Jumat, 15 Februari 2013

Curhat Indah 4 : Dia Mulai Berubah

Tadi siang andi menjemputku untuk makan siang. Aku ikut saja tanpa prasangka apa2. Ternyata di daerah Cawang tiba-tiba Andi membelokkan mobilnya masuk ke suatu kompleks. Semula aku pikir itu adalah semacam perumahan, ternyata di dalam aku melihat semacam cottage dengan pintu garasi. Ada yang terbuka dan tertutup.
Andi segera memasukkan mobilnya ke salah satu garasi yang terbuka. Segera setelah itu pintu rolling door garasi ditutup oleh penjaga. Kami keluar dan menuju pintu. Ternyata itu adalah sebuah kamar yang dindingnya dipenuhi cermin.
Aku segera berpikir, jangan-jangan Andi punya niat jelek terhadapku. "Ndi, apa maksudnya ini?"
"Tenang In, aku ingin melewati siang ini berdua denganmu"
"Maksudmu?"
Andi tidak menjawab melainkan mulai menciumi dan mencumbuku. Aku terdiam, tegang tetapi juga tidak protes. Akhirnya Andi mulai melucuti pakaianku satu persatu, hingga aku berdiri telanjang bulat dihadapannya.
"Andi..."
"In, aku sayang kamu. Ijinkan aku membuktikannya padamu", kata Andi.
Aku terdiam...
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Andi segera membuka pintu. "Andi tunggu...", aku belum sempat protes dan tanpa memperdulikan keadaanku yang masih telanjang bulat dia membuka pintu lebar-lebar. Ternyata ada seorang pelayan meminta pembayaran. Aku panik mencoba menutupi payudaraku, tetapi malah membiarkan vaginaku terbuka. Si pelayan tampak biasa-biasa saja melihatku telanjang. Andi dengan tenang mengambil dompetnya dan memberika kartu kreditnya. Setelah itu pelayan tersebut pergi. Andi membiarkan pintu masih terbuka.


"Apa-apan sih ndi, aku kan telanjang. Masa kamu biarkan pelayan itu melihatku begini!", aku memprotes Andi.
"Nggak apa-apa kok, dia sudah biasa melihat perempuan telanjang. Kamu lihat kan ekpresinya..."
"Tapi aku malu Ndi..."
"Udah nggak usah ribut...", suara Andi agak keras kali ini.
Kemudian Andi mulai menciumiku lagi, ia membuka retsletingnya dan mengeluarkan penisnya yang sudah mulai tegang. Andi membawaku ke tempat tidur dan segera menindihku. Bibirku dilumatnya dengan gemas dan umph... terasa batang penisnya yang tegang masuk ke dalam vaginaku. Ya Tuhan, aku melakukannya lagi... padahal aku sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahanku lagi...
Permainan ganas Andi semakin melenakanku. Aku membalas, kubuka semua pakaian Andi, kemudian aku membalik tubuhnya dan duduk di perut Andi. Penisnya segera kumasukkan dalam vaginaku yang sudah basah, dan kugoyangkan pinggulku. Tak terasa aku mendesah keras-keras... Aku semakin mendekati orgasme...dan ahhh... aku merasakan nikmat yang luar biasa. Tubuhku seperti bergetar hebat, orgasme kali ini terasa begitu menyenangkan setelah lama aku tidak merasakannya.
Tetapi Andi belum juga orgasme, kugoyangkan pinggulku lebih keras lagi, terasa penisnya semakin tegang dalam vaginaku dan croot... Bersamaan dengan keluarnya sperma Andi menyemprot dalam rahimku aku mendengar suara orang di sebelah tempat tidur, rupanya pelayan tadi sudah kembali untuk meminta tanda tangan pembayaran dengan kartu kredit. Entah berapa lama dia sudah ada disana sementara kami asyik bergoyang melakukan hubungan seks.
Aku berusaha menutupi tubuhku, tetapi rupanya Andi belum selesai, ia menarik tanganku ke pinggulku sambil membantu menggerakkan pinggulku. Aku bingung, malu dilihat orang lain, tetapi Andi masih belum selesai... croot...croot... terasa sperma Andi kembali menyemprot. Aku menggigil, antara nikmat, tegang dan malu bercampur aduk. Kami terus bergoyang sampai penis Andi mulai melemas.
Akhirnya Andi melepaskan pegangannya, dan menidurkan aku disampingnya. Aku pasrah menikmati sensasi itu, aku berbaring lemas dan membiarkan tubuhku dinikmati pelayan tadi. Andi menandatangani tagihannya sambil telanjang, kemudian pelayan itu pergi.
"Andi, kok kamu tega membiarkan pelayan itu melihat kita. Aku malu sekali Ndi..."
Andi tidak menjawab, hanya mengambil jilbabku untuk mengelap penisnya yang belepotan sperma dan cairan vaginaku.
"Andi, jangan pake jilbab dong, nanti kan lengket...bau mani lagi, ntar orang dikantor gimana?", aku marah sekali.
"Biarin aja, nggak semua orang tahu bau macam-macam mani seperti kamu..."
"Andi!!!"
Aku langsung mendekap mukaku sambil menangis, tersedu-sedu...
Entah berapa lama aku menangis, saat aku mengangkat mukaku, kulihat Andi sedang duduk dan berpakaian lengkap.
"Yuk kita kembali ke kantor, nggak usah pake BH dan CD biar cepat", kata Andi sambil mengambil BH dan CDku.
Aku tidak punya pilihan, kupakai baju dan rok serta jilbabku. Dan kami segera masuk mobil.
Aku minta segera diantar pulang saja.
Sesampainya di tempat kost, aku segera berlari masuk kamar dan menangis... Apakah ini karmaku? Apakah ini pembalasan Andi padaku atas kejujuranku?
Aku terus menangis...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...