Jumat, 15 Februari 2013

Curhat Indah 8: Aku Menjadi Pelacur

Andi sudah menjadi masa laluku. Aku tidak lagi menanggapi teleponnya, aku menganggap dia sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Aku benci dia...

Aku juga lagi punya masalah keuangan, Senin kemarin aku dititipi uang pembayaran kantorku. Sekalian makan siang, aku bawa uang dalam amplop itu. Entah bagai mana ceritanya, sewaktu sampai di Bank, amplop itu tidak ada. Aku panik, aku coba kembali ke restoran tempat aku makan ternyata juga tidak ada. Sepuluh Juta Rupiah!! Bukan jumlah yang sedikit buatku. Sementara tabunganku tidak sampai separuhnya...

Dalam situasi kalut, tiba-tiba Joe, telepon aku. Rupanya Andi memberikan nomer Hpku padanya. Dia mengajakku bertemu, aku sempat menolak, kujawab aku sedang pusing. Rupanya dia mencoba bersimpati padaku, dan bertanya apa masalahnya.

"Kenapa, Indah... ada yang bisa aku bantu?"
"Aku menghilangkan uang kantor...10 juta...aku bingung, karena musti mengganti segera..."
Joe terdiam sebentar, lalu berkata,"Aku coba bantu deh, kamu sore ini bisa ketemu aku?"
"Maksudmu?", aku jadi curiga.
"Begini, aku bisa bantu kamu tapi kalau segitu aku nggak bisa"
"Trus...?"
"Aku punya temen yang bisa bantu, tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana?"
"Pokoknya kita ketemu dulu deh nanti sore di lobby hotel ....", Joe menyebut sebuah hotel di kawasan Slipi.
"Ok, sampai nanti..."

Aku bingung, kalut dan takut, Mbak Netta memanggilku. Aku coba jelaskan semuanya, tetapi posisiku memang terpojok. Mbak Netta juga tidak bisa membantu, dan aku harus mengganti dalam tempo 1 minggu.

Sorenya aku datang menemui Joe. Dia sudah menungguku disana.

"Apa kabar Indah", Joe menyapaku ramah.
"Kurang menyenangkan Joe, aku lagi kalut nih...", jawabku.
"Ok, aku mengerti. Aku coba bantu kamu sekarang. Ini ada uang 5 juta dariku. Ambil saja", katanya sambil menyerahkan sebuah amplop.
"Joe, aku nggak bisa bayak kembali uang ini, kamu nanti gimana... Lagian masih kurang 5 juta..", jawabku pelan.
"Nah itulah yang mau aku bantu. Seperti yang aku bilang tadi aku punya temen yang bisa bantu... tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana... apa yang bisa aku lakukan?"

Joe sepertinya agak ragu dan diam sebentar, lalu dia berkata,"Begini Indah, aku bukan bermaksud menjerumuskan kamu seperti Andi. Kamu orangnya baik, cantik, putih. Dan apa yang aku lakukan kemarin terhadapmu karena aku belum kenal kamu. Aku pikir kamu sama saja seperti cewek-cewek panggilan yang lain"
"Andi memang jahat, brengsek!!!", makiku
"Iya, tapi aku harus bicara apa adanya In, temen aku ini pengen mendapatkan servis kamu, seperti yang sudah aku rasakan..."
"Maksudmu? Aku harus melayani dia di tempat tidur?"
"Aku tahu kamu gadis baik-baik, terbukti kamu juga berjilbab. Tapi kamu tau dong, tidak ada yang gratis di dunia ini. Ini yang bisa aku lakukan. Kalau kamu nggak setuju nggak apa-apa, tapi aku nggak bisa bantu lebih banyak lagi..."

Aku terdiam. Selama ini aku memang melakukan banyak hubungan seks dengan lelaki. Tetapi sebelum dengan Andi, aku melakukannya dengan sukarela, bukan karena uang. Andi yang menipuku, Andi yang menjerumuskanku...

"Gimana Indah, kamu setuju. Kalau kamu setuju aku telepon dia, dia ada di kamar .....", kata Joe sambil menyebut sebuah nomor.

Aku bimbang, takut, malu tapi aku perlu uang itu....
Aku memandang Joe, wajahnya tampak tulus. Matanya tajam menatapku, menunggu keputusanku...

"Baiklah Joe, aku tidak punya pilihan lain", akhirnya aku setuju.
"Ok, aku telepon dia ya"

Joe mengambil HPnya dan menelepon. Setelah itu dia mengajakku naik ke kamar yang dituju.

Sesampainya di depan kamar, Joe mengatakan,"Indah, dia bisa bayar sisanya, 5 juta lagi. Aku cuma mengantar sampai disini. Tapi pesanku, baik-baiklah dengan dia, ini pertama kalinya dia melakukan hal ini. Puaskanlah dia...", lalu Joe meninggalkanku.

Aku sendiri termanggu di depan pintu. Kulihat Joe telah menghilang dalam lift. Sebenarnya dia baik, hanya Andi yang memanfaatkannya untuk mendapatkan uang dengan menjual diriku. Tapi saat ini...ini pilihanku sendiri. Bukan karena Joe... dia tidak memaksaku... ini pilihanku.

Aku coba menarik napas panjang dan memantapkan hati, kupencet bel kamar. Tak berapa lama pintu terbuka, kulihat seorang lelaki berumur sekitar 40 tahunan mengenakan baju batik. Wajahnya cukup tampan, tidak terlalu gemuk ataupun kurus.
"Selamat malam, saya Indah", kataku memperkenalkan diri.
"Malam juga, saya Anton. Silakan masuk"

Aku masuk kedalam kamarnya. Kulihat sekeliling, tampak sebuah laptop di meja. Sebuah koper kecil ada di pojok kamar.
"Maaf kalau saya tidak ada persiapan", kata Anton. "Mbak Indah mau minum apa?", katanya sambil membuka lemari es.
"Air putih saja..."
Anton mengambil botol Aqua dan sebuah gelas, dan meletakkannya di meja.
"Tadinya saya tidak percaya waktu membuka pintu. Mbak Indah, pakai Jilbab... apa betul Mbak Indah mau...", Anton tidak melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya nggak, tapi saya tidak punya pilihan. Saya harus mengganti uang kantor saya..."
"Iya, Joe udah cerita sama saya. Sorry kalau saya agak gugup. terus terang ini pengalaman pertama saya", kata Anton lagi.

Aku tidak menjawab, kumantapkan hatiku. Lalu aku bangkit berdiri, memegang tangan Anton dan mengajaknya ke tempat tidur. Aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Pelan-pelan kucium bibirnya, Anton membalas dengan lembut.

Dan setelah itu terjadilah semuanya. Aku membuka pakaian Anton dan menciumi tubuhnya. Penisnya mulai tegang...ku jilati dengan gemas...

Kemudian aku tidak membuka kerudung maupun bajuku, kuangkat rok dan kuturunkan celana dalamku. Kuraih tangannya memegang vaginaku yang mulai basah. Lalu dia berbaring teletang. Aku duduk di atasnya, pelan-pelan penisnya kumasukkan dalam vaginaku. Aku gerakkan pinggulku, ke depan ke belakang. Anton mulai meringis nikmat.

Kami melakukan berbagai variasi posisi, termasuk Anton mencoba memasukkan penisnya ke Anusku. "Boleh anal ya In, istriku nggak pernah mau", pinta Anton.
Aku mengangguk, penis Anton bergantian masuk anus dan vaginaku. Sebenarnya aku agak jijik, membayangkan penis yang belepotan tai masuk vaginaku tapi aku mencoba memuaskan Anton.

Akhirnya Anton mengeluarkan spermanya dalam vaginaku. Croot...crooot...crooooot... Anton memeluk dan mencium bibirku dengan penuh nafsu, Aku kali ini tidak merasakan kepuasan apa-apa. Yang terpenting aku dapat uang...itu yang ada dalam pikiranku. Dihadapan Anton pun aku belum telanjang, hanya mengangkat rok dan membuka celana dalamku. Jadi Jilbab dan bajuku masih lengkap.

Ya Tuhan...Maafkan diriku... Cukup sekali ini aku melakukan ini karena uang...

Anton memelukku dan tertidur. Aku tidak bisa memejamkan mataku sama sekali. Sekitar 1 jam Anton tertidur pulas.

Setelah bangun Anton, membuka tasnya dan memberikan setumpuk uang. Aku tidak lagi menghitung, segera saja kumasukkan dalam tas.

Setelah itu, aku baru membuka semua bajuku. Aku mandi sebentar, kemudian mau berpakaian. Namun rupanya Anton masih belum puas, melihatku telanjang penisnya membesar lagi. Diajaknya lagi aku ke tempat tidur. Aku harus melayaninya sekali lagi sebelum pulang... Sekali lagi biarpun vaginaku basah, tetapi aku tidak merasakan kenikmatan apa-apa... Jadi begini rasanya seorang pelacur melayani tamunya... Tidak menikmati... Hanya untuk bertahan hidup...

Sesampainya di kost aku sholat minta ampun. Cukup sekali ini aku menjadi pelacur... cukup sekali ini saja....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...