Teh Endang atau sebaliknya dan rencananya saya akan dikenalkan pada
mereka.
Beberapa hari berjalan, saya dan Teh Endang sering
melakukan hubungan intim di rumahnya untuk memuaskan nafsu kami berdua.
Kadang bila Teh Endang belum pulang, saya menunggunya sambil mendapatkan
servis memuaskan dari si Yuyun. Bermacam gaya kami lakukan dan
dimanapun tempatnya, di kamar, garasi, ruang tamu, kamar mandi, dapur
dan tempat yang kami anggap aman, baik dengan Teh Endang maupun Yuyun.
*****
Baiklah
sampai disini dulu cerita saya, di lain waktu saya akan menceritakan
pengalaman saya yang lain, terutama dengan teman-temannya Teh Endang
sampai akhirnya saya menjadi langganan tetap mereka. Saya juga ingin
mengajak rekan-rekan sekalian untuk melakukan sex aman karena akibatnya
dan berbagai macam penyakit telah kita ketahui bersama. Bisa dibilang
saya mewakili WHO dalam tanda kutip. Apabila ada kritik dan saran atau
cuma ingin berkenalan bisa langsung ke alamat e-mail saya, terima kasih.
Salam "Save Sex"!
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar