Ting.. tong.., Kubuka pintu kamar.
"Hai", salamnya.
"Hai juga, sendiri apa dianter?", kutanya basa basi.
"Dianter demit apa, hehehe", cair sekali suasananya.
Semoga semuanya berjalan lancar. Ini semua demi kepentinganku, menyalurkan hasrat seksualku yang lagi menuntut.
Kuamati
dandanannya cukup berkelas, bahkan tidak nampak norak bak pelacur kelas
jalanan, maklum eks model. Memang yang kupilih adalah eks model untuk
memastikan kualitas kecantikannya. Sebenarnya banyak juga yang
cantik-cantik yang bukan model, tetapi daripada seperti memilih kucing
dalam karung mendingan cari kepastian aja deh. Kulit putih mulus, tinggi
langsing dengan dada menjulang, hidung mancung dan wajah oval. Klop
sebagai the beauty.
Dia sempat agak kaget ketika ada orang lain
di situ, Bapak itu, yang duduk di kursi pojok ruangan. Bapak itu anteng
saja dan tidak menatap sama sekali sang aktris.
"Della, ehm sori
ya kita perlu bicara sebentar", aku mulai menceritakan semuanya sejak
masalahku sampai hasratku yang dapat dipenuhi melalui cara ini.
"Tenang aja Mas, no problem, it's all about money, Dear. But it's better when he could make me satisfied. Who knows."
Aku
lega sekali, malah dia mulai menatap bapak itu dengan tatapan tajam dan
mengundang. Kudekati si bapak dan memberitahukan bahwa wanitanya
oke-oke saja malah penasaran ingin menikmati tubuhnya. Si Bapak mulai
bangkit dan berani menatap Si Wanita.
Aku duduk di pojok dan
mempersilakan keduanya melakukan adegan sesuai dengan inovasi mereka
sendiri. Keduanya duduk di tepian ranjang. Sengaja tadi si Bapak tidak
kusuruh mandi dulu, badannya masih berkilau-kilau berkeringat meskipun
sudah agak lama terkena AC kamar hotel. Biarlah mereka yang memutuskan
untuk mandi atau tidak.
Si Bapak masih canggung, Si Wanita yang
membimbing. Dipegangnya tangan Si Bapak lalu ditimpakan di pangkuannya
sambil diiringi dengan lembut tatapan merayu seorang wanita. Badannya
mencondong sehingga tetek sebelahnya yang gede itu telah berkenalan
dengan lengan Si Bapak yang kokoh.
Nah, Harimau sudah menggeliat
mulai terpancing dari tidurnya. Direngkuhnya pundak Della.
Dibelai-belai, dan tangan satunya mulai mengusap-usap paha. Della
menggelinjang karena tangan kasar itu sangat efektif meraba ujung-ujung
sarafnya.
Della sedang mencoba dunia baru. Dunia bawah tanah yang
tidak pernah ditengok sebelumnya. Rasa penasaran membangkitkan
gairahnya. Roknya berbelah tinggi, hingga ketika duduk pahanya sudah
terpampang telanjang sampai pangkal. Si Bapak yang bibirnya hitam kasar
mendekat menuju pipi. Nafas nampak mulai memburu dan bertekanan,
otot-otot mukanya mulai bangkit menonjol dan mengeras.
Pemandangan
erotis yang luar biasa ini ditangkap oleh mata Della sangat
mengkilik-kilik nurani kewanitaannya. Ingin ia melayani dan
memuaskannya. Naluri bawaan setiap wanita. Aku ikut mulai menghangat.
Ketika
Della mulai membuka kancing baju batik lusuh Si Bapak satu-persatu dari
ujung atas, bibir hitam dan tebal Si Bapak sedang mulai menyapu-nyapu
pipi mulus Della. Pipi Della merona hangat dialiri darah yang terpacu
oleh jantung yang meningkat detaknya.
Permainan semakin meningkat
dengan mulai naiknya usapan telapak lebar dan kasar Si Bapak menuju
pangkal paha. Della meremang. Tubuhnya menjadi makin merapat, teteknya
ingin mendapatkan tekanan-tekanan yang lebih kuat dari tubuh si
laki-laki perkasa. Setengah kesadarannya mulai meninggalkan dirinya. Ia
ingin semua tubuhnya dirajam tangan-tangan kasar itu.
Dibelai-belainya
lengan-lengan Si Bapak, menyelami betapa perkasanya lelaki ini.
Darahnya berpacu kencang. Mukanya semakin merona merah memberitakan
tentang hasrat. Ciuman-ciuman menjilat berpindah ke arah leher di
belakang telinga Della, lenguhan-lenguhan kecil menjadi tak terbendung.
Semuanya dari dalam dirinya ingin keluar bebas. Aku spanning. Tak
sedetikpun kulewatkan adegan real bokep di depan mataku.
Tangan
kiri Della mulai menjemput pangkal paha Si Bapak dan mulai mengusap-usap
kelelakiannya. Kadang diselingi dengan menekan-nekan. Si Bapak mulai
melenguh-lenguh juga. Otot-otot wajahnya semakin tegas dan menebal. Lalu
menggulati dengan penuh tubuh Della, merengkuh kuat.
Yes, luar
biasa. Kaki kiri Della sudah menumpang di atas paha kiri Si Bapak.
Mereka mulai berpagutan sambil duduk di tepian ranjang, bibir hitam
tebal berbau rokok lisong melawan bibir mungil mulus merah merekah milik
Della. Sensasional sekali.
Adegan ciuman dan saling melumat
berlangsung, berpagut beradu lidah. Dua kutub dunia sedang berpadu di
kamar hotel ini. Karena berasal dari dua kutub ekstrim maka tarikannya
luar biasa kuat. Sedotan-sedotan kuat mengiringi permainan pemanasan.
Kuasa birahi mulai menancapkan kukunya pada dua makhluk yang sedang
bercumbu ini.
Della tidak tahan dan sekarang mulai penuh
mengangkangi dengan duduk di atas pangkuan Si Bapak. Punggungnya dijamah
dan diusap-usap sampai batas leher belakang dengan tangan-tangan tua
namun masih kekar dan berotot itu. Della merinding sehingga bulu
kuduknya meremang. Urat-urat tuanya yang menonjol yang sedang menggarap
punggung Della membangkitkan kesan visual yang luar biasa.
Adegan
dilanjutkan dengan saling kulum kembali dan kedua lidah berlawanan
jenis itu saling menggenjot dan berpagut. Kecipak-kecipak bunyi ludah
menyemangati keduanya. Rasa jijik telah musnah dirontokkan oleh birahi
yang menyeruak paksa. Libido mengambil kendali.
Si Bapak
mengamati Della yang telah mulai banyak memejamkan mata dalam
penghayatan. Della sudah dalam kekuasaannya. Si Bapak masih memegang
kendali. Belum terlarut, pengalaman dan usia membuatnya menang angin.
Adu
mulut disudahi dengan menurunnya serangan Si Bapak menuju tetek-tetek
Della. Kepala Della mulai terayun-ayun ke belakang dengan mata yang
sayu-sayu mengawang. Rambut ikalnya yang sepanjang bahu terburai dari
ikatannya. Kaki-kaki putih langsingnya kokoh mengapit dan sudah nampak
tegang.
Dari samping aku dapat melihat bagian depan Della telah
ditelanjangi, tetek-teteknya telah dikupas keluar dari Bra-nya sehingga
tetek-teteknya malah kelihatan tambah mencuat karena tersangga oleh
Bra-nya yang masih menggantung kencang. Tetek-teteknya luar biasa mulus
dan kencang, putingnya mengeras merah tua, dan sekarang sedang
disedot-sedot rakus oleh Si Bapak.
"Enak Neng?", pertanyaan yang tidak perlu diajukan.
Della sudah mulai menggelepar pasrah. Semua sarafnya telah bersedia untuk meneruskan penjelajahan.
"Eehhm.. Ehh..", hanya lenguhan-lenguhan Della yang keluar sebagai tanda penerimaan yang tidak dibuat-buat.
Sensitivitas
kewanitaannya telah terangsang sempurna. Pantatnya ditekan-tekankan di
atas gundukan kelelakian Si Bapak yang telah menjulang karena vegynya
kini telah ikut mulai gatal dan geli karena dipengaruhi hormon
syahwatnya.
Pergerakan olah asmara merangkak dengan irama yang
mengalir alami. Lalu tiba-tiba tangan kiri Si Bapak menyelinap dari
belakang pantat Della, masuk ke dalam CD-nya dan menjangkau liang
kewanitaan Della. Si Bapak ahli mengaparkan wanita agar semakin
tenggelam dalam kuasa nafsunya sendiri. Semua dirangsangnya maka wanita
akan mabuk birahi. Semakin liar Della menggolek-golekkan kepalanya.
"Oohh yess.. Arrgghh.. Fuck me.. Ooh my old man..", rintihan-rintihan erotis menggema di ruangan.
Si
Bapak mengangkat Della dengan entengnya (biasanya mengangkat beras
sekwintal, Della paling 55 Kg). Lalu direbahkannya telentang di ranjang.
CD Della dilolosi. Rok dan bajunya masih dibiarkan belum dilepas.
Roknya disingkap. Nampak di depan matanya sebuah keindahan dunia.
Selangkangan yang bersih mulus dilengkapi dengan rambut-rambut kemaluan
yang dipotong rapi. Di tengah-tengahnya bersemayam lubang kenikmatan
berwarna merah dadu. Si Bapak terpana.
"Memek kayak Neng ini bagus benget ya, indah sekali dan wangi. Bapak ingin melahapnya Neng. Boleh ya Neng?".
Tanpa persetujuan Della lalu dengan rakusnya mulut Si Bapak mulai mencomot vegy Della.
"Bapak akan menjilati memek Neng sampai luber yaah..", Della mengangguk dan memohon.
Si
Bapak menguakkan paha-paha putih Della lebar-lebar lalu menenggelamkan
kepalanya di antara keduanya. Bau wangi vegy yang terawat Della
menyergap hidungnya.
"Wangi sekali memek Neng, oohh sedapnya."
"Ooggh yess.. Fuckkerrh.. Ssucck mmee..", pantatnya terangkat-angkat ketika mulut Si Bapak mengulum bibir vegy Della.
Lidahnya
mulai dimainkan keluar-masuk di liang kenikmatan Della. Kadang melesak
dalam-dalam dalam rangka memburu dan mencari itil, bila ketemu terus
disodok-sodokkan sampai membikin gila Della. Tangan Della terbang kian
kemari, mencengkeram kepala Si Bapak agar menekan lebih kuat, menjambaki
rambut sendiri, lalu lurus mencengkeram sprei kuat-kuat. Begitu
berulang-ulang dan bergantian. Kaki-kaki langsing putihnya telah
menumpang di atas pundak Si Bapak berkelojot-kelojot.
"Giillaa..
Ennaakkh.. Baanngeet.. Teruss.. Paakk.. Ayyoohh..", hentakan-hentakan
pantatnya naik turun menandakan nafsunya sedang memuncak luar biasa. Dan
yang lebih luar biasa permainan pemanasan telah berlangsung setengah
jam lebih. Aku menelan ludah dan melotot. Kukeluarkan kontolku dan
kukocok.
Lalu si Bapak menghentikan permainan lidahnya. Bajunya
dilepas, celananya, CD-nya, dan jreenng, kontol hitamnya telah mencuat
tegak berkilau-kilau, luar biasa besar dan panjang. Made in nature. Alam
yang menciptakannya. Aku iri hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar