Kemudian aku suruh dia duduk di tengah ranjangku. Aku ambil kaca rias di
meja dan aku suruh dia membuka pahanya. Terus aku taruh kaca riasku
didepan memeknya. Aku suruh Inemku untuk melihat vaginanya sendiri.
"Nem.., coba kamu lihat memekmu itu..".
Segera
saja Inem memperhatikan memeknya dari kaca rias. Dia agak kaget melihat
vaginanya sendiri. Mungkin baru kali ini dia melihat memeknya sendiri
dengan jelas dan dia kaget kenapa bentuknya agak menggelembung di kanan
kirinya, dan diatasnya ada daging kecil yang mencuat keluar. Bahkan
Inemku sempat juga menarik dan memelintir clitorisnya sendiri.
Akhirnya dia sadar kalau aku juga ikut melihat memeknya dengan jelas.
"Deen.., si Mbok malu..".
Dan
dia berusaha menutupi wajahnya yang memerah dengan memelukku dan
menyembunyikan wajahnya di dadaku. Aku peluk dan aku belai lembut wajah
dan rambutnya. Terus aku lumat bibirnya, kuhisap-hisap mulut dan
lidahnya, kujelajahi rongga mulutnya dengan lidahku. Air liur yang
keluar dari bibirnya aku hisap. Air liur yang meluber dan membasahi
pipinya aku jilati sampai bersih. Tanganku tidak mau tinggal diam dan
ikut meremas payudaranya. Tangankupun mulai mengelus dan meremas-remas
memeknya.
Akhirnya Inem aku baringkan dan aku jongkok diantaranya
pahanya. Aku kangkangkan pahanya lebar-lebar dan aku mulai mainin
memeknya. Terasa sekali memeknya sangat lembut dan empuk. Sesekali aku
pelintir clitorisnya.
"Aduuh.. sakiit.. deen.. ooh.. gelii.. deen.. aacgh..".
Aku
pun mulai mengelus dan menyedot memeknya dengan kuat. Setelah puas
dibagian memeknya, Inem aku balikkan badannya sampai tengkurap. Akupun
langsung meremas bongkahan montok pantatnya, aku jilati sampai bokongnya
basah oleh air liurku, dan sesekali aku gigit hingga meninggalkan
guratan merah di bokongnya. Aku sendiri penasaran dan agaj jijik untuk
menjilati anusnya Inem. Namun setelah aku buka lebar-lebar lipatan
pantatnya, dan terlihatlah lubang kecil yang dikelilingi garis-garis
keriput yang bentuknya melingkar.
Rasa jijik yang semula
menghinggapiku berubah menjadi sebuah sensasi untuk menjilati dan
menyedot terus tiada henti. Aku sendiri heran, kenapa daerah lipatan
bokong Inemku bisa bersih, putih mulus dan baunya sangat khas.
"Aaa.. deen, geli deen.., jangan dijilati deen.., itu khan bau deen.., joo.. roochk.., deen..". Setelah aku puas,
kemudian aku telentangkan lagi Inemku dan aku sedot terus bibir memek dan clitnya.
"Deen.. sudah deen.. si Mbok mau pii.. piis deen..".
Dan
tidak lama kemudian "Suur.. suur.. suur.." banyak sekali.. cairan
hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha untuk menelan semua air mani
yang sudah bertahun-tahun tidak dikeluarkannya.
Setelah kujilati
dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul
Inemku ini. Aku mulai lagi memeras payudaranya yang kalau aku perhatikan
jauh lebih putih dari wajahnya, bahkan urat-uratnya pun kelihatan
jelas.
"Neem.., bokong kamu montok lho.., aku suka nem..".
"Iiih.., Adeen.., Inem malu Den.., itukan jorok deen..".
Tanganku pun memeras dan mulutku menjilati dan menyedot buah dadanya secara bergantian dengan lahap.
"Deen.., sudah deen.., jangan deen..".
Aku
terus saja gigit pelan putingnya yang mulai keras. Kedua tangannya aku
angkat ke atas dan terlihatlah kedua daerah ketiaknya yang sudah bersih
dari rambut lebatnya. Aku jilati, aku sedot dan bahkan aku gigit sampai
Inemku menggelinjang menahan geli di keteknya.
"Deen.., ooh.., deen..". Aku lihat Inem sudah mulai pasrah dengan mata terpejam.
Akhirnya
aku berdiri di kasur, dan aku keluarkan kontolku yang sudah tegang.
Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, aku suruh Inem untuk
memegangnya.
"Nem.. sekarang coba kamu pegang dan elus-elus kontolku..!"
Si Mbok pun jongkok diantara pahaku dan mulai mengusap-usap kontolku.
"Nem.., menurut kamu kontolku gimana..".
"Inem
ngeri deen.., kontol Aden ototnya kok sampai menonjol seperti ini sih
deen..". Sambil berkata begitu, Inemku mulai mengelus-elus otot-otot
kontolku dengan jari telunjuknya.
"Deen.., jembut Aden kok lebat banget sih deen..".
"Ya sudah.., sekarang Inem gantian cukur jembut Aden sampai gundul yaa..".
"Iyaa.., deen..". Inem pun mulai mencukur habis jembutku, dan bahkan rambut halus disekitar anuskupun ikut dicukurnya.
Sedangkan bulu ketiakku aku biarkan tetap rimbun apa adanya.
"Neem.., coba kamu emut kontolku..".
"Iiih adeen.., si Mbok jijik deen..".
"Eeh neem.., dicoba dulu yaa.., kamu nati pasti suka..".
Akupun mulai memasukkan kontolku ke mulutnya. Lidah dan air liur Inempun akhirnya membasahi kontolku dan rasanya hangat sekali.
"Iya neem.. terus.. neemm..".
Sesekali Inem melepaskan kontolku untuk mengambil napas.
"Adeen.., kontol adeen rasanya kok asin..".
Ya mungkin Inem sudah mulai merasakan precum yang keluar dari penisku.
Setelah puas kontolku diperkosa mulut Inem, aku merubah posisi dengan tidur tengkurap.
"Neem.., jilati bokong Aden yaa..".
"Iya deen.., tapi Inem jiik deen..".
Inem
pun mulai menjilati bongkahan pantatku dan bahkan Inemku mulai
menggigit agak keras, sehingga aku yakin banyak sekali cupang-cupang
merah di daerah bokongku. Selang beberapa saat, aku mulai merasakan
Inemku berusaha keras membuka lipatan pantatku. Kelihatannya Inem agak
kesulitan. Sehingga aku merubah posisi menjadi nungging dan kedua kakiku
aku pentang lebar-lebar.
Sekali lagi Inem membuka lipatan
bokongku dan sepertinya Inem bisa melihat jelas daerah di sekitar lubang
anusku. Aku sempat menoleh kebelakang dan kulihat Inem sambil menutup
mulutnya tertegun agak lama melihat lobang anusku.
"Hayoo.., Inem lagi ngliatin apa.., kok kelihatannya suka banget..".
Inemku kaget dan malu sambil menindukkan wajahnya.
"Lii.. li.. liatiin.. itunya adeen.., iih Aden.., Inem jadi malu..".
"Neem.., jilatin lobangnya Aden jijik nggak..?, kalo Inem jijik ya nggak usah.., nanti kamu bisa muntah..".
"Inem nggak jijik kok Den.., bokong Aden bersih dan nggak bau.., lagian Aden tadi juga nggak jijik jilatin bokongnya si Mbok..".
Inempun
mulai menjilati lobang anusku dan bahkan disedot habis sampai aku
merinding geli. Kadang-kadang jarinya ditusuk-tusukkan ke lobang anusku
dan mulutnya menjilati buah zakarku. Sambil merasakan geli-geli nikmat,
aku terus perhatikan payudara dan memek montok Inemku yang terlihat
diantara kakiku yang mengangkang. Aku lihat juga sudah banyak air liur
Inem yang menetes diantara kakiku membasahi seprei.
Aku sebenarnya sudah diambang orgasme tetapi aku usahakan untuk tetap bertahan.
"Iiih Inem jorok.., kamu suka ya neem ama lobangnya Aden..".
Aku
goda begitu, Inemku hanya bisa tersenyum MALU. Inemku masih terus saja
menjilati dan menyedot daerah anusku dengan SABAR dan TELATEN.
Oh..
iya pembaca, Inemku ini memang sifatnya sabar dan telaten, walaupun
agak pemalu, sehingga kalau aku tidak suruh berhenti menjilati anusku,
bisa-bisa seharian Inem terus saja menjilati anusku.
Pembaca
(laki-laki): iya.. iya.. aku tahu.. gitu aja diomongin.. huuh.. dasar..!
eehm.. seandainya istriku sesabar dan setelaten Inem.. ooh..
Penulis (pria perkasa): tuuh.. iyakan.. para suami mikirnya jadi yang macem-macem..!
Tidak
sabar aku langsung berdiri dan mulai mengocok kontolku ke mulutnya
Inem. Tidak lama kemudian, aku rasakan ada sesuatu yang mendesak ingin
keluar dari penisku. Aku tarik kepala Inem dan aku kocok kontolku
dimulutnya dengan cepat.. dan.. aku tekan sampai menyentuh
kerongkongannya dan akhirnya "croot.. croouut.. croot.. cruuoot..!"
Cairan pejuhku menyemprot dengan kencang dan tertelan oleh Inem dan
hanya sedikit saja yang menetes dan jatuh menetes di leher dan
payudaranya.
"Ihh.., Aden jorok.., kok pipisnya dikeluarin di mulutnya si Mbok..".
"Enak nggak..!, Inem suka yaa.., kok ditelan semuanya..". Inemku hanya tersipu malu dengan menundukkan kepalanya.
"Rasanya asin deen..".
"Ya sudah.., sekarang kamu tiduran sayang..". Kemudian aku telentangkan Inem di tengah ranjang.
"Si Mbok mau diapain lagi deen.., si Mbok udah capek deen..".
Aku
pun mulai menindih tubuh Inemku. Setelah aku siap, pahanya aku
kangkangkan, dan perlahan-lahan kepala penisku aku masukkan ke bibir
kemaluannya yang sudah basah. Terdengar suara erangannya dan badanya
agak mengeliat, sedangkan matanya kelihatan agak sayu.
"Aaah deen.., ooh.., aacch..".
Aku tekan pelan kontolku membelah bibir memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku genjot kontolku dengan keras.
"Aduuh.., deen.. sakiit.., jaangaan deen.., sudaah deen.."
Langsung
aku peluk Inem, kuciumi wajah dan bibirnya. Setelah kudiamkan beberapa
saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat Inem masih meringis
sambil menggigit bibir bawahnya.
"Hmmpphh.. aachh.. auuchh.. gelii deen.. aacchh.."
"Auuhh.. oohh.., deen.., aahh,.. oough..".
Aku
mulai rasakan ada denyutan-denyutan kecil vaginanya di kontolku,
pertanda dia sebentar lagi orgasme. Badan Inem terlonjak-lonjak, dan
kedua kakinya mengejang sedangkan nafasnya kelihatan megap-megap.
"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli deen.. aahh.. ooh..".
"Deen.. si Mbok mau pipiiss.. deen..".
"Seerr.. suurr.. suurr.."
Air mani Inem membasahi kontolku yang masih tertanam di vaginanya.
"Aaah.., deen.., ooh..".
Terdengar
erangan kenikmatan panjang keluar dari bibir Inemku. Aku elus wajah
cantik Inemku, matanya yang setengah terpejam dan rambut panjangnya yang
tergerai menambah keanggunannya. Akupun mulai lagi push-up mengenjot
memeknya dan aku tekan dengan keras sehingga kurasakan kontolku
menyentuh dinding rahimnya.
"Deen.. oockh.. deen..". Kepala Inempun menengadah ke atas dan matanya membelalak merasakan tusukan kontolku di memeknya.
"Simbook capeek.. deen..".
Akupun
semakin cepat mengenjot memeknya dan "croot.. cruut.. croot.. croot..
cruuoot..!". Inemku sempat kaget merasakan ada cairan hangat yang masuk
ke dalam vaginanya. Aku muntahkan cairan pejuhku kedalam rahimnya. Aku
langsung ambruk menindih tubuhnya yang banjir keringat.
Setelah
keringatku dan Inem sudah mulai agak berkurang. Aku cabut kontolku dari
lobang memeknya, terlihat memeknya agak memerah karena terlalu keras aku
memompanya dan lendir putih mengalir keluar dari liang kemaluan
membasahi pahanya.
Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Inemku.
Aku dan Inempun langsung mandi bareng. Di kamar mandi, aku dimandikan
dia dengan sabar dan telaten sekali seperti seorang Ibu memandikan
anaknya.
Oh.. iya pembaca, Inemku ini memang sifatnya sabar dan telaten, walaupun agak pemalu.
Pembaca: "Iyaa.. iya.., tadi khan sudah cerita.., dasar cerewet..".
Penulis: "Oh.. iya.. sorry aku lupa.. (hi.. hi.. hi..)".
Setelah
berpakaian rapi, aku dan Inem keluar kamar. Aku lihat didepan TV, Tika
dan Intan sudah tertidur pulas. Aku ajak Inem duduk di sofa dan aku
peluk dia sambil aku belai lembut rambut dan wajahnya. Inem hanya bisa
tersenyum malu dan menyenderkan kepalanya di dadaku. Aku lihat wajahnya,
ada air mata yang menetes, aku angkat dagunya dan aku lumat mesra
bibirnya.
Aku peluk lagi Inem dan akhirnya dia tertidur pulas
dalam pelukanku. Aku perhatikan lagi wajahnya, dan terpancar ada senyum
kebahagiaan di bibirnya.
Seminggu kemudian Tika dan Intan aku
sekolahkan lagi. Nah pembaca yang setia, di hari pertama sekolah itulah
kejadiannya. Saat itu Intan baru saja pulang sekolah dan langsung
tertidur di sofa dekat TV, masih dengan seragam sekolahnya. Disofa
inilahi aku akhirnya merengut kegadisan intanku.
Pembaca mau nggak kelanjutan ceritanya.
Pembaca: "Maa.. uu..".
Penulis: "Aduuh.. jangan keras-keras ngomongnya. Nanti Inemku bangun. Tuh iya kan, Inem bangun..".
"Deen.., itu tadi suara siapa.., kok keras banget..".
"Bukan siapa-siapa nem.., ayo bobok lagi sayaang..".
"Inggih.. deen..".
Tanat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar